Fotokita.net - Baru-baru ini, terbetik kabar pesepeda yang meninggal dunia karena mengenakan masker.
Itu sebabnya, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meminta warganya yang berolahraga menggunakan sepeda berhati-hati.
Terutama jika menggunakan masker saat menggowes.
Imbauan itu dilontarkan Hendrar karena ada dua warga Semarang, Jawa Tengah, yang meninggal dunia saat bersepeda.
Dua orang itu diduga sesak napas karena menggunakan masker saat menggowes sepedanya.
"Kalau olahraga pakai masker malah bahaya."
"Sudah ada dua warga kita yang meninggal karena pakai masker saat gowes."
"Maka kalau olahraga tidak usah pakai masker tapi sewaktu istirahat baru dipakai maskernya," kata Hendrar kepada wartawan di Semarang, Sabtu (20/6/2020).
Hendrar menyebutkan, setelah ada pelonggaran dari pemerintah, mulai banyak orang yang berolahraga menggunakan sepeda.
Namun, dia juga mengingatkan, orang yang keluar rumah untuk mengayuh sepeda jangan sampai menimbulkan kerumunan.
"Semakin banyak yang pengen sehat dengan bersepeda akhirnya muncul persoalan pada saat mereka beristirahat berkerumun."
"Lalu lupa pakai masker kemudian foto-foto."
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi
"Penularan (Covid-19) bisa saja terjadi," sebut Hendrar.
Hingga kini, Hendrar mengatakan, belum ada laporan orang yang terinfeksi virus corona setelah berolahraga.
Dia pun berharap tidak ada penularan dari kegiatan tersebut.
Untuk menjaga agar orang yang bersepeda di ruang publik tetap mematuhi protokol kesehatan, Hendrar sudah meminta sejumlah pejabat terkait memantau.
Meski di tengah pandemi corona ini banyak aturan yang ditetapkan demi kepentingan banyak orang, namun banyak pula yang melanggarnya.
Tidak mengadakanpesta pernikahan yang dihadiri banyak orang adalah salah satu aturan yang rupanya dilanggar oleh beberapa orang.
Warga Kota Semarang, Jawa Tengah nekat menggelar pesta pernikahan dengan melanggar ketentuan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM).
Akibatnya, pesta pernikahan itu justru berakhir duka setelah satu per satu kerabat sakit hingga meninggal dunia.
Berdasarkan keterangan Pemkot Semarang, banyak di antara mereka yang rupanya terkonfirmasi positif Covid-19 usai dilakukan tracing.
Berawal pesta pernikahan
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi mengemukakan, peristiwa ini terjadi sekitar pertengahan Juni 2020.
Ada warga Semarang yang menggelar pernikahan.
Namun, tutur Hendi, pernikahan itu dilakukan tak sesuai prosedur seharusnya di tengah pandemi.
"Kejadian empat hari yang lalu ada pernikahan yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan karena lebih dari 30 orang," kata dia, Sabtu (20/6/2020).
Satu per satu meninggal, ditemukan banyak kasus positif
Acara pernikahan yang seharusnya berakhir bahagia justru menjadi duka.
Sebab setelah pesta pernikahan itu, satu per satu keluarga sakit, kritis hingga ada yang meninggal dunia.
"Tersiar kabar ibu salah seorang pengantin meninggal dunia. Kemudian menyusul ayahnya sakit kritis positif Covid-19," tutur dia.
Tak berhenti sampai di situ, kasus keluarga yang meninggal masih berlanjut hingga pemerintah melakukan tracing.
"Terus anak atau adiknya yang pengantin juga meninggal. Lalu kita tracing," ujar dia.
Dari hasil tracing, rupanya takmir masjid pelaksanaan acara pernikahan tertular Covid-19.
Sumbang lonjakan kasus positif
Hendi mengatakan, awalnya dari pesta pernikahan itu ditemukan lima orang positif Covid-19.
Setelah tracing diperluas, masih banyak yang terinfeksi.
"Dari sembilan orang ada lima orang yang tertular positif Covid-19. Tracing lagi ke keluarganya banyak yang positif," jelasnya.
Hendi membenarkan, pesta pernikahan ini menyumbang lonjakan kasus positif Covid-19 di Semarang.
Ilustrasi pernikahan
Ia meminta masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan agar kejadian serupa tak terulang.
Kontributor Semarang, Riska Farasonalia
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Duka Usai Pesta Pernikahan, Satu Per Satu Kerabat Positif Covid-19, Ada yang Meninggal"