Baru Sebulan Menjabat, Menkes Budi Gunadi Blak-blakan Sebut Cara Testing Covid-19 di Indonesia Salah, Ini Penjelasannya

Jumat, 22 Januari 2021 | 14:45
via Kompas.com

Menekes Budi Gunadi memberikan update terbaru vaksin merah putih saat mengikuti rapat bersama DPR RI, Selasa (12/1/2021).

Fotokita.net - Baru sebulan menjabat, Menkes Budi Gunadi blak-blakan sebut cara testing Covid-19 di Indonesia salah, ini penjelasannya.

Publik sempat terkejut dengan keputusanPresiden Joko Widodo (Jokowi) saat mengumumkan reshuffle Kabinet Indonesia Maju, Selasa (22/12/2020).

Ketika itu, ada 7 nama yang mewarnai reshuffle Kabinet Indonesia Maju.

Salah satu yang menarik adalah Budi Gunadi Sadikin yang menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Terawan.

Budi sebelumnya Wakil Menteri BUMN dan tak berlatar belakang tenaga kesehatan.

Baca Juga: Resmi Dicopot Jokowi, Ini 5 Blunder Mantan Menkes Terawan Saat Pandemi Covid-19 Hingga Disindir Najwa Shihab

Dikutip dari Kompas.com, Budi Gunadi Sadikin lahir di Bogor, 6 Mei 1964.

Sebelum menjadi Wamen BUMN pada 2019, Budi Gunadi Sadikin menjabat sebagai Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sejak September 2017.

Selain menjadi Wamen, saat ini Budi juga menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama Pertamina.

Mengambil studi tentang Fisika Nuklir, Budi Gunadi Sadikin lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1988.

Baca Juga: Dulu Panglima Perang Jokowi, Kini Gatot Nurmantyo Pilih Jadi Tukang Kritik Pemerintah, Begini Fakta Sebenarnya

Kariernya kemudian diawali dengan menjadi Staf Teknologi Informasi di IBM Asia Pasifik yang berpusat di Tokyo, Jepang.

Selanjutnya, ia melanjutkan karier di IBM Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Systems Integration and Professional Services Manager hingga 1994.

Dari IBM Indonesia, Budi memutuskan pindah ke Bank Bali, yang kini dikenal sebagai Bank Permata.

Budi beberapa kali memegang sejumlah jabatan.

Baca Juga: Bukan Jenderal, Siapa Sangka Polisi yang Tak Punya Jabatan Penting Ini Punya Kekayaan Fantastis Rp 141,2 Triliun

Jabatan-jabatan itu di antaranya sebagai General Manager Electronic Banking, Chief General Manager wilayah Jakarta, dan Chief General Manager Human Resources hingga 1999.

Kemudian, Budi bergabung dengan ABN Amro Bank Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Consumer Banking hingga 2004.

Selanjutnya, ia meloncat lagi ke Bank Danamon sebagai Executive Vice President Consumer Banking dan Direktur di Adira Quantum Multi Finance.

Budi kemudian bergabung ke Bank Mandiri pada 2006 hingga akhirnya menjadi Direktur Inalum.

Baca Juga: Foto Kunjungan Staf Kedubes Jerman ke Markas FPI Bikin Geger, Anak Buah Habib Rizieq Malah Lakukan Ini

Dengan penunjukkan Budi Gunawan Sadikin menggantikan posisi Terawan, merupakan bukti bahwa siapa pun bisa menjadi Menteri Kesehatan.

"Ya, kenapa emang?," kata Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Prof Dr dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP kepada Health Liputan6.com saat ditanya soal terpilihnya Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan.

Baca Juga: Bukan PDI-P, 2 Parpol Ini Ternyata Sukses Raup Kemenangan Terbanyak di Pilkada Jatim 2020

Menurut Ari, masyarakat harus menghargai siapa pun sosok yang dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi orang nomor satu di Kementerian Kesehatan.

Sekali pun pada akhirnya yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan bukan seorang dokter.

"Kalau kita bicara kementerian, yang kita butuhkan adalah sosok yang bisa mengelolah suatu sistem. Jadi, selama beliau didukung oleh dirjen (Direktur Jenderal) dan sekjen (Sekretaris Jenderal) yang sesuai dengan bidangnya, tidak akan jadi masalah," kata Ari.

Baca Juga: Nilai Korupsi Bansos Covid-19 Diduga Jauh Lebih Besar, Nama Anak Jokowi Ikut Disebut dalam Laporan Ini, Ada Jatah Buat Anak Pak Lurah?

Terlebih sekarang, di saat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia harus memainkan peran besar dan penting dalam penanggulangan COVID-19.

"Dalam menanggulangi COVID-19 ini banyak hal yang mesti dipersiapkan," kata Ari.

Ari yakin bahwa Budi Gunadi Sadikin, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri, kemudian menjadi Direktur Asahan Aluminium, dan terakhir menduduki posisi Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional, memiliki kemampuan mengelola suatu kementerian yang besar, yang menjadi pemeran utama dalam menanggulangi wabah COVID-19.

Baca Juga: Vaksinasi Cuma Seperti Digigit Semut, Artis Ini Tolak Disuntik Vaksin Covid-19, WHO Bongkar Hasil Penelitian Vaksin Sinovac

"Kita berhubungan dengan pengadaan vaksin, berhubungan juga sama mobilisasi masyarakat, tenaga medis, pembiayaan, keuangan, dan komunikasi," kata Ari.

"Yang dibutuhkan adalah orang dengan kemampuan tinggi agar bisa menggerakkan banyak orang. Yang penting lagi, didukung dirjen dan sekjen dengan keahlian masing-masing," Ari menekankan.

Baca Juga: Tunjangan Paling Rendah Rp 5,3 Juta, Ini Alasan Kenapa Gaji PNS Pajak Paling Tinggi di Indonesia

Dengan latar belakang yang dimiliki Budi Gunadi Sadikin, Ari semakin yakin alasan Presiden Jokowi memilih dia sebagai Menteri Kesehatan yang baru.

Kini, setelah satu bulan menjabat, Menteri Kesehatan ( Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sistem pemeriksaan (testing) Covid-19 di Indonesia salah secara epidemiologi.

Hal itu berpengaruh terhadap jumlah kasus Covid-19 yang terus bertambah meski jumlah testing disebut sudah melampaui target WHO.

"Testing, tracing, dan treatment ( 3T) serta isolasi bagaikan menambal ban bocor. Tapi kita kan tidak disiplin. Cara testing-nya kita salah," ujar Budi dikutip dari acara "Vaksin dan Kita" yang diselenggarakan Komite Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jawa Barat, yang ditayangkan kanal YouTube PRMN SuCi, Jumat (22/1/2021).

Baca Juga: Minggu Lalu Disuntik Vaksin Sinovac, Ini Penyebab Bupati Sleman Positif Covid-19

"Testingnya banyak tapi kok naik terus? Habis (yang) di-tes orang kayak saya, setiap kali mau ke Presiden di tes, tadi malam, barusan saya di-swab.

Sepekan saya bisa lima kali diswab kalau masuk istana. Apakah benar (testing) seperti itu?" lanjutnya.

Baca Juga: Bangga Jadi Orang Pertama Disuntik Vaksin Covid-19, Sosok Ini Malah Positif Corona, Begini Kondisinya Sekarang

Adam Samudra

Swab gratis di terminal Kalideres

Budi menjelaskan, berdasarkan ilmu epidemiologi, testing seharusnya menyasar para suspek Covid-19.

Dengan kata lain, testing mandiri seperti yang dilakukan orang-orang jika akan bepergian tidak masuk dalam testing epidemiologi.

Baca Juga: Resmi Dihentikan, Polisi Ngotot Sebut Alasan Utama Ini Hingga Kasus Raffi Ahmad Tak Bisa Dipidana Seperti Habib Rizieq Shihab

"Bukan orang yang mau pergi kayak saya mau menghadap Presiden.

Nanti lima kali tes standar WHO segera terpenuhi satu perseribu (per pekan)," tutur Budi.

"Tetapi tidak ada gunanya testing itu secara ilmu epidemiologi. Nah hal-hal seperti itu yang harus dibereskan," tambahnya.

Baca Juga: Calon Kapolri Baru Umbar Janji Tak Akan Proses Kasus Receh, Habib Rizieq Shihab Buka Suara dari Dalam Bui

(Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya