Ditangkap dengan Tuduhan Pelanggaran UU ITE, Ternyata Petinggi KAMI Syahganda Nainggolan Pernah Dituding Miliki Akun Pembongkar Kasus Korupsi Pejabat

Selasa, 13 Oktober 2020 | 10:18
Serambinews.com

Syahganda Nainggolan

Fotokita.net -Ditangkap dengan tuduhan pelanggaran UU ITE, ternyata petinggi KAMI Syahganda Nainggolan pernah dituding miliki akun pembongkar kasus korupsi pejabat.

Polisi telah mengamankan Ketua Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Medan serta 2 orang lainnya terkait aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Medan yang berlangsung rusuh.

"Untuk orang-orang yang menyerukan ujaran kebencian, ajakan melakukan anarki, ajakan melakukan penjarahan, kebetulan di dalam grup tersebut menamakan grup KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) Medan," ujar Kapolda Sumut Irjen Martuani Sormin ketika dikonfirmasi di RS Bhayangkara Medan, Senin (12/10/2020).

Baca Juga: Jadi Sorotan Karena Foto Bareng KSAD, Ternyata Ayah Perwira Muda TNI Ini Teman Dekat Jenderal Andika Perkasa, Mantan Orang Penting Kopassus

Hal tersebut diungkapkannya ketika dikonfirmasi mengenai penangkapan Ketua KAMI Medan Hairi Amri sebagaimana disampaikannya saat rapat bersama di Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara pada Senin (12/10/2020) pagi.

Martuani tidak menjelaskan secara rinci identitas tiga orang tersebut. Menurut dia, atas kasus tersebut, saat ini pihaknya sedang melakukan pendalaman.

Ketiganya pun akan dibawa ke Jakarta. “Rencananya akan kami serahkan ke Jakarta," katanya.

Baca Juga: Paham Isi UU Cipta Kerja Cuma dalam Sehari, Hotman Paris Tawarkan Solusi Jitu Buat Jokowi: Persingkat Itu Kalau Mau Menolong Buruh

Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap anggota Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Syahganda Nainggolan.

Ia ditangkap di rumahnya di Depok, Jawa Barat, Selasa (13/10/2020) subuh. “Ya benar (ditangkap) oleh Siber,” kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono ketika dihubungi, Selasa.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Awi Setiyono menambahkan, Syahganda diduga melanggar UU ITE.

Baca Juga: Dosen di Surabaya Janji Beri Nilai A, Mantan Ketua DPR yang Kini Jadi Rektor Bagi-bagi Uang Makan Buat Mahasiswa Pedemo

Kendati demikian, belum ada informasi lebih lanjut perihal kasus yang berujung pada penangkapan Syahganda Nainggolan itu.

Sebelumnya, pengamat ekonomi dan politik Sabang Merauke Circle (SMC) itu pernah menyebut jika rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan jatuh enam bulan lagi.

Hal ini disampaikan Syahganda Nainggolan dalam acara bertema "Benarkah Rakyat Kecewa Jokowi?" yang videonya diunggah ke kanal YouTube realita TV, Jumat 28 Februari lalu.

Baca Juga: Diminta Undang DPR Jadi Narasumber Podcastnya, Deddy Corbuzier Malah Sebut Nama Ini Saat Didesak Segera Bahas UU Cipta Kerja, Siapa Ya?

Syahganda mengaku telah membaca berbagai kajian dan menyimpulkan rezim Jokowi akan jatuh dalam enam bulan. Prediksi ini berdasarkan pengamatannya dari sektor ekonomi dan politik.

Penangkapan Syahganda Nainggolan itu dibenarkan oleh Ketua Komite Eksekutif KAMI Ahmad Yani.

"Iya benar," kata Yani saat dikonfirmasi, Selasa 13 Oktober 2020.

Baca Juga: Namanya Disebut-sebut Deddy Corbuzier, Najwa Shihab Kepergok Tulis Minta Tolong Lewat Kertas Saat Siaran Live di TV, Ternyata Faktanya Bikin Lega Netizen

Yani menyebut jika Syahganda ditangkap pada subuh tadi untuk dibawa keBareskrim. "Subuh tadi sekitar jam 04.00 WIB, dibawa ke Bareskrim," ujarnya.

Namun, Yani tidak mengetahui atas dugaan apa Syahganda ditangkap. Yani akan mengecek lebih lanjut.

"Kita belum tahu, nanti saya cek," ujarnya.

Baca Juga: Orang No 1 TNI AD Sampai Mau Salami Perwira Muda Ini, Ternyata Ayahnya Petinggi Kopassus yang Gugur dalam Tugas, KSAD Andika Perkasa: Kita Itu Dekat...

YouTube Realita TV

Pengamat politik Syahganda Nainggolan bilang pemerintahan rezim Jokowi akan jatuh dalam tempo enam bulan ke depan.

Sementara politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik mengatakan Syahganda adalah teman lamanya.

Syahganda adalah mantan aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Fadjroel Rachman yang saat ini menjabat juru bicara Presiden.

Senior Syahganda, kata dia, Pramono Anung yang kini menjabat Sekretaris Kabinet.

Rachland mengakui tidak selalu setuju dengan pendapat-pendapat Syahganda. Namun teman lamanya itu bukan kriminal atau penghasut SARA.

Syahganda teman lama saya. Eks aktivis Mahasiswa ITB bersama @fadjroeL dkk. Seniornya adalah @pramonoanung.

Baca Juga: Diminta Waspada Saat Kunjungan ke Amerika Karena Dosa Orde Baru, Menhan Prabowo Subianto Bakal Dikawal Ketat Sosok Ini

Saya tak selalu setuju dengan pendapat-pendapatnya. Tapi ia jelas bukan kriminal atau penghasut SARA," tulis Rachland melalui akun Twitternya, @RachlanNashidik,

Rachland meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera menangkap Syahganda.

"Pak Jokowi, atas nama demokrasi, bebaskan Syahganda segera!" kata Rachland.

Baca Juga: Cucu Habibie Teriak Penjajahan Bangsa Sendiri, Tapi Mahasiswi Ini Malah Dicari Netizen Usai Parodikan Pancasila di Tengah Demo Omnibus Law

Sekitar tahun 2011-2012 sepak terjang akun twitter @TrioMacan2000 di dunia maya memang sering membuat pihak tertentu panas kuping.

Itu karena akun yang memberi nama Ade Ayu Sasmita ini seringkali berkicau tentang kasus dugaan korupsi. Sasarannya pun tak main-main, sejumlah pejabat negara yang sedang berkuasa saat ini.

Usut punya usut, siapa sebenarnya pemilik akun anonim ini? Sejumlah kalangan pun menduga beberapa nama berlatar belakang aktivis.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tulis Surat Buat Jokowi, Komentar Menantu SBY Atas Pertanyaan Sang Gubernur Malah Banjir Respon, Begini Kronologinya

Nama yang paling dicurigai adalah Syahganda Nainggolan, mantan aktivis ITB yang kini duduk sebagai Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC).

Keyakinan @TrioMacan2000 adalah milik Syahganda pun terus berkembang. Namun, pada Minggu (23/9/2012), Syahganda membantah terlibat langsung atau tidak, mengelola akun twitter fenomenal itu.

Baca Juga: Sengaja Buru-buru Kuasai Isi UU Cipta Kerja Karena Uang, Hotman Paris Malah Ingatkan Buruh Penolak Omnibus Law: Hati-hati Bisa Makin Meluas

Menurut Syahganda, dirinya bukan tipikal orang yang biasa menggunakan twitter untuk pendapat, analisa, dan komentar.

Apalagi menggunakan nama atau dengan menyembunyikan identitas asli. Kata Syahganda, ia lebih sering mewakili institusi SMC atau mengatasnamakan lembaga resmi lainnya, yang sejauh ini dikomunikasikan dalam ruang terbuka dan melalui penyampaikan di media massa umum.

"Saya selalu membuka diri ke tengah khalayak, apakah itu sebuah kritik, penilaian, dan sebagainya," jelas anggota dewan pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Pusat ini.

Baca Juga: Anak Buah SBY Tulis Kalimat Menohok, Nikita Mirzani Ancam Datangkan Sosok Ini Usai Puan Maharani Kepergok Matikan Mikrofon Anggota DPR

Ia heran tuduhan terhadap dirinya tanpa dasar itu berkembang di berbagai akun twitter, tanpa mempertimbangkan latar belakang obyektivitas serta pendekatan moral dari para penyebarnya.

Selain tak pantas, penyebutan asal-asalan itu bertolakbelakang dengan karakternya selama ini.

Baca Juga: Bisa Diperintah Jokowi Sewaktu-waktu, Begini Deretan Kehebatan Pasukan Paling Elit TNI yang Jadi Kebanggaan Panglima TNI Hadi Tjahjanto: Keberhasilan Operasi Dekati 100 Persen

Pasalnya hal itu memang ibarat jauh panggang dari api yang sama sekali tak pernah terhubung dalam ikatan kerjasama, termasuk membuat pengelompokan dengan akun tersebut.

"Tuduhan yang meletakkan saya dalam barisan akun anonim itu merupakan isapan jempol belaka, dan seandainya masih ada pihak yang terus mengaitkan, berarti mereka sedang mengigau di siang bolong," terang kandidat doktor ilmu kesejahteraan sosial Universitas Indonesia itu.

Baca Juga: Buruh Kelimpungan Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja, Bos Serikat Pekerja Dapat Tawaran Jabatan dari Jokowi? Begini Faktanya

Ia menegaskan, lantaran tak begitu aktif dalam komunikasi antar pengguna twitter, maka akun pribadinya yaitu @syahganda telah lama nonaktif, selain akibat tidak terlalu hobi bertwitter di dunia maya.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma