Berjemur Disebut Bisa Cegah Infeksi Virus Corona ke Dalam Tubuh, BMKG Tiba-tiba Minta Warga Hindari Sinar UV Pada Hari Ini, Ada Apa Sebenarnya?

Jumat, 03 Juli 2020 | 11:26
AP/Eduardo Munoz

Ilustrasi berjemur. Foto ini menampilkan orang berjemur di Central Park di New York, AS, 17 Juli 2016.

Fotokita.net– Infeksi virus corona membuat warga dunia ketakutan. Maklum, virus corona menyerang sistem pernafasan, merusak organ dalam hingga merenggut nyawa manusia.

Sejak virus corona dinyatakan sebagai wabah baru di seluruh dunia, warga berbondong-bondong meningkatkan imunitas secara mandiri.

Mereka melalukan berbagai upaya untuk mencegah infeksi virus corona ke dalam tubuh.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, salah satunya dianjurkan untuk berjemur di bawah sinar matahari.

Banyak yang meyakini bahwa pagi hari adalah dianggap sebagaoi waktu terbaik untuk berjemur.

Karena saat inilah, asupan vitamin D secara alami didapatkan.

Baca Juga: Sempat Bikin Heran WHO Lantaran Tak Pernah Terapkan Protokol Kesehatan, Negara Ini Akhirnya Mencatat Kasus Covid-19 Tertinggi dalam 2 Bulan Terakhir, Ternyata Begini Penyebabnya

Namun, banyak ahli kesehatan justru yang merekomendasikan agar berjemur di bawah matahari pada siang hari.

Lantas, yang menjadi pertanyaan, berjemur yang baik jam berapa sebenarnya?

Baca Juga: Wilayah Tinggalnya Dikelilingi Pepohonan Lebat dan Gunung, Ternyata Warga Daerah Ini Beli Mi Instan dengan Emas: 'Bertahun-tahun Pemerintah Tak Pernah Membangun'

Sebelum mengetahui waktu berjemur yang baik jam berapa, alangkah baiknya kita menilik manfaat berjemur di bawah sinar matahari terlebih dahulu.

Yang perlu diketahui bahwa tubuh manusia tidak dapat memproduksi vitamin D dengan sendirinya.

Apalagi kandungan vitamin D nyatanya cukup terbatas hanya dari jenis-jenis makanan tertentu, seperti kuning telur dan susu.

Pendapat mengenai waktu berjemur yang baik jam berapa memang masih beragam di kalangan para ahli kesehatan.

Ada yang berpendapat bahwa waktu berjemur di bawah sinar matahari yang baik adalah saat pagi hari.

Baca Juga: Bikin Kaget! Warga di Daerah Ini Biasa Beli Mi Instan dengan Emas, Ternyata Begini Cerita Sebenarnya

Namun, ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa waktu berjemur yang baik adalah saat siang hari.

Sebenarnya, ada dua jenis cahaya matahari yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh manusia, yakni sinar ultraviolet A dan ultraviolet B.

Baca Juga: Jadi Sarang Virus Corona Terbesar di Dunia, Militer Brasil Mati-matian Tembus Belantara Demi Berikan Bantuan, Tapi Barang Terbawa Malah Zat Berbahaya

Tribunstyle/Instagram dattaatinaa

Tina Datta berjemur

Sinar ultraviolet A tidak dibutuhkan oleh manusia, bahkan seharusnya dihindari karena terpapar sinar matahari ini secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kulit keriput dan kanker kulit.

Ultraviolet A umumnya adalah cahaya matahari yang muncul pada pukul 05.30 pagi hingga 07.00 pagi, atau tepatnya saat matahari mulai beranjak naik dan gelombang cahaya matahari sedang panjang.

Sedangkan, sinar matahari ultraviolet B merupakan gelombang cahaya yang pendek.

Baca Juga: Lagi-lagi Kalahkan Malaysia dengan Telak, Anak Buah Jokowi Kaget Saat Bank Dunia Naikkan Status Indonesia Jadi Negara Menengah ke Atas di Tengah Wabah Corona, Begini Faktanya

Jadi, inilah jenis cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tubuh.

Ultraviolet B bisa Anda dapatkan saat sinar matahari naik, yakni sekitar pukul 10.00 pagi hingga 15.00 siang.

Selain itu, sebuah penelitian lain mengungkapkan alasan bahwa waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari adalah siang hari.

Sebab, pada waktu tersebut risiko kanker kulit jenis cutaneous malignant melanoma (CMM) tergolong paling rendah.

Paparan sinar matahari yang didapatkan antara pukul 10.00-15.00 dapat memicu produksi vitamin D, yang dapat bertahan dua kali lebih lama dalam darah, jika dibandingkan dengan vitamin D yang dikonsumsi dalam bentuk suplemen atau makanan.

Meski demikian, pada rentang jam tersebut, risiko kulit terbakar matahari pun dapat meningkat karena paparan sinar matahari cukup menyengat.

Oleh karena itu, kita perlu membatasi waktu berjemur di bawah sinar matahari selama 10-20 menit saja.

Cahaya matahari yang terbaik adalah yang menyinari tubuh secara langsung, bukan hanya sekadar membuat tubuh mengeluarkan keringat.

Jadi, upayakan kulit mendapat sinar matahari secara langsung, ya.

Baca Juga: Tangan Kanan Soeharto Akali Pembelian Pesawat Tempur dari Israel, Komandan Teknisi TNI AU Ternyata Bikin Keputusan Aneh Saat Jet Bekas Itu Tak Juga Berhasil Diperbaiki: 'Tanam Kepala Kerbau'

Tetapi, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan tentang indeks radiasi sinar ultraviolet (UV) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) untuk hari ini, Jumat (3/7/2020).

Melansir akun Instagram resminya, BMKG menyebutkan, wilayah Jabodetabek pada Jumat ini pukul 08.00-09.00 WIB memiliki indeks UV 0-2 dengan tingkat risiko bahaya rendah hingga sedang.

Pada pukul 10.00-11.00 WIB dan 12.00-13.00 WIB, indeks UV berisiko bahaya sedang hingga sangat tinggi.

Sementara itu, pukul 14.00-15.00 WIB, indeks UV berisiko bahaya rendah hingga sedang.

Perlu diketahui, dampak paparan langsung sinar UV bisa berupa kerusakan kulit hingga kanker. Oleh karena itu, perlindungan wajib dilakukan mengingat begitu bahayanya dampak yang didapatkan.

Baca Juga: Hatinya Teriris Ucapan Sang Papa yang Setajam Silet, Anak Ahok Kembali Bikin Ulah Hingga Dikecam Temannya Sendiri, Komut Pertamina Akhirnya Cuma Bisa Terdiam

Terlebih Indonesia merupakan negara yang mendapatkan jatah terlama sinar matahari sepanjang tahun.

Masyarakat pun diimbau menghindari aktivitas pada pukul 10.00-16.00. Jika ada masyarakat yang ingin menikmati sinar matahari dengan penuh vitamin D, masyarakat bisa lakukan menjemurkan dengan durasi kurang dari 15 menit.

Secara umum sebetulnya ada dua jenis sinar UV, yakni UVA dan UVB. Namun jika masyarakat terlalu berlebih mendapatkan sinar UV tersebut jelas dalam waktu dekat akan berdampak pada kesehatan tubuh.

IG Ayu Ting Ting

Penampilan rumahan Ayu Ting Ting yang terbuka saat lagi berjemur yang diunggah sang ibu di medsos

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (Epa.gov) menyarankan kita menghindari panas terik pada waktu yang ditetapkan, yakni pukul 10.00-16.00. Jika terpaksa dilakukan, jangan terlalu lama terkena terkena sinar UV dan usahakan berteduh di tempat yang tertutup.

Secara umum sebetulnya ada dua jenis sinar UV, yakni UVA dan UVB. Namun jika masyarakat terlalu berlebih mendapatkan sinar UV tersebut jelas dalam waktu dekat akan berdampak pada kesehatan tubuh.

Baca Juga: Setelah Sempat Dibantah, Akhirnya Nadiem Makarim Umumkan Jadwal Masuk Sekolah, Begini Rincian Waktu Kegiatan Pertama Siswa SD SMP dan SMA

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (Epa.gov) menyarankan kita menghindari panas terik pada waktu yang ditetapkan, yakni pukul 10.00-16.00. Jika terpaksa dilakukan,jangan terlalu lama terkena terkena sinar UV dan usahakan berteduh di tempat yang tertutup.

Pakailah pelindung diri seperti topi yang bertepi lebar agar bisa menutupi mata, telinga, wajah, dan leher. Namun itu semua akan lengkap jika kita juga menggunakan kacamata hitam yang melindungi mata secara langsung dari pantulan sinar UV.

Sumber lain sepertiPopmama,merincikan bagaimana dampak penyakit akibat paparan sinar UV. Berikut dampak penyakit akibat ultra violet.

Mari kita cermati satu demi satu:

Sel pigmen kulit akan cepat terkelupas

Sebagai betuk pertahanan kulit, sel pigmen secara otomatis akan dilepaskan sebagai bentuk pertahanan diri. Maka tak heran seseorang ketika terlalu banyak aktifitas lapangan akan terlihat gelap. Tak sampai di situ, kulit pun akan muncul bercak hitamkecoklatan yang akrab disebutsunspots.

Baca Juga: Warga Korea Utara Santap Daging Anak Sendiri, Kim Jong Un Kembali Timbul Tenggelam di Depan Publik, Jepang Rupanya Sudah Deteksi Keanehan Pada Tetangganya Itu

Memicu melasma

Melasma merupakan gambaran kondisi kulit dengan bercak coklat simetris di bagian wajah. Ada kemungkinan juga melasma akan muncul di bagian lain jika terlalu lama terpapar langsung. Hal tersebut merupakan akibat dari rangsangan sinar UV terhadap melanosit yang berfungsi memproduksi banyak warna dalam kulit.

Kulit terbakar atausunburn

Sunburn terjadi akibat terlalu lama terpapar, yang mengakibatkan kulit menjadi kemerahan dan terasa perih akibat suhu tinggi dari sinar matahari.

Penuaan dini

Fenomena ini adalah hal yang paling ditakutkan oleh perempuan. Banyaknya garis keriput dampak dari UV yang merusak serat kolagen dan elastin. Umumnya dua serat tersebut berfungsi sebagai elastisitas, jadi jika tanpa dua serat itu kulit nampak keriput dan kendur.

Baca Juga: Termasuk Obat Keras, Deksametason Disebut Bisa Sembuhkan Covid-19, Begini Akibatnya Bila Dikonsumsi Orang Sehat

Kanker kulit

Bagi perempuan sudah bukan rahasia umum lagi mengenai bahaya kanker kulit. Sinar UV yang merusak masuk ke dalam sel kulit mampu merusak materi genetik. Jika ini terus dibiarkan, maka akan ada pertumbuhan sel abnormal yang tak terkontrol hingga menjadi kanker kulit yang membahayakan.

(Intisari-online.com/Kontan.co.id)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma