Indikasi Asia Tenggara Jadi Medan Perang Amerika Kontra China Makin Kentara, Pejabat ASEAN Marah Besar Saat Dengar Pernyataan Menlu AS Ini

Sabtu, 27 Juni 2020 | 18:31
SCMP

Kapal Induk Shandong

Fotokita.net-Angkatan Laut AS sedang mempersiapkan serangan yang ekspansif dari dua kapal perang di Pasifik dengan menghubungkan kapal induk USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz Carrier Strike Groups untuk operasi gabungan di dekat Selat Taiwan dan Laut China Selatan.

Latihan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proyeksi daya kapal perang AS dalam kondisi siap, mampu dan sangat fungsional jika diperlukan untuk meluncurkan operasi tempur terkoordinasi di daerah tersebut.

MelansirThe National Interest,Komandan Angkatan Laut merujuk latihan ini sebagai upaya khusus untuk mempertahankan "kesiapan" di wilayah yang sangat rentan dan bertekanan tinggi. Dia juga mengakui ketegangan yang terjadi antara AS-Tiongkok saat ini.

Baca Juga: Kapal Perangnya Sudah Saling Todong dengan Armada Laut China, Kini Amerika Siagakan 3 Kapal Induk di Mulut Laut China Selatan, Perang di Ujung Senjata?

"Ini adalah kesempatan besar bagi kita untuk berlatih bersama dalam skenario yang kompleks," jelas Laksamana Muda Doug Verissimo, komandan Carrier Strike Group (CSG) 9, mengatakan dalam laporan Angkatan Laut seperti yang dikutip dariThe National Interest.

Dia menambahkan, "Dengan bekerja bersama dalam lingkungan ini, kami meningkatkan keterampilan taktis dan kesiapan kami dalam menghadapi wilayah yang semakin tertekan dan Covid-19."

Menurut pernyataan resmi Angkatan Laut AS, kelompok serangan AS tersebut akan mendukung latihan pertahanan udara, pengawasan laut, pengisian kembali di laut, pelatihan tempur udara defensif, serangan jarak jauh, manuver terkoordinasi dan latihan lainnya.

Baca Juga: Nyali Tiongkok Tiba-tiba Menciut, Ajakan Berunding Perkara Konflik di Laut China Selatan Ditolak Mentah-mentah Menlu Retno Marsudi: 'Sudah Waktunya Mereka Lihat Keseriusan Indonesia'

Meskipun bukan pertama kalinya Angkatan Laut melakukan operasidual-strike groupdi Pasifik, manuver ini bukan tanpa tantangan teknis dan strategis. Namun, seranganmulti-carrierberhasil berkat jaringan yang rumit, komando terkontrol dan upaya konflik udara.

Di sisi lain, latihan ini juga memberikan keuntungan besar untuk opsi serangan maritim dengan melipatgandakan daya tembak, potensi pengawasan dan kemampuan senjata.

Operasi ini juga dinilai mampu memperluas kemampuan Angkatan Laut untuk menyerang target darat ke tingkat yang lebih besar, memperpanjang waktu tinggal pencarian target dan memungkinkan serangan multi-platform terkoordinasi. Tak hanya itu, operasi ini juga bisa meningkatkan serangan rudal perusak dan penjelajah yang diluncurkan.

Baca Juga: Terang Saja Ahli UI Langsung Tepok Jidat, Ternyata Pemerintah Lebih Memilih Cara Ini Buat Melawan Covid-19 Ketimbang Medis: 'Pantesan Ambyar'

FB US Pacific Fleet
FB US Pacific Fleet

Ilustrasi kapal perang

SetiapCarrier Strike GroupAS terdiri dari kapal induk, kapal penjelajah, dan dua kapal perusak, membawa kombinasi besar dan terintegrasi dari aset yang diluncurkan melalui laut.

Sementara itu,Japan Timesmelaporkan, untuk pertama kalinya sejak 2017, Angkatan Laut AS telah menempatkan tiga kapal induknya di pintu masuk Laut China Selatan yang disengketakan.

Analis menilai, pengiriman pasukan ke Pasifik Barat melalui tiga kapal perang itu kemungkinan dimaksudkan untuk mengirim pesan ke China bahwa, meskipun pandemi virus corona sedang berlangsung, militer Amerika Serikat akan terus mempertahankan kehadiran yang kuat di wilayah tersebut.

Baca Juga: Kabar Baik Buat Abdi Negara, Anak Buah Jokowi Umumkan Besaran Gaji ke-13 untuk PNS Golongan I Sampai IV, Lantas Kapan Cairnya?

Secara terpisah, menurut foto-foto yang dikeluarkan oleh Armada Pasifik, USS Ronald Reagan yang bermarkas di Yokosuka, Prefektur Kanagawa dan kelompok penyerangnya juga melakukan operasi di Laut Phiippine.

Beijing mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, meskipun Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei memiliki klaim yang tumpang tindih di perairan tempat di mana China, AS, Jepang, dan beberapa angkatan laut Asia Tenggara secara rutin beroperasi.

Angkatan Laut AS telah membuat marah Beijing dengan secara teratur melakukan pelatihan dan apa yang disebut kebebasan operasi navigasi dekat dengan beberapa pulau yang diduduki Cina di jalur air, termasuk pulau buatannya, yang menyatakan bahwa kebebasan akses sangat penting untuk saluran air internasional.

Dalam sebuah laporan,Global Timesmengatakan bahwa penempatan itu dapat menempatkan pasukan Tiongkok dalam risiko.

Baca Juga: Dulu Tolak Mentah-mentah Kedatangan TKA China, Gubernur Sultra Akhirnya Izinkan Pekerja Migran Negeri Tirai Bambu Masuk ke Wilayahnya: Kena Semprit Menko Luhut Binsar?

"Dengan mengerahkan kapal induk ini, AS berusaha menunjukkan kepada seluruh wilayah dan bahkan dunia bahwa Amerika tetap menjadi kekuatan angkatan laut yang paling kuat, karena mereka dapat memasuki Laut China Selatan dan mengancam pasukan China di pulau-pulau Xisha dan Nansha Sebagai kapal yang melewati perairan terdekat, sehingga AS dapat melakukan politik hegemoniknya,” kata laporan itu mengutip pakar angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie.

Kepulauan Xisha dan Nansha adalah nama China untuk rantai Paracel dan Spratly di Laut China Selatan.

Li juga mengatakan bahwa China dapat melawan AS dengan mengadakan latihan angkatan lautnya sendiri di perairan pada saat yang sama.

Baca Juga: Negara Lain Sibuk Corona Amerika Siap Perang, Operasi Tempur Kapal Induknya Segera Digelar di Laut China Selatan, Jet Tempur F-22 Paman Sam Cegat Pesawat Patroli Rusia di Wilayah Ini

tangkap layar time.com
tangkap layar time.com

Menteri AS sebut perang antara Amerika Serikat dan China akan berlangsung di Asia Tenggara.

Untuk pertama kali, Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan lebih dari 60 persen kekuatan kapal perangnya di wilayah Laut China Selatan.

Tidak main-main,tiga kapal induk milik negara Paman Sam telah disiagakan untuk menutup jalur masuk ke perairan tersebut.

Tentu saja hal tersebut dinilai berbahaya oleh banyak pihak, sebab AS secara terang-terangan menantang China di wilayahmereka sendiri.

Menyadurdari AFP, Presiden Institut Nasional Studi Laut China Selatan, Wu Schicun, mengungkap kemungkinan terburuk situasi ini.

Baca Juga: Pecah Perang? Tak Tahan Lagi dengan Ulah Tiongkok di Laut China Selatan, Amerika Gelar Operasi Tempur 2 Kapal Perangnya Sementara 3 Kapal Induk Sudah Berjaga di Bibir Perairan Konflik Itu

Menurut pemimpin lembaga tink tank China tersebut, kemungkinan besar perang akan pecah di laut yang membentang dari China sampai ke Indonesia tersebut.

Pandangan tersebut dilihat dari banyaknya tentara AS yang mencapai 375.000 prajurit telah bersiaga dan tidak menutup kemungkinan tembakan yang tak disengaja memicu pecahnya perang.

"Jika krisis meletus, dampak pada hubungan bilateral akan menjadi bencana besar," ucapnya.

Yang terbaru, medan pertempuran kedua barometer kekuatan militer dunia itu akan terjadi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Baca Juga: Dapat Kabar Artileri Pasukan Kim Jong Un Mengarah ke Wilayahnya, Korea Selatan Malah Dibekali Senjata Intai Super Canggih dari Amerika untuk Awasi Gerak-gerik Saudara Tuanya Itu

Dua pejabat dari kedua negara bahkan secara terang-terangan memperebutkan perhatian negara-negara di ASEAN termasuk Indonesia.

Silang pendapat ini muncul di saat persaingan strategis antara Amerika Serikat dan China di kawasan ini kian meningkat.

DiwartakanSouth China Morning Post, Duta Besar China untuk Singapura, Hong Xiaoyong menyampaikan serangan terbaru dengan menuduh Menteri Pertahanan AS, Mark Esper telah memicu ketegangan dengan menyebut China sebagai ancaman.

Ia membuat pernyataan di The Straits Times sebagai tanggapan atas opini yang ditulis oleh Esper di koran Singapura tersebut pada minggu lalu.

Baca Juga: Kapal Perangnya Sudah Saling Todong dengan Armada Laut China, Kini Amerika Siagakan 3 Kapal Induk di Mulut Laut China Selatan, Perang di Ujung Senjata?

ytimg.com (screenshoot)
ytimg.com (screenshoot)

Kemungkinan Pecah Perang Dinilai Cukup Tinggi, Menteri AS Ungkap ASEAN Akan Jadi Medan Pertempuran China vs Amerika Serikat, Pejabat Asia Tenggara Marah Besar!

Di mana Esper telah menyerukan hubungan keamanan yang lebih dekat dengan sekutu regional di Asia Tenggara di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh Covid-19 dan Partai Komunis China.

Menurut Hong, ini adalah upaya lain untuk menjual strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat setelah tawaran pendahulunya pada dialog di Shangri-La tahun lalu.

Ia merujuk pada KTT keamanan regional tahunan di Singapura, yang dibatalkan tahun ini karena pandemi Covid-19.

Ini merupakan babak terakhir dalam permainan saling menyalahkan yang kian panas antara Beijing dan Washington, ketika kedua negara berhadapan di berbagai bidang - mulai perdagangan dan teknologi, hingga ideologi dan asal-usul virus corona.

Baca Juga: Ikhlas Jadi Mualaf Hingga Berhijab Santun, Selebgram Korea yang Pergi dari Negaranya Ini Mendadak Didoakan Dapat Segera Mengisi Kekosongan Hati Seorang Pendakwah Kondang: 'Semoga Berjodoh, Amiiin'

Fransiskus Simbolon

Ilustrasi perang dagang Amerika dan China. KONTAN/Fransiskus Simbolon/16/05/2019

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran Perang Dingin yang baru.

Aksi saling tuding ini juga datang ketika para pemimpin 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, atau ASEAN, akan bertemu untuk pertemuan puncak tahunan mereka pada hari Jumat (26/06/2020) melalui tautan video, di mana sengketa Laut China Selatan dan pandemi Covid-19 menjadi dua agenda yang akan dibahas.

Baca Juga: Aksi Beraninya Gagalkan Perang Jadi Sorotan Dunia, Inilah Foto Detik-detik Pasukan TNI Hadang Tank Merkava Israel di Perbatasan Lebanon

Indikasi wilayah Asia Tenggara akan dijadikan medan perang dan penghimpun kekuatan sangat kentara terlihat.

Hal itu harus disikapi dengan baik oleh negara-negara ASEAN termasuk Indonesia karena, Indonesia menjadi salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar di kawasan tersebut. (Andreas Chris Febrianto Nugroho/Sosok.ID)

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Kemungkinan Pecah Perang Dinilai Cukup Tinggi, Menteri AS Ungkap ASEAN Akan Jadi Medan Pertempuran China vs Amerika Serikat, Pejabat Asia Tenggara Marah Besar!

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma