Jokowi Sebut Vaksin Merah Putih Siap Pertengahan 2021, Vladimir Putin Umumkan Rusia Negara Pertama yang Produksi Vaksin Covid-19

Selasa, 11 Agustus 2020 | 18:04
reuters

Ilustrasi vaksi virus corona

Fotokita.net -Angka kasus Covid-19 terus meningkat membuat pemerintahmendesak agar upaya pembuatan vaksin Covid-19 dari Indonesia bisa dipercepat.

Lantas, pertanyaannya, bisakah pembuatan vaksin Covid-19 ini dipercepat?

Presiden Joko Widodo mengatakan, saat ini pemerintah tengah mengembangkan vaksin Covid-19.

Pengembangan vaksin dilakukan di luar kerja sama Indonesia dengan negara-negara lain. Jokowi memperkirakan vaksin yang dinamai vaksin Merah Putih itu akan selesai pada pertengahan tahun depan.

Baca Juga: Digadang-gadang Jokowi Sebagai Penggantinya di Pilpres 2024, Pebisnis Kondang Ini Malah Banting Setir Jadi Youtuber

"Kita harapkan vaksin Merah Putih ini segera selesai dan diperkirakan bisa diselesaikan di pertengahan tahun 2021," kata Jokowi saat meninjau uji klinis fase III vaksin Sinovac, di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (11/8/2020).

Jokowi menyebut vaksin Merah Putih sudah dikembangkan selama tiga bulan terakhir. Vaksin itu dikembangkan dari virus Covid-19 yang beredar di indonesia.

Baca Juga: Jadi Wakil Erick Thohir di Komite Penanganan Covid-19, Jenderal Andika Perkasa Perintahkan Kawal Ketat Istri Prajurit TNI Ini

Sejumlah lembaga yang terlibat dalam pengembangan vaksin ini yakni Eijkman, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kementerian Riset dan Teknologi, serta sejumlah universitas.

"Jadi kita mengembangkan full sendiri," tegas Jokowi.

Baca Juga: Teruskan Tradisi Unik dalam Pemberian Nama Cucu Jokowi, Begini Arti Panembahan Al Nahyan Nasution, Berasal dari 3 Bahasa Ini

Kendati demikian, Indonesia tetap membuka kerja sama dengan negara lain. Salah satunya dengan perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac Biotech Ltd.

Vaksin Sinovac tersebut sudah melewati uji klinis fase I dan II di negara asalnya dan mulai uji klinis fase III di Indonesia hari ini.

Vaksin tersebut disuntikkan ke 1.620 relawan dan disaksikan oleh Jokowi. Selain dengan China, Indonesia juga membuka kerja sama dengan sejumlah negara lain.

"Bekerja sama dengan Uni Emirat Arab di G-42, bekerja sama dengan Korea Selatan. Saya rasa kita membuka diri dalam rangka secepat-cepatnya untuk melakukan vaksinasi bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Jokowi.

Baca Juga: Mau Terima Bansos Rp 600 Ribu Tiap Bulan? Ternyata Karyawan Swasta Harus Terdaftar di Sini

Presiden Saksikan Penyuntikan Perdana Uji Klinis Vaksin Covid-19

Prosedur yang bisa dipercepat

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio menegaskan bahwa sebenarnya, secara prosedur administrasi, pembuatan vaksin pada umumnya bisa saja dipercepat.

"Prosedur administrasi (pembuatan vaksin) bisa (dipercepat), tapi kita tidak bisa memaksa," kata Amin dalam diskusi daring bertajuk Webinar SISJ-ALMI: Vaksin Covid-19 di Indonesia, Sabtu (8/8/2020).

Prosedur administrasi yang dimaksudkan oleh Amin adalah tahapan fase dalam pembuatan vaksin yang bisa dilakukan tumpang tindih.

Baca Juga: Terungkap, Inilah Arti Nama Cucu Keempat Jokowi, Gabungan dari Bahasa Jawa, Arab, dan Batak

Misalnya, pada tahapan fase uji 1, tidak perlu harus menunggu 100 persen berhasil baru bisa lanjut ke fase berikutnya.

Begitupun untuk fase 2 dan fase 3, beberapa kondisi bisa dilakukan bersamaan atau jika fase sebelumnya sudah selesai keberhasilannya hingga 70-80 persen saja.

Untuk diketahui, administrasi pembuatan vaksin pada umumnya tidak memperbolehkan terjadinya fase uji yang tumpang tindih seperti itu.

Alhasil, waktu pembuatan vaksin bisa mencapai hitungan tahun, dengan rata-rata bila tidak dalam kondisi pandemik adalah sekitar lima sampai enam tahun.

Baca Juga: Inilah Cara dan Syarat Dapatkan Bantuan Rp 600 ribu per bulan Bagi Karyawan dengan Gaji di Bawah Rp 5 juta

Proses yang tidak bisa dipercepat

Namun, Amin juga menegaskan bahwa ada prosedur pembuatan vaksin yang tidak bisa dipercepat yaitu proses di laboratorium.

Proses di laboratorium adalah proses awal untuk mencari bahan baku utama dalam pembuatan vaksin dengan target antigen yang efektif menangkal virus tersebut.

Proses mencari bahan baku utama di laboratorium juga disebutkan sebagai penentu terhadap kondisi risiko yang terjadi jika nantinya vaksin tersebut sampai diujicobakan terhadap hewan ataupun manusia.

Jika bahan baku utama ini keliru dengan fatal, dampak risiko atau efek samping yang fatal juga bisa terjadi.

Baca Juga: Digadang-gadang Segera Besanan dengan Jokowi, Ternyata Ibunda Kekasih Kaesang Bukan Sosok Sembarangan, Tak Kalah Cantik dan Elegan dari Ibu Negara

"Proses di lab (laboratorium) tidak bisa dipercepat. Kalau dipercepat, produk bisa tidak optimal dan mungkin berisiko pada manusianya," tegas Amin.

Target utama pembuatan vaksin adalah sebagai antigen yang ketika masuk ke dalam tubuh, akan disambut dengan respon yang baik oleh sel imun atau sistem kekebalan tubuh.

Jika sel imunitas tubuh justru merespons dengan tidak baik akibat antigen yang tidak optimal, maka tidak menutup kemungkinan bila efektivitas yang ingin dicapai, dalam kasus ini herd imunity, juga tidak bisa tercipta dengan baik.

Selain itu, produk yang tidak optimal atau gagal juga bisa menimbulkan efek samping berupa gejala atau keluhan-keluhan yang berbahaya lainnya saat diujicobakan.

Baca Juga: Karyawan Swasta Mau Ikut Dapat Bantuan Tunai Rp 600 Ribu dari Pemerintah? Yuk Cari Tahu Syarat dan Ketentuannya

Sementara itu, Presiden Rusia Vlamidir Putin mengklaim negaranya adalah yang pertama di dunia mendaftarkandan memproduksi vaksin virus Corona.

Vaksin Rusia guna melawan virus Corona dikembangkan Gamaleya Research Institute. Uji klinis vaksin diakukan sejak 18 Juni, dan semua 38 relawan terbukti mampu mengembangkan kekebalan.

Presiden Vladimir Putin mengumumkan perkembangan itu, Selasa (11/8/2020) pagi waktu Moskow, saat pertemuan pemerintah. Kabar ini diwartakan Sputniknews.com.

Presiden juga meminta Menteri Kesehatan Mikhail Murashko untuk terus memberi tahu dia tentang vaksin itu.

Baca Juga: Dituding Israel Menimbun Amonium Nitrat Buat Jalankan Rencana Besar, Tapi Hezbollah Tak Bisa Berkelit dari Bukti-bukti Ini

Pada saat yang sama dia juga mengatakan dia tahu (vaksin) itu bekerja dengan cukup efektif dan membentuk kekebalan yang stabil.

"Saya berharap dalam waktu dekat kami dapat memulai produksi massal obat ini, yang sangat penting," kata Presiden Putin.

kremlin.ru
kremlin.ru

Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Putin lebih lanjut berterima kasih kepada semua orang yang bekerja pada vaksin pertama untuk melawan virus corona, dan menggambarkannya sebagai "langkah yang sangat penting bagi dunia".

“Saya berharap rekan-rekan kita di luar negeri juga bisa maju, dan akan ada cukup banyak produk yang bisa digunakan di pasaran, di pasaran dunia untuk obat-obatan dan vaksin,” lanjut Putin.

Presiden Rusia juga mengungkapkan bahwa salah satu putrinya telah divaksinasi virus corona.

Baca Juga: China Gemar Beri Utang Kemana-mana, Negara Kecil Ini Berani Tolak Bantuan Dana Rp 247 Triliun dari Tiongkok, Tapi Lebih Pilih Negara Tetangga

The Telegraph
The Telegraph

Vladimir Putin, Presiden Rusia

“Dalam hal ini, dia ikut dalam percobaan. Setelah vaksinasi pertama, dia memiliki suhu tubuh 38 derajat Celcius, sedangkan hari berikutnya sedikit di atas 37 derajat Celcius, itu saja,” jelasnya.

“Setelah suntikan kedua, vaksinasi kedua , suhunya juga naik sedikit, lalu semuanya beres, dia merasa baik dan titer [antibodi] tinggi,” beber Putin.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan vaksin pertama Rusia melawan virus corona akan mulai diproduksi di dua lokasi, Gamaleya Research Institute dan perusahaan Binnopharm.

(Intisari-Online.com/Kompas.com/Tribunnews.com/Sputniknews.com/xna)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma