Viral Strategi Melawan Covid-19, Ternyata Pemerintah Pakai 80% Psikologi yang Dianggap Meningkatkan Imunitas, Sisanya Medis: 'Pantesan Ambyar'

Sabtu, 20 Juni 2020 | 10:07
Sonora.ID/I Gede Mariana

Satu keluarga yang terdiri dari bapak, istri dan tiga orang anak positif Covid-19 warga Perumahan Pondok Galeria Desa Padang Sambian Kelod.

Fotokita.net-MelaluiJuru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, Kementerian Kesehatan telah merilis data terbaru.

Juru bicara pemerintah menyebutkan, hingga Jumat (19/6/2020), ada penambahan1.041 kasus virus corona baru di Indonesia.

Dengan begini, total kasus positifvirus corona di Indonesia ada sebanyak 43.803 kasus.

Lalu17.349 orang dinyatakan sembuh dan 2.373 orang lainnya meninggal dunia.

Baca Juga: Kembali Pertanyakan Wajah Novel Baswedan yang Masih Mulus Biarpun Sudah Disiram Air Keras, Sosok Ini Terang-terangan Minta Bukti dan Sebut Kasus Itu Sudah Didramatisir

Covid hari ini, masih terjadi penambahan kasus positif Covid-19.

Sebanyak 1.041 kasus baru menambah jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Jumlah penambahan itu berdasarkan data yang masuk hingga Jumat pukul 12.00 WIB.

Penambahan itu menyebabkan total ada 43.803 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.

Baca Juga: Sama-sama Punya Ratusan Hulu Ledak Nuklir, Ternyata Begini Alasan Pasukan India dan China Bertempur Cuma Pakai Paku Serta Batu di Perbatasan Hingga Merenggut Nyawa Seorang Kolonel

Informasi terbaru terkait kasus Covid-19 ini disampaikan Achmad Yurianto dalam konferensi pers dari Graha BNPB pada Jumat sore.

"Kami dapatkan konfirmasi positif sebanyak 1.041 orang, sehingga akumulasinya 43.803 orang," ujar Yurianto.

Jumlah kasus baru itu didapatkan dari pemeriksaan 20.717 spesimen dalam sehari.

Adapun, akumulasi spesimen yang telah diperiksa kini ada 601.239 dari 366.581 orang yang diambil sampelnya.

Baca Juga: Siap Tempur di Perbatasan, Begini Perbandingan Kekuatan Militer Korea Utara dan Korea Selatan, Siapa yang Menang?

Satu orang bisa diambil spesimennya lebih dari satu kali.

Dalam periode 18 - 19 Juni 2020, diketahui ada lima provinsi dengan penambahan harian Covid-19 tinggi.

Baca Juga: Bukan Isapan Jempol, Baru 4 Hari Sistem Ganjil Genap Diterapkan, 14 Pedagang di Pasar Tradisional Ini Terbukti Positif Covid-19

Sonora/ Muhammad Said

Takut Terinfeksi Covid-19, Sejumlah Warga di Makassar Menolak Rapid Test Massal

Penambahan kasus tertinggi ada di Sulawesi Selatan dengan 207 kasus baru.

Berikutnya, ada DKI Jakarta dengan 141 kasus baru.

Kemudian, Jawa Timur dengan 140 kasus baru, Sumatera Selatan dengan 84 kasus baru, dan Bali dengan 81 kasus baru.

Baca Juga: Dulu Tolak Mentah-mentah Kedatangan TKA China, Gubernur Sultra Akhirnya Izinkan Pekerja Migran Negeri Tirai Bambu Masuk ke Wilayahnya: Kena Semprit Menko Luhut Binsar?

Terlepas dari data kasus baru yang bertambah di atas angka 1.000 kasus, sebuah unggahan di media sosial Twitter soal strategi melawan Covid-19 viral.

Twit tersebut dibuat oleh @drpriono pada Kamis (18/6/2020). Dalam twit itu disebutkan bahwa strategi melawan Covid-19 oleh Gugus Tugas adalah 20 persen menggunakan medis dan 80 persen psikologis.

Psikologis yaitu dengan menjaga stamina, tidak panik, gembira, gizi, istirahat, dan olahraga.

Baca Juga: Jangan Sampai Terlewatkan, Gerhana Matahari Cincin Cuma Bisa Difoto di Kota-kota Ini, Catat Jadwal Penampakannya

Selain itu menggunakan telemedicine, dengan tujuan yang sehat tetap sehat, yang kurang sehat jadi sehat, dan yang sakit diobati sampai sembuh.

Lalu yang dimaksud dengan medis adalah dengan peningkatan kapasitas SDM, tenaga kesehatan, alat material kesehatan, dan relawan. Strategi yang dilakukan adalah testing, tracing, dan isolation.

Hingga Jumat (19/6/2020), twit tersebut telah disukai lebih dari 2.000 kali dan dibagikan ulang lebih dari 1.200 kali.

Baca Juga: Fakta Baru, Virus Corona Makin Menyebar ke Luar Jawa, Akhirnya Provinsi Ini Salip Jumlah Kasus Baru Covid-19 di Jakarta dan Jawa Timur

Berikut ini narasinya: Strategi melawan Covid19, ternyata menggunakan 80 persen psikologi yg dianggap meningkatkan imunitas dst. 20% Medis, bukan public health. Pantesan Ambyar

Sementara itu Kompas.commencoba menghubungi Pandu Riono terkait unggahan tersebut.

Meskipun mengaku tidak mengingat sumber unggahan tersebut, namun menurut Pandu hal itu dikeluarkan oleh BNPB.

"Tapi itu ada logo BNPB," kata dia.

Dihubungi terpisah, jubir Pemerintah Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menolak menanggapi dan memberikan keterangan terkait ungahan itu.

"Saya gak komentar," ujarnya pada Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

Baca Juga: Kapal Perangnya Saling Todong dengan Armada Militer China, Tiba-tiba Jet Tempur Amerika Cegat 4 Bomber Rusia di Wilayah Ini, Pecah Perang Baru?

Epidemiolog UGM Dr Bayu Satria Wiratama menanggapi soal strategi gugus tugas itu. Apabila strategi hal itu masih dijalankan, pihaknya mengaku tidak sepakat.

"Kalau dari saya pribadi dan mungkin banyak orang juga tidak setuju dengan strategi penanganan Covid-19 yang dikeluarkan gugas pusat," katanya pada Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

Baca Juga: Kirim Pasukan Bersenjata Berat ke Perbatasan, Pesawat Kim Jong Un Tiba-tiba Kepergok Terbang di Antara Ketegangan Korea, Sidak Kekuatan Militernya?

Dia melanjutkan, menurutnya pendekatan epidemiologi untuk menangani pandemi dapat dilakukan dengan test, trace, isolate, dan treatdan seharusnya mendapat porsi lebih besar.

Mengenai tes-nya, Bayu mengungkapkan batasan WHO adalah minimal 1 tes per 1000 populasi per minggu.

Lalu trace adalah penelusuran kontak dari orang yang positif Covid-19. Sehingga infeksi virus corona tidak banyak menyebar.

Baca Juga: Senang Motret Pakai Hape Android? Ternyata Ada 36 Aplikasi Kamera Berbahaya Dihapus dari Google Play Store, Inilah Daftarnya

Menurut Bayu, sisi psikologis memang diperlukan tapi bukan porsi utama. Menurut dia, wabah berkepanjangan pasti berdampak ke psikologis kepada nakes dan non nakes.

Sementara itu penanganan psikologis sebenarnya juga bagian dari medis. Bayu menyebut, penanganan Covid-19 yang kurang tepat bisa menyebabkan suatu negara kewalahan menghadapi virus ini.

Dia mencontohkan, Amerika Serikat dan Brasil termasuk negara yang kewalahan. Namun negara-negara itu tidak terang-terangan seperti Indonesia yang mengatakan penanganan Covid-19 menggunakan psikologis sebanyak 80 persen.

Baca Juga: Bagaikan Bumi dan Langit dengan Krisdayanti yang Rela Operasi Plastik Supaya Awet Muda, Yuni Shara Buka-bukaan Rahasia Wajah Mulus dan Tubuh Aduhai Selama Ini

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut, terkait strategi pemerintah tersebut, pihaknya pernah mendengar sekitar bulan Maret lalu.

Namun pihaknya tidak mengetahui apakah strategi tersebut masih dilakukan pemerintah hingga saat ini atau tidak.

"Hanya waktu saya tahu itu, sempat saya kritik dan pertanyakan dasar ilmiahnya apa," ujar Dicky.

Baca Juga: China Memang Punya 2.200 Rudal Balistik yang Bikin Amerika Ketar-ketir, Tapi Kekuatan Itu Bisa Lenyap Seketika BIla Perjanjian Ini Diteken Tiongkok

Berbeda dengan bagan strategi melawan Covid-19, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut, persoalan Covid-19, 20 persen merupakan persoalan kesehatan, sedangkan 80 persen lainnya merupakan persoalan psikologi.

"Kalau masyarakat tidak bisa menjaga psikologi mereka sendiri, ada kecenderungan imunitas menurun, yang menyebabkan orang terkena Covid-19 dan menjadi lemah," ujar Moeldoko dikutip dari Antara (29/4/2020).

Mengenai pernyataan Moeldoko, Dicky mengatakan, hal itu bisa terjadi dalam situasi pandemi. Sebab kaitannya dengan merespons dampak psikologis.

Akibat situasi pandemi misalnya, berdampak pada anak dan tingkat perceraian seperti ada di sejumlah negara.

"Sedangkan untuk strategi pengendalian pandemi tidak bisa denga pendekatan psikologis dan tidak ada dasarnya," jelas dia.

Baca Juga: Terlanjur Leha-leha Dikira Dapat Fasilitas Gratis dari Pemerintah, Pasien Covid-19 Ini Syok Begitu Ditagih Rumah Sakit, Akhirnya Terpaksa Utang Ke Tetangga Buat Lunasi Rp 6,7 Juta

Pengendalian pandemi menurut Dicky, bukan dengan meningkatkan kesehatan mental.

Namun lebih pada dampak. "Kalau menurunkan atau mengendalikan pandemi harus dengan testing tracing isolasi dan treatmen, dan mengubah perilaku masyarakat. Itu yang harus diluruskan," jelas dia.

(Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya