Turki Kembalikan Fungsi Hagia Sophia Sebagai Masjid, Begini Respon Paus Fransiskus Terhadap Keputusan Kontroversial Erdogan Itu

Senin, 13 Juli 2020 | 12:27
freepik

Hagia Sophia

Fotokita.net-Uni Eropa, termasuk Yunani, Perancis dan Amerika Serikat (AS) telah melayangkan kritik serius terhadap keputusan Turki yang mengubah museum Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

Keputusan itu menimbulkan kekhawatiran akan masa depan Hagia Sophia yang pernah menjadi tempat ibadah umat Kristiani itu dan sudah menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO.

Karena statusnya sudah menjadi masjid, selama ibadah shalat dilaksanakan di dalamnya, pemerintah Turki bermaksud menutup gambar Yesus, Bunda Maria dan orang-orang kudus Kristen dengan teknologi khusus yang menggunakan teknik pencahayaan, sebagaimana dilaporkan Greek City Times.

Baca Juga: Diyakini Bisa Bergerak Sendiri Hingga Fotonya Jadi Viral, Pemilik Rumah Ini Bongkar Fakta yang Sebenarnya, Ternyata Penyebabnya Justru Bermula dari Sini

Menurut media setempat, tirai khusus akan digunakan selama ibadah shalat berlangsung.

Ada pun karpet akan digelar di lantai yang menyala untuk menggelapkan ruangan agar gambar-gambar dari ajaran Kristen tidak tampak.

Baca Juga: Hidup dalam Ketakutan Lantaran Jadi Musuh Kaum Mayoritas, Inilah Foto-foto Keresahan Warga Yahudi Indonesia dalam Jalani Hidup: 'Orang Tak Bedakan Antara Yahudi dan Israel'

Hagia Sophia atau dalam bahasa Turki Ayasofia adalah magnet wisatawan mancanegara.

Monumen itu pertama kali dibangun sebagai Katedral di Kekaisaran Bizantium Kristen.

Namun, ketika Konstantinopel (Istanbul) ditaklukkan oleh Ottoman pada 1453, bangunan itu diubah fungsinya menjadi masjid.

Baca Juga: Malaysia Punya Utang Rp 3.500 Triliun, Sementara Pinjaman Indonesia Capai Rp 5.200 Triliun, Lantas Kenapa Negara Tetangga Kita Itu Justru Terancam Bangkrut?

Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang menurut para kritikus memangkas pilar sekuler negara mayoritas Muslim itu, mengumumkan pada Jumat kemarin bahwa ibadah shalat umat Islam di dalam Hagia Sophia akan dimulai pada 24 Juli mendatang.

Pada masa-masa sebelumnya, dia berulang kali menyerukan agar bangunan yang menakjubkan itu diganti namanya menjadi masjid dan pada 2018, dia bahkan pernah membacakan sebuah ayat dari Al Quran di Hagia Sophia.

Hagia Sophia memiliki makna besar sebagai simbol agama dan simbol politik

Hagia Sophia yang dibangun sebagai gereja lalu sempat 'disekulerkan' dengan menjadi museum, kini kembali berubah menjadi masjid atas perintahPresiden Turki Tayyip Erdogan.

Keputusan ini lantas menuai kritikan dari berbagai belahan duniamulai dari Rusia, Yunani, hingga Amerika Serikat.

Ada yang menilainya sebagai hal yang memalukan ada pula yang menganggap keputusan Erdogan tersebut sebagai provokasi kepada dunia beradab.

Lalu, apa alasan banyak pihak yang menentang keputusan Dewan Negara Turki yang mengubah kembali status Hagia Sophia sebagai masjid?

Baca Juga: Dijuluki Pengacara 30 Miliar Hingga Biasa Peluk Perempuan Cantik, Hotman Paris Mendadak Kena Semprot Orang Terkaya Indonesia Gegara Keceplosan Bicara Soal Ini: 'Istri Saya Bisa Marah Nih'

Untuk menjawabnya, kita harus kembali ke tahun 537 M, kala Hagia Sophiapertama kali dibangun.

Kala itu, Hagia Sophia dibangun sebagai Katedral Gereja Kristen. Fungsi yang bertahan sekitar 500 tahun hingga tahun 1054 M.

Setelah itu, hingga tahun 1453, status bangunan yang terletak di Istanbul ini berubah-ubah dari Katedral Ortodoks Yunani, Katedral Katolik Roma, hingga kembali menjadi Katedral Ortodoks Yunani.

Namun, sejak Kesultanan Utsmani mengusasi Turki, bangunan ini berubah menjadi masjid hingga tahun 1931.

Baca Juga: Tak Pakai Masker Picu Kasus Corona Melonjak, Pemerintah Minta Warga Tak Turunkan Masker ke Dagu, Termasuk Saat Makan

Seiring dengan runtuhnya Kesultanan Utsmani dan lahirnya Republik Sekuler Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atarturk, status dari bangunan dengan kubah yang ikonik ini pun dua kali berubah.

Mulai dari ditutup untuk umum dari tahun 1931 hingga 1935, hingga kemudian diubah statusnya, beberapa menyebutnya 'disekulerkan', menjadi museum.

Setelah ini, Hagia Sofia kemudian beralih status menjadi warisan dunia sebagai harmoni peradaban dunia.

Ya, bagi para pejalan destinasi kerap menorehkan memori khusus dalam benak. Hagia Sophia telah menggoreskan kesan yang teramat mendalam.

Didi Kasim/National Geographic Indonesia

bagian dalam dari Hagia Sophia, salah satu destinasi andalan Turki. Sejak 1935 hingga kini, Pemerintah Turki menjadikan Hagia Sophia sebagai museum.

Kubah megahnya menjadi tonggak sejarah arsitektur dunia, bangunan ini terus menunjukkan keanggunan dan kesuciannya pada masa yang telah ia lewati.

Di dalam satu kubah inilah kita dapat merasakan dan mempelajari dua kebudayaan yang melekat pada bangsa Turki hari ini, budaya yang di turun temurunkan sejak era Ottoman dan juga Byzantium.

Ornamen gereja pada satu sisinya, dan ornamen lain yang berbentuk kaligrafi kental bernapaskan Islam.

Namun, kini status Hagia Sophia kembali berubah.

Baca Juga: Dulu Nikmati Pembangunan Jor-joran dari Penguasa Orde Baru Sebagai Provinsi Bontot, Kini Timor Leste Makin Menderita Setelah Berpisah dengan Indonesia: Sudah Miskin Ekonominya Juga Terancam Bangkrut

Pengadilan Turki membatalkan sebuah keputusan pemerintah tahun 1934 yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum pada Jumat (10/7/2020).

Keputusan ini akan membuka jalan bagi konversi pembangunan kembali ke masjid meskipun ada peringatan internasional terhadap tindakan tersebut.

Melansir Arab News, Presiden Tayyip Erdogan telah mengusulkan untuk memulihkan status masjid dari Situs Warisan Dunia UNESCO.

Situs ini menjadi titik fokus dari kekaisaran Bizantium Kristen dan Kekaisaran Ottoman Muslim dan sekarang menjadi salah satu monumen yang paling banyak dikunjungi di Turki.

Lonelyplanet.com
Salvator Balki

Hagia Sophia

Erdogan menandatangani dekrit yang mengkonfirmasi keputusan tersebut pada hari Jumat.

AS, Yunani, dan para pemimpin gereja termasuk di antara mereka yang menyatakan keprihatinan tentang pengubahan status bangunan besar abad ke-6.

Baca Juga: Virus Corona Menyebar Lewat Udara Akhirnya Diakui WHO, Covid-19 Makin Mudah Menular, Begini Tindakan yang Harus Kita Lakukan

Hagia Sophia diubah menjadi museum di masa-masa awal negara Turki sekuler modern di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk.

"Disimpulkan bahwa akta penyelesaian mengalokasikannya sebagai masjid dan penggunaannya di luar karakter ini tidak dimungkinkan secara hukum," Dewan Negara, pengadilan administratif utama Turki, mengatakan dalam putusannya seperti yang dikutip dari Arab News.

"Keputusan kabinet pada tahun 1934 yang mengakhiri penggunaannya sebagai masjid dan mendefinisikannya sebagai museum tidak mematuhi hukum," katanya.

Menurut asosiasi yang membawa kasus ini ke pengadilan, Hagia Sophia adalah milik pemimpin Ottoman yang merebut kota pada tahun 1453 dan mengubah gereja Bizantium yang sudah berusia 900 tahun menjadi masjid.

Ottoman membangun menara di samping struktur kubah yang luas, sementara di dalamnya ditambahkan panel kaligrafi besar bertuliskan nama-nama Arab dari para khalifah Muslim awal di samping ikonografi Kristen kuno monumen itu.

Baca Juga: Kembali Bikin Bangga Indonesia di Mata Dunia, Pemerintah Umumkan Kaldera Toba Sukses Ditetapkan Jadi UNESCO Global Geopark, Apa Maknanya Buat Pariwisata Kita?

Sri Paus Fransiskus pada Minggu (12/7/2020) mengatakan bahwa dia 'sangat sedih' atas keputusan Turki yang mengubah monumen era Bizantium, Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

"Saya memikirkan Istanbul. Saya sedang memikirkan Hagia Sophia. Saya sangat sedih," ujar Paus sebagai reaksi pertama Vatikan terhadap keputusan yang menuai kritik internasional itu.

Melansir Arab News, Surat Kabar Vatikan Osservatore Romano pada Sabtu (11/7/2020) merespons reaksi berbagai negara tentang keputusan Turki yang mengubah monumen Hagia Sophia dari museum kembali menjadi masjid.

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Sah! Hagia Sophia segera berubah fungsi menjadi masjid, Erdogan tandatangani dekrit".

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma