Fotokita.net - Belum sebulan dilantik jadi Presiden AS, Joe Biden larang warga asing dari 30 negara masuk Amerika, termasuk Indonesia?
Berdasarkan dataWorldometers, Senin (25/1/2021) pukul 10.50 WIB, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
Kasus Covid-19 di negara itu tercatat 25.702.125 kasus. Dari angka itu, sebanyak 429.490 orang meninggal dunia, dan 15.409.639 orang telah dinyatakan sembuh. Dalam keterangan pers, 22 Januari 2021, Biden mengatakan, situasi penanganan virus corona di AS bisa semakin memburuk sebelum membaik.
"Kita tentu takkan melewat kekacauan ini dalam selmat. Butuh berbulan-bulan agar kondisi semakin membaik," kata Biden, seperti diberitakan Kompas.com, 22 Januari 2021.
Biden mengumumkan serangkaian kebijakan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kebijakan itu di antaranya, pelancong asing tidak saja diwajibkan menunjukkan hasil negatif tes swab, tetapi juga harus dikarantina saat datang ke AS.
Penggunaan masker baik untuk pelancong antar negara bagian, maupun di bangunan pemerintah juga diwajibkan.
Sementara itu, di AS, proses vaksinasi yang telah dimulai sejak 14 Desember 2020, masih terus berjalan.
Varian baru virus corona pertama kali diidentifikasi di Inggris pada pertengahan Desember 2020.
Banyak negara telah melaporkan temuan kasus Covid-19 yang berasal dari varian baru virus corona ini.
Varian baru yang ditemukan di Inggris disebut lebih menular, meski diduga tak menyebabkan kondisi yang lebih parah.
Akan tetapi, WHO memperingatkan semua negara untuk memberikan perhatian atas temuan varian baru ini.
Bahkan, WHO juga meminta negara-negara di Eropa memberikan perhatian khusus untuk menekan penyebarannya.
Negara-negara di Eropa juga saling membatasi pergerakan untuk menekan penyebaran virus.
Sementara itu, varian baru virus corona di Afrika Selatan juga dilaporkan tak lama setelah temuan varian baru di Inggris.
Varian ini diduga lebih ganas karena mendorong terjadinya gelombang kedua pandemi Covid-19 di negara tersebut.
Pimpinan Teknis Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO), Dr. Maria Van Kerkhoven, menyampaikan informasi terkait dampak varian baru virus corona pada anak.
Hal itu disampaikannya pada Minggu (24/1/2021), melalui akun Twitter @WHO.
"Para ilmuwan mengamati transmisi virus, penyakit yang disebabkannya, dan untungnya, sejauh ini varian-varian (baru) cenderung tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah untuk semua kelompok usia," ujar Maria.
Gejala Covid-19 pada anak
Ada berbagai gejala yang timbul, berdasarkan golongan usia orang yang terinveksi Covid-19. Maria menjelaskan, untuk golongan usia anak, rata-rata gejalanya lebih ringan.
"Untungnya, anak-anak dan remaja cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa," kata Maria.
Kebanyakan orang yang tertular virus SARS-CoV-2 memiliki gejala gangguan pernapasan, tidak enak badan, demam, batuk, sakit tenggorokan, bersin, kehilangan indera perasa, dan kehilangan indera penciuman.
Ada juga yang mengalami gejala gastrointestinal atau masalah kesehatan serius di saluran pencernaan. Gejala yang terjadi pada anak cenderung lebih ringan.
Artinya, mereka tidak memiliki gejala sebanyak yang dialami orang dewasa.
"Beberapa anak mungkin mengalami gejala gastrointestinal, seperti diare atau muntah, tetapi gejala tersebut cenderung lebih ringan. Dan bahkan kebanyakan anak cenderung mengalami infeksi tanpa gejala," jelas Maria.
Penularan varian baru di semua kelompok usia
Para ilmuwan terus mengamati varian-varian baru virus SARS-CoV-2 dari waktu ke waktu. Munculnya varian baru pada sebuah virus adalah hal normal dan sudah diperkirakan oleh WHO.
Maria menyatakan, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan dari virus varian baru sama saja. Akan tetapi, ada beberapa varian yang menjadi perhatian.
"Beberapa varian yang kami sebut 'varian yang menjadi perhatian', (varian baru) virus ini membutuhkan penelitian lebih lanjut," ujar dia.
Maria mencontohkan, varian virus yang teridentifikasi di Inggris. Varian yang dinamakan B117 ini dapat menularkan virus 71 persen lebih cepat dari varian awal.
Akibatnya, terjadi peningkatan penularan di Inggris. Penularannya, terjadi di semua kelompok usia.
"Penelitian di Inggris misalnya, tidak menunjukkan bahwa virus tersebut secara khusus menargetkan anak-anak, yang berarti bahwa ia tidak menginfeksi anak-anak lebih dari kemungkinan virus lain yang beredar di daerah," kata Maria.
Penularan di sekolah
Anak-anak rentan tertular Covid-19 di sekolah. Maria mengingatkan, ada peningkatan jumlah kasus terjadi di daerah yang mulai mengadakan kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka di sekolah.
Oleh karena itu, penting untuk lebih berhati-hati dalam memutuskan kebijakan sekolah tatap muka.
Jalan terbaik untuk melindungi anak dari varian virus baru adalah dengan pencegahan.
Maria menyarankan para orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya tertib protokol kesehatan.
Orangtua perlu memastikan anak-anak mencuci tangan dengan benar, menggunakan masker dengan tepat, mengajarkan kebiasaan menutup mulut dengan siku saat bersin atau batuk, dan menjaga jarak bila keluar rumah.
Maria mengaku, ia juga mengajarkan hal itu kepada anaknya yang berusia 2 tahun.
"Bahkan anakku paling kecil, yang berumur dua tahun sekarang kalau batuk akan menyelinap ke sikunya. Ini adalah kebiasaan baik yang harus dibentuk bagi anak-anak seiring bertambahnya usia," ujar dia.
Selain mengajarkan mengenai pentingnya disiplin protokol kesehatan, orangtua perlu rutin berkomunikasi dengan anak.
Sebaiknya anak mendapat informasi yang benar tentang Covid-19. Hal ini menjadi tanggung jawab orang tua.
"Ada banyak informasi yang membingungkan di luar sana dan itu menakutkan. Jadi luangkan waktu untuk berbicara dengan mereka, menjawab pertanyaan mereka, dan kurangi rasa takut mereka," kata Maria.
Kini, Presiden Amerika Serikat Joe Biden melarang masuk warga negara asing yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke Afrika Selatan, untuk menekan penyebaran varian baru virus corona.
Biden juga memberlakukan larangan masuk bagi pelancong non-AS yang memiliki riwayat perjalanan dari Brazil, Inggris, Irlandia, dan 26 negara Eropa lainnya yang termasuk dalam daftar Schengen countries.
Melansir Reuters, Senin (25/1/2021) berdasarkan keterangan dari pejabat kesehatan senior AS, kebijakan travel ban untuk negara-negara tersebut akan mulai berlaku pada Sabtu (30/1/2021).
"Kami menambahkan Afrika Selatan ke dalam daftar karena adanya temuan varian (virus corona) yang mengkhawatirkan, dan telah menyebar ke luar Afrika Selatan," kata Dr. Anne Schuchat, wakil direktur utama CDC, dalam sebuah wawancara, Minggu (24/1/2021).
CDC menerapkan rangkaian tindakan ini untuk melindungi warga AS, dan juga untuk mengurangi risiko penyebaran varian ini, yang dapat memperburuk situasi pandemi Covid-19 saat ini.
Travel ban hampir dicabut Donald Trump
Melansir NBC News, Senin (25/1/2021), sebelumnya, mantan Presiden AS Donald Trump pada 18 Januari 2021 telah memerintahkan pencabutan travel ban untuk Brasil dan negara-negara Eropa mulai Selasa (26/1/2021).
Akan tetapi, dengan adanya pernyataan kebijakan terbaru dari Biden, maka kebijakan era Trump itu gugur.
Dengan demikian, travel ban dari AS terhadap Brazil, Inggris, Irlandia, dan 26 negara Eropa yang termasuk Schengen countries, masih tetap berlaku.
Ditambah dengan Afrika Selatan, maka total ada 30 negara yang warga negaranya dilarang memasuki AS.
Berikut daftar 30 negara tersebut:
1. Afrika Selatan
2. Brasil
3. Inggris
4. Irlandia
5. Austria
6. Belgia
7. Republik Ceko
8. Denmark
9. Estonia
10. Finlandia
11. Perancis
12. Jerman
13. Yunani
14. Hungaria
15. Islandia
16. Italia
17. Latvia
18. Liechtenstein
19. Lithuania
20. Luxemburg
21. Malta
22. Belanda
23. Norwegia
24. Polandia
25. Portugal
26. Slovakia
27. Slovenia
28. Spanyol
29. Swedia
30. Swiss.