China Gemar Beri Utang Kemana-mana, Negara Kecil Ini Berani Tolak Bantuan Dana Rp 247 Triliun dari Tiongkok, Tapi Lebih Pilih Negara Tetangga

Kamis, 06 Agustus 2020 | 09:14
LI GANG / XINHUA

Bukan Xi Jinping Maupun Mao Zedong, China Bisa Menempati Posisi 2 Negara dengan Perekonomian Terbesar Dunia Berkat Orang Ini

Fotokita.net-Saat ini China telah menjelma sebagai negara kuat di bidang ekonomi dan pelan tapi pasti menjadi lokomotif dunia.Banyak negara yang diberi bantuan oleh negeri tirai bambu ini.

Bahkan hampir setiap negara berkembang memiliki hutang pada China.Namun tak setiap negara ternyata mau diberi utang oleh China.

Hal tersebut lantaran ketika Chinamemberi bantuan dana, otomatis mereka akan mengendalikan negara itu.

Sekarang ini ekonomi dunia luluh lantak akibat wabah virus corona membuat susah banyak negara.

Saat ini, nyaris banyak negara di seluruh dunia dibikin bingung untuk kembali mengangkat performa ekonomi mereka dari jurang krisis.

Dampak krisis hebat yang melanda seluruh dunia, membuat negara 'pemberi utang' sekelas China juga dalam kesulitan yang sama.

Baca Juga: Tiongkok Makin Bernafsu Kuasai Laut China Selatan, Kelompok Bajak Laut Malah Makin Beringas Tanpa Ada Perlawanan, Ternyata Begini Penjelasannya

Dalam sebuah kasus kecil misalnya Pakistan menelpon mitra-mitranya di Beijing dan membuat permintaan mendesak, untuk merekonstruksi miliaran dollar dan bentuk pinjaman dari China.

Permintaan serupa bahkan dibuat berturut-turut ke Beijing oleh Kirgistan, Sri Lanka dan banyak negara Afrika lainnya.

Baca Juga: Punya Senjata Mematikan yang Bisa Bikin Indonesia Porak Poranda, Terungkap Akal-akalan Australia Ikut Musuhi Tiongkok di Laut China Selatan: Tak Ada Makan Siang Gratis

Semuanya adalah debitor besar, dalam jumlah puluhan miliar dollar dari China.

Mengutip 24h.co.vn, usulan semacam itu membuat China dalam kondisi yang sulit.

Dalam upayanya untuk menjadi kreditor terbesar di negara-negara berkembang, selama dua dekade terakhir China meningkatkan pinjaman global.

Mengalirkan ratusan miliar dollar ke negara-negara miskin untuk memperluas pengaruhnya.

Baca Juga: Viral Video Jenazah Lambaikan Tangan Waktu Diturunkan ke Liang Lahat, Inilah Penjelasan Ahli Atas Kejadian di Manado Itu

Kompas Internasional

Jadi Biang Kerok Pandemi Corona, Presiden China Janji Beri Bantuan Internasional dan Vaksin Covid-19 Secara Global Bila Tersedia

Banyak negara meminjam uang ke China, sementara mereka harus menggadaikan pelabuhan penting, tambang, atau aset berharga lainnya.

Menurut Amerika kebijakan Beijing menghamburkan uang untuk memberi pinjaman ini, disebut sebagai "diplomasi perangkap utang."

Amerika juga memperingatkan, negara-negara kecil untuk berhati-hati dalam meminjam uang dari China.

Namun, dalam konteks pandemi berlangsung dan berdampak langsung pada ekonomi dunia, China menghadapai risiko kehilangan pinjamannnya.

Baca Juga: Anies Baswedan Kembali Perpanjang PSBB Jakarta, Jokowi Malah Minta Warga Beraktivitas Sambil Bersiap Sambut Era Normal Baru: Syukurlah, Pasar Kembali Ramai Jelang Lebaran

Yajoop
Yajoop

Ilustrasi - China terancam bangkrut di tengah pandemi Covid-19.

Karena negara debitur, mengatakan mereka tidak bisa membayar utang ke China.

Jika China setuju untuk merekonstruksi atau menghapus utang, ini akan memberikan tekanan besar pada keuangan negara.

Karena,pada saat yang sama semua orang di dunia dalam kondisi sulit akibat mewabahnya Covid-19.

Namun, jika China memutuskan untuk memulihkan utang dan tetap memberikan tagihan pada negara-negara yang terpukul, akan membuat negara pengutang membenci China.

Baca Juga: Tak Terima Guru Agama Mereka Ditangkap Seperti Teroris, Santri Habib Bahar Bin Smith Akhirnya Buka Suara Soal Kondisi Tegang di Pondok: Warga Sekitar Pun Nyaris Terpancing

Biro Pers Setpres

Presiden Jokowi dengan Presiden China Xi Jin Ping.

Padahan tujuan China memberikan utang, adalah untuk memberikan pengaruh citra sebagai pemimpin dunia dan dalam masa pendemi ini sangat berpengaruh besar.

"Dalam hal ini Tiongkok dirugikan, jika tekad untuk mengambil tagihan, dan negara tersebut tidak bisa membayar, China akan mengambil aset strategis di negara yang tidak mampu," jelas Andrew Small, anggota senior dana Marshall Jerman.

Hal itu akan mempengaruhi reputasi Tiongkok di mata dunia, mempertanyakan tanggung jawab China sebagai negara penyebab bencana global ini.

Baca Juga: Bikin Sang Gubernur Menangis Terisak, Begini Foto Penampakan Terakhir Beirut Setelah Ledakan Besar yang Renggut Ratusan Nyawa

Laiknya Bank Dunia, nyaris semua negara berkembang memiliki utang dengan negeri Tiongkok.

Meski demikian, bukan berarti semua negara kecil dengan mudah dikadali oleh China.

Faktanya, ada sebuah negara yang dengan berani menolak tawaran utang dari China untuk proyek pembangunan negaranya.

Negara tersebut adalah Estonia, negara terkecil di Eropa yang dengan berani menolak kucuran dana yang diberikan oleh negeri panda tersebut.

Melansir 24h.com.vn, pada Rabu (5/8/2020), Estonia berencana memambangun proyek terowongan terpanjang di dunia.

"Berdasarkan situasi aktual, kami memiliki alasan untuk mungkin proyek terowongan lintas laut ini tidak menjamin faktor lingkungan ekonomi dan keamanan," kata Menteri Administrasi Publik Estonia, Jaak Aab.

Jika diimplementasikan, proyek terowongan sepanjang 100 km akan digunakan untuk transportasi kereta api dan jalan.

Baca Juga: Kian Menegangkan, Amerika Pamer Bisa Pukul Mundur Pembom Strategis Rusia, Kini Jet Tempur Sukhoi Su-27 Usir 2 Pengintai AS di Perbatasan

Women Days Celebration
Women Days Celebration

Presiden Estonia Kersti Kaljulai

Proyek terowongan itu berjalan melalui ibu kota Estonia, Tallinn dan ibu kota Finlandia, Helsinki.

Mengatahui mega proyek itu akan memberikan keuntungan internasional, China menawarkan investasi sebesar 17 miliiar dollar AS (Rp247 triliun).

Pembangunan terowongan melalui laut dari Estonia adalah bagian dai Road Belt China.

Jika diimplementasikan, proyek penting ini akan bergabung dengan sistem pengiriman dari China ke Eropa Utara.

Estonia mengatakan, rencana investasi keuangan untuk proyek lintas laut terpanjang di dunia itu belum jelas.

Ada kemungkinan bahwa, proyek itu tidak akan melayani kepentingan publik.

Baca Juga: Menolak Bicara Soal Riwayat Pendidikan Hingga Akui Bukan Seorang Dokter, Profesi Asli Hadi Pranoto Usai Klaim Temukan Obat Corona Akhirnya Terungkap

weforum.org
weforum.org

Potret pemandangan di kota Tallin, Estonia

Perdana Menteri Estonia, Juri Ratas mengatakan ia berharap lebih banyak proyek-proyek berikutnya hanya dilakukan oleh kerja sama Estonia dan Finlandia.

Sekitar 1.500 dokumen tambahan dikirim ke pemerintah Estonia untuk menjawab kekhawatiran dari pemerintah negara mengenai proyek tersebut.

Mengetahui situasi ini, China yang tidak ingin melewatkan kesempatan emas terus melakukan upaya untuk membujuk Estonia.

Menurut Politico, China masih mengharapkan Estonia untuk merubah pikirannya, untuk mau menerima tawaran China.

Selama itu, China masih menunggu kepastian dari pemerintah Estonia andaikan berubah pikiran dan menerima kucuran dana investasi dari China.

Sementara itu, bukan rahasia lagi jika China memang getol menawarkan pinjaman dan uang pada negara-negara kecil untuk proyek pembangunan.

Baca Juga: Insting Cerdas Habibie Seperti Terbukti, Negara Ini Terus Merongrong Ekonomi Timor Leste yang Makin Terpuruk Usai 18 Tahun Merdeka dari Indonesia

Lutfi Fauziah

Estonia—Seperti jamur yang tumbuh di tanah, tiang-tiang kayu bertudung es ini bertebaran di atas per

Menurut laporan, tindakan China itu merupakan proyek ambisius dari inisiatif Road Belt, di mana China berusaha untuk mendapatkan semua akses jalur keseluruh dunia.

Namun, tuduhan itu dibantah oleh China.

Baca Juga: Ngaku Bukan Dokter Apalagi Alumni IPB, Terungkap Profesi Asli Hadi Pranoto yang Klaim Temukan Obat Antibodi Covid-19 Hingga Berujung Pada Laporan Polisi

Amerika sendiri menuduh, bahwa China dengan sengaja menawarkan pinjaman uang dalam jumlah fantastis pada negara kecil untuk melakukan proyek pembangunan.

Namun, jumlah uang yang ditawarkan mustahil untuk dibayar sehingga mereka yang terperangkap dengan utang China dipaksa untuk menyerahkan proyek tersebut pada Tiongkok.

(Afif Khoirul M/Intisari-Online.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma