Foto Sampah Plastik Kejutkan Tim Ekspedisi Palung Mariana, Jadilah Bagian dari Solusi Limbah Kita Sehari-hari, Daftar Yuk!

Selasa, 18 Agustus 2020 | 16:10
Christantiowati

Manta ray (pari hantu) dan penyu hijau makan di antara kantong plastik , botol susu, dan sampah lain

Fotokita.net- Foto-foto bagian terdalam dari planet ini telah memukau mata kita. Sejumlah ilmuwan dan penyelam telah berhasil mendokumentasikan bagian terdalam Bumi, yaitu Palung Mariana.

Bagian ini dikenal sebagai perairan terdalam di dunia, di mana membentang sepanjang 2550 km dengan lebar 63 meter dengan kedalaman hingga 11 km.

Palung Mariana adalah jurang yang terletak di dasar laut timur Pulau Mariana barat Samudera Pasifik dekat dengan Pulau Guam.

Selama ini banyak misteri yang tersembunyi di dalam palung terdalam du dunia ini.

Banyak orang penasaran apa yang ada di dalamnya, banyak juga yang mengkaitkannya dengan monster laut.

Baca Juga: Survei Sebut 92 Persen Siswa Alami Masalah Saat Belajar Online, Menteri Nadiem Makarim Ambil Tindakan yang Bikin Guru dan Orangtua Murid Lega

Kemudian, konon katanya ada zona misterius yang minim ekplorasi.

Jacques Piccard, seorang ahli kelautan Swiss, dan Don Walsh, seorang Letnan Angkatan Laut AS, adalah orang pertama yang menjelajahi Palung Mariana pada tahun 1960.

Kemudian pada tahun 2012, sutradara film dan penjelajahNational GeographicJames Cameron terjun 35.787 kaki ke kedalaman Challenger Deep.

Baca Juga: Ada yang Coba Ambil Untung Besar, Uang Baru 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia Dihargai Rp 8 Juta, Begini Penjelasan Bank Indonesia

Pada 2019 lalu ada seorang pria bernama Victor Vescovo pensiunan perwira angkatan laut dan investor ekuitas swasta melakukan ekpedisi ke Palung Mariana.

Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk melakukan misi pemetaan sonar yang mendalam di lima wilayah terdalam samudera kita.

Sejauh ini, kru dokumenter telah menyelesaikan perjalanan ke Palung Mariana, Palung Puerto Rico, Palung Jawa, dan Palung Sandwich Selatan.

Penyelaman Palung Mariana oleh Victor dilakukan pada 28 April 2019 dan dirilis pada 1 Mei.

Baca Juga: Kabar Gembira Buat Kita yang Ingin Tukarkan Uang Baru Rp 75 Ribu, BI Tunjuk 5 Bank Umum Ini untuk Layani Penukaran Uang, Begini Caranya

Vescovo dan krunya mencapi 35.853 kaki atau 10.927 meter ke lantai Challenger Deep yang merupakan ujung selatan Palung Mariana juga titik terdalam di lautan.

Kapal selam yang disebut The Limiting Factor menghabiskan empat jam menjelajahi dan memetakan dasar lautan.

Rupanya Victor Vescovo dan timnya begitu terkejut saat mereka menemukan kantong plastik dan sampaih lainnya di bagian paling dalam Bumi ini.

Unbelievable-Fact
Unbelievable-Fact

Bagian terdalam Palung Mariana.

Hal yang menunjukkan bahwa polusi plastik sudah sampai ke titik terdalam planet ini sekalipun.

Kemudian, tim meminta ilmuwan untuk mengetes makhluk di Palung Mariana apakah mereka telah menelan plastik atau tidak.

Sekitar delapan juta metrik ton plastik memasuki lautan bumi setiap tahun.

Anda tidak perlu menjadi ahli konservasi untuk mengetahui bahwa ekosistem laut sangat terancam oleh polusi plastik tingkat tinggi.

Ekspedisi baru-baru ini dan banyak penelitian lain telah mengungkapkan bahwa sampah telah mencapai parit terdalam samudera.

Baca Juga: Nyali Netizen Tiba-tiba Ciut, Lomba Menatap Foto Mantan Terlama Akhirnya Bikin Geger: Lomba Macam Apa Ini!

Penyu, burung laut, ikan, dan mamalia laut terjerat atau terluka oleh sampah plastik.

Bayangkan saat kita menjinjing kantong plastik berisi belanjaan dari minimarket.

Berapa usia kerja kantong plastik? Mungkin hanya 15 menit, lalu kita mencampakkannya.

Editor

Sampah plastik di lautan.

Kita tengok sejenak perjalanan umat manusia bersama plastik. Sekitar 150 tahun silam, manusia menciptakan plastik sebagai materi yang ringan, kuat, dan murah. Bahkan, terobosan ini membantu jantung berdenyut dan pesawat melesat di udara.

Namun ada perkara yang mendesak dan perlu diwaspadai. Berdasarkan statistik dari Our World in Data, produksi tahunan plastik di dunia meningkat hampir 200 kali lipat sejak 1950.

Pada 1950, diketahui dunia hanya memproduksi dua juta ton plastik per tahunnya. Namun sejak, saat itu, produksi meningkat drastis.

Baca Juga: Pernah Bikin Indonesia Ikut Menangis Gegara Dipecat dari Paskibraka, Foto-foto Terbaru Gloria Hamel Bikin Mata Laki-laki Makin Melotot

Sayangnya, dari banyaknya plastik, hanya sekitar 20% yang didaur ulang. Pada akhirnya, sekitar delapan juta ton berakhir di lautan setiap tahunnya.

Plastik, seperti yang kita tahu, dapat bertahan lama di Bumi hingga 60-70 tahun. Dan plastik yang dibuat pada masa awal pun, kemungkinan masih ada hingga saat ini.

tudi terbaru dari University of Leeds yang dipublikasikan pada jurnal Science, mengungkapkan, jika terjadi peningkatan konsumsi plastik atau tidak ada perubahan signifikan pada aksi daur ulang, maka diperkirakan Bumi akan memiliki 1.3 miliar ton sampah plastik pada 2040.

Zika Zakiya

Pemungut sampah plastik sedang mengumpulkan sampah sampai harus menyelam ke dalam sungai.

Dan World Economic Forum (WEF) bahkan memprediksi bahwa pada 2050, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibanding ikan.

Plastik yang ada di laut bisa berasal dari daratan maupun perairan. Polusi plastik dari perairan mengacu kepada sampah sisa-sisa alat penangkap ikan seperti jaring, tali, dan bangkai kapal.

Sementara yang dari daratan berasal dari kehidupan modern manusia, di mana plastik kerap digunakan sebagai 'barang sekali pakai' seperti botol, gelas, dan alat makan plastik, serta pembersih telinga.

Baca Juga: Dulu Curi Perhatian Jokowi Usai Dipecat dari Paskibraka, Foto-foto Terkini Gloria Hamel Bikin Kita Tak Sabar Pencet Shutter Kamera

Sampah-sampah ini akan sangat berbahaya bagi hewan laut karena mereka akan mengira plastik sebagai makanannya dan akhirnya mengonsumsinya.

Penyu misalnya, mereka tidak dapat membedakan kantung plastik dengan ubur-ubur, sehingga kerap mengonsumsinya tanpa sengaja.

Saat sampah plastik masuk ke pencernaan hewan laut, itu dapat menyebabkan penyumbatan dan akhirnya kematian.

Citra Anastasia

Bersih-bersih sampah di sungai terutama plastik agar tak melaju memenuhi laut.

Belum lama ini, sekelompok peneliti juga telah menemukan bukti bahwa mikroplastik–potongan, fragmen, dan serat plastik–ternyata terakumulasi pada kotoran manusia.

Artinya, setelah hewan laut memakan sampah plastik, manusia kemudian dapat ikut menelannya melalui tuna, udang, atau lobster, yang dikonsumsi.

Murah dan mudahnya produksi plastik telah mempopulerkan penggunaan plastik. Kurangnya kesadaran kita tentang penggunaan dan pengolahan limbahnya telah berdampak buruk pada lingkungan.

Baca Juga: Cuma Dicetak 75 Juta Lembar, Inilah Cara Dapat Uang Baru Edisi Khusus Peringatan 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia

Inilah tragedi plastik. Kita telah menciptakannya. Kita begitu bergantung padanya. Namun, ada sesuatu yang bisa kita lakukan di situasi ini untuk bersama- sama menyelamatkan Bumi.

Tiba saatnya manusia menjadi penentu masa depan Planet ini. National Geographic Indonesia melalui #SayapilihBumi dan dukungan PT Unilever Indonesia Tbk @unileveridn berinisiatif untuk menggelar webinar tentang permasalahan dan solusi sampah plastik di Indonesia.

Program ini mempertemukan berbagai pihak mulai dari industri, lembaga penelitian, media hingga teman-teman pegiat lingkungan.

Simak perbincangan kami dalam program #BerbagiCerita daring via ZOOM, bertajuk Semangat Kolaborasi Menuju Kehidupan Lestari, pada Rabu 19 Agustus 2020, pukul 10.00-12.00 WIB.

Baca Juga: Punya Arti Spesial, Ternyata Jokowi Sudah 4 Kali Pakai Baju Adat Saat Upacara Kemederkaan Indonesia, Inilah Foto-fotonya

Bagian pertama, “Studi Terkini Mengenai Pengelolaan Sampah: Pentingnya Revolusi Melalui Kolaborasi”. Bagian Kedua, “Mendorong Peranan Bank Sampah Melalui Revolusi Digital.

Silakan mendaftar melalui pranala bit.ly/berbagiceritaunilever.

Mari berbincang bersama dan berkolaborasi untuk mencari solusi bagaimana kita bisa mengubah perilaku kita terhadap permasalahan sampah plastik di Indonesia.

Halaman selanjutnya...

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma