Fotokita.net - Tampak kompak pimpin Indonesia, Jusuf Kalla blak-blakan punya pendapat berbeda dengan Jokowi, nama Ahok ikut disinggung.
Bukan sekali ini saja Jusuf Kalla berbeda pandangan dengan pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin.
Sebelumnya, mantan Wakil Presiden sekaligus Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kallamenilai tak ada urgensi bahwa PilkadaSerentak 2020 harus segera diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19.
Ia mengatakan Pilkada Serentak 2020 sangat berpotensi menjadi klaster baru penularan Covid-19 sehingga pelaksanaannya perlu ditunda.
"Kita ingin rakyat agar menentukan siapa yang menjadi pemimpin mereka. Dan pemimpin itulah orang yang membuat kebijakan agar rakyat bisa hidup aman, sejahtera, adil, kesehatan terjaga, mengurangi risiko kematian, mengenyam pendidikan yang baik, dan sebagainya," kata Kalla sebagaimana dikutip dari rubrik Opini harian Kompas, Senin (21/9/2020).
"Namun kalau dalam proses pemilihan pemimpin itu sudah jelas-jelas justru bisa membuat rakyat sakit bahkan bisa meninggal, buat apa kita mendesakkan menyelenggarakan pemilihan tersebut," lanjut Kalla.
Ia menambahkan pada tahapan pendaftaran calon kepala daerah sudah banyak tercipta kerumunan yang dikhawatirkan menjadi klaster penularan Covid-19.
Hal itu diperparah dengan terpaparnya sejumlah bakal calon kepala daerah dan penyelenggara pemilu baik di tingkat daerah hingga nasional.
Kalla memprediksi penularan Covid-19 akan semakin masif pada tahapan Pilkada berikutnya seperti penetapan calon kepala daerah, kampanye, pencoblosan, dan proses penghitungan suara.
"Semua calon akan berpotensi melanggar protokol demi meraih suara sebanyak-banyaknya. Kalau bukan calonnya yang menggunakan berbagai kiat untuk itu, maka para pendukung yang melakukannya (melanggar protokol kesehatan)," kata Kalla.
"Setelah itu hari pencoblosan di mana kerumunan tidak bisa dihindari sebab para pemilih harus berjejer, antre, menuggu giliran mencoblos," lanjut Kalla.
Untuk itu, Kalla mengusulkan penundaan Pilkada Serentak 2020 hingga vaksin Covid-19 ditemukan dan dirasakan efektivitasnya setelah proses vaksinasi massal.
Ia menilai Pilkada bahkan bisa ditunda hingga Juni 2021 tanpa mengganggu kinerja pemerintahan daerah lantaran adanya Pelaksana Tugas (Plt) kepala daerah.
"Memaksakan sesuatu yang jelas-jelas secara rasional membahayakan kehidupan rakyat bukan hanya nekat, melainkan fatal.
Semua proses politik tujuan mulianya adalah untuk kemaslahatan rakyat, bukan memudaratkan rakyat," lanjut Kalla.
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berserta istri masing-masing dalam pengumuman ka
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ternyata pernah tidak sejalan dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Terutama saat ramainya orang menentukan calon kepala daerah di DKI Jakarta, saat itu Jusuf Kalla lebih condong kepada Anies Baswedan dibanding kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Jusuf Kalla yang akrab disapa JK juga sempat bicara soal pencapresan kepada Anies, namun ia menegaskan bahwa dirinya tidak tertarik mencalonkan diri di 2024.
Dilansir dari Kompas TV, Senin (7/12/2020), Jusuf Kalla blak-blakan pernah beda pandangan dengan Presiden Jokowi terkait pencalonan kepala daerah.
Perbedaan pandangan itu terjadi saat gelaran pemilihan gubernur atau Pilgub DKI Jakarta beberapa tahun lalu.
Ketika itu, pria yang akrab disapa JK tersebut mengaku memberikan dukungan kepada Anies Baswedan saat mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta.
Menurut JK, dirinya memiliki pandangan tersendiri kala itu.
Ia menilai jika Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terpilih menjadi Gubernur DKI situasi Jakarta akan tidak kondusif dan berdampak pada kepemimpinan Presiden Jokowi.
Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla melambaikan tangan salam tiga jari
“Saya kenal dengan Pak Anies dan mendukung dia jadi gubernur itu benar. Mohon maaf, kalau saat itu Ahok yang menang, akan terjadi keributan dan berdampak pada Presiden Jokowi,” kata JK saat diwawancara Claudius Boekan yang dikutip pada Senin (7/12/2020).
“Semua orang punya pandangan politik berbeda. Saya harus sependapat dalam bertugas, tapi hari itu saya punya pandangan (politik) berbeda dengan Pak Jokowi."
JK mengatakan, bahwa saat itu orang melihat seolah dirinya membangkang dari Presiden Jokowi.
Padahal, kata JK, antara dirinya dengan Presiden Jokowi saat itu tidak pernah bicara soal siapa yang menjadi gubernur DKI Jakarta.
“Saya benar mendukung Anies, tapi saat dia terpilih jadi gubernur, prosesnya itu berjalan sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, JK berbicara soal pencapresan pada 2024 dan menyinggung nama Anies Baswedan.
JK berpesan kepada Anies untuk tidak terlalu dini berbicara Pencapresan.
Sebaliknya, kata JK, Anies sebaiknya fokus terlebih dahulu dalam mengemban tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta ke depannya.
“Saya bilang ke Anies, jangan bicara pencapresan sekarang. Bangun saja dulu Jakarta agar tidak macet, tidak banjir, bersih, dan sebagainya. Tak usah pikir 2024, 2024 akan datang sendiri kalau dia berhasil jadi gubernur,” ujar JK.
“Ini untuk siapa saja bisa Anies, Ganjar, Ridwan Kamil, Khofifah itu akan tergantung dari apa yang diperbuat dari sekarang. Berbuat yang maksimal aja sekarang."
JK menambahkan, dirinya membantah jika akan kembali maju mencalonkan diri sebagai presiden di tahun 2024 nanti.
JK mengatakan bahwa saat itu usianya telah menginjak 82 tahun dan akan fokus menikmati masa tuanya dengan melakukan sejumlah kegiatan organisasi kemanusiaan, keagamaan, dan internasional.
Diketahui, saat ini JK menjadi ketua dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI).
“Pada saat itu umur saya sudah 82 tahun, kapan lagi saya menikmati masa tua saya. Kita memperhatikan politik tentu iya, tapi saya tidak mau lagi aktif secara praktis,” ujar JK.
“Golkar pernah meminta saya untuk jadi ketua penasehat, saya tidak mau. Saya senang urus kemanusiaan, keagamaan, urusan internasional, menurut saya itu amalan yang baik,” ujarnya.
Dalam kesempatan sama, Jusuf Kalla juga membantah membantu memulangkan Pimpinan Front Pembela Islam ( FPI) Rizieq Shihab dari Arab Saudi ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Kalla membantah isu yang muncul di dunia maya yang menyebut ia turut membantu kepulangan Rizieq ke Indonesia untuk memuluskan langkah politik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Tudingan itu muncul lantaran Kalla berkunjung ke Arab Saudi tak berselang lama sebelum kepulangan Rizieq ke Indonesia.
Ketua Umum PMI itu mengaku ke Arab Saudi untuk menandatangani kerja sama pembangunan Museum Rasulullah Muhammad SAW.
"Maksud saya ke Mekkah adalah ibadah saja. Sepulang dari Vatikan. Di samping singgah di Riyadh untuk tanda tangan, kita ibadah malah dituduh macam-macam," kata Kalla dalam wawancara eksklusif bersama Pemimpin Redaksi Berita Satu, Claudius Boekan di kanal YouTube Berita Satu, Jumat (4/12/2020).
Dalam artikel yang dikutip dari Kompas.com, pihak redaksi telah mendapatkan izin dari Claudius Boekan untuk mengutip perbincangan tersebut.
Jusuf Kalla lalu membantah tudingan yang menyebut ia membawa uang tunai dalam jumlah besar untuk membayar berbagai keperluan Rizieq untuk pulang ke Indonesia.
Kata Kalla, tak masuk akal seseorang bisa membawa uang tunai dalam jumlah besar dan tidak tertangkap petugas imigrasi.
Pasalnya, hampir setiap imigrasi di semua negara mewajibkan penumpang pesawat mendeklarasikan barang bawaannya yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Jika seseorang membawa uang tunai dalam jumlah besar tanpa tujuan jelas maka akan dicurigai imigrasi sebagai upaya pencucian uang.
"Jadi tidak masuk akal. Orang sekarang kalau kirim duit tidak pakai koper lagi," ujar Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia itu.
Sebelumnya diberitakan, Kalla diisukan di dunia maya bahwa ia terlibat dalam pemulangan Rizieq dari Arab Saudi ke Indonesia.
Isu Kalla membantu kepulangan Rizieq muncul setelah eks kader Partai Demokrat dan pemerhati sosial Rudi S Kamri menyebut seseorang dengan sosok Chaplin membawa uang sekoper ke Arab Saudi untuk memuluskan kepentingan politik ditahun 2022 dan 2024.
Kendati tak menyebut sosok Kalla secara langsung, warganet mengasosiasikan tokoh yang disebut Ferdinand dan Rudi sebagai Jusuf Kalla.
Nama Kalla sempat menjadi trending topic di twitter dan dituding berada di balik kepulangan Rizieq ke Indonesia.
(Kompas.com)