Fotokita.net -Sebuah kota besar di China telah mengadopsi tindakan karantina (lockdown) terhadap virus corona atau Covid-19 setelah wabah baru terdeteksi di sana.
Lebih dari 70 orang telah terinfeksi dan lebih dari 4.000 sedang diuji di Harbin setelah virus itu diyakini 'diimpor' ke kota oleh seorang siswa yang telah kembali dari New York.
Seperti dikutip dailymail.co.uk, para pejabat telah melarang pertemuan dan memerintahkan masyarakat untuk memonitor secara dekat pengunjung dan kendaraan non-lokal di kota berpenduduk sekitar 10 juta.
Pos pemeriksaan telah dipasang di bandara dan stasiun kereta api, untuk menyaring mereka yang datang dari tempat lain.
"Berita itu muncul ketika China hari ini mengumumkan bahwahanya ada dua pasien sakit kritis yang tersisa di Wuhan, bekas pusat pandemi," tulis keterangan tersebut seperti dikutip di Jakarta, Kamis (23/4/2020).
Lebih detail lagi, Harbin merupakan sebuah kota berpenduduk sekitar 10 juta orang di Provinsi Heilongjiang.
Virus corona pertama kali ditemukan pada Desember 2019, menjangkiti Wuhan sebelum menjalar ke kota di seluruh wilayah Provinsi Hubei.
Tidak hanya di Wuhan, infeksi baru sebanyak tiga kasus juga ditemukan di Shulan, kota yang berlokasi di kawasan timur laut China.
Otoritas kota berpenduduk 670.000 orang itu langsung menerapkan perintah tinggal di rumah dan larangan bepergian buntut temuan tersebut.
Klaster baru virus corona ditemukan di timur laut China, tepatnya di Provinsi Jilin. Akibatnya, 1.205 desa harus di- lockdown.
Awalnya kasus baru virus corona di Jilin hanya sedikit, yang dikaitkan dengan kembalinya warga China dari perbatasan Rusia.
Kasus-kasus baru ini sebagian besar berpusat di kota Shulan, dan langsung menerapkan lockdown di kota berpenduduk 600.000 jiwa itu akhir pekan lalu.
Namun pada Sabtu (16/5/2020), provinsi Jilin melaporkan total 125 kasus baru virus corona dari penularan lokal termasuk 2 kematian.
Media pemerintah mengabarkan, sekitar 28 pasien masih di rumah sakit, sedangkan 95 dipulangkan, dan hampir 1.000 orang yang ada kontak dengan pasien Covid-19 sedang diamati.
Dalam upaya mencegah penyebaran virus, sebagian besar transportasi ke 1.205 desa dan daerah sekitarnya telah ditangguhkan, sebagaimana dilansir dari The Independent Minggu (17/5/2020).
Kebijakan itu diberitakan oleh NBC News, yang mengutip pernyataan pejabat setempat.
Wali Kota Shulan, Jin Hua, mengatakan pada konferensi pers Sabtu, bahwa langkah-langkah baru telah "diterapkan secara ketat sesuai dengan pengambilan keputusan pemerintah pusat serta persyaratan provinsi dan kota."
Wanita tersebut menambahkan, "Setelah kasus-kasus lokal muncul di kota kami, Komite Partai Kota Shulan dan pemerintah kota bertindak cepat, memasuki keadaan perang secara menyeluruh, mengambil langkah-langkah kontrol yang ketat, dan berusaha sekuat tenaga mencegah serta mengendalikan epidemi."
Tes asam nukleat akan dilakukan di seluruh kota, dengan fokus pada masyarakat perumahan dan daerah-daerah utama di mana kasus baru telah dikonfirmasi.
Media pemerintah China Xinhua melaporkan, 40.000 tes virus corona telah dilakukan sejauh ini.
Lebih dari 500 staf medis dari kota-kota tetangga juga bergegas ke Jilin pada Minggu (17/5/2020), ketika tingkat siaga dinaikkan dari menengah ke tinggi.
Klaster baru virus corona di Jilin telah menyebabkan 8.000 orang dikarantina, menurut pemberitaan Global Times.
Lockdown parsial diberlakukan di wilayah itu pada Rabu, termasuk penangguhan transportasi umum jarak jauh, pelarangan pertemuan massa, dan tempat-tempat umum yang ditutup.
Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan mengunjungi provinsi itu akhir pekan ini, dan menuntut pemerintah setempat meningkatlan upaya untuk mengatasi gelombang baru penyebaran wabah.
Sebanyak lima pejabat dilengserkan dari jabatan mereka di Jilin akhir pekan ini, termasuk Liu Shijun wakil direktur Komisi Kesehatan Kota, menurut CGTN.
Ketua Partai Komunis Shulan, Li Pengfei, juga dicopot dari jabatannya. Hal itu terjadi ketika China merayakan satu bulan tanpa ada laporan kematian virus corona pada Jumat (15/5/2020), dengan rencana untuk lebih melonggarkan pembatasan.
Di Shanghai misalnya, para pelajar memiliki pilihan kembali ke sekolah pada 3 Juni atau tetap menghadiri kelas online.
Penerbangan domestik juga telah kembali ke 60 persen dari tingkat sebelum krisis, menurut regulator penerbangan sipil China.
Banyak situs wisata dibuka lagi, seperti Beijing Forbidden City dan Disneyland Shanghai.
Sementara itu Reuters mengabarkan, China dan Korea Selatan telah berkonsultasi dengan Jepang untuk melonggarkan kontrol perbatasan pada beberapa pelancong, guna menghidupkan kembali bisnis di antara ketiga negara tersebut.
Baru-baru ini di tengah pandemi Covid-19 merebak ke seluruh dunia, kabar mengenai wabah lama yang lebih berbehaya muncul kembali.
Wabah tersebut adalah Ebola, wabah ini muncul di Kongo dan membuat negara tersebut semakin kesulitan.
Padalnya di Republik Demokratik Kongo, saat ini juga sedang berjuang melawan virus corona.
Namun, mereka mendapatkan masalah baru di mana penyakit lama yang lebih mematikan, muncul kembali.
Wabah virus ebola ini menyebar di zona keseahatan Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur.
Selain sedang memerangi virus corona, dan virus ebola, situasi Kongi juga makin sulit karena mereka juga memerangi wabah campak.
Saat ini, Kongo mengumumkan ada enam kasus ebola ditemukan di Wangata, empat diantaranya meninggal dunia.
Sementara dua orang lainnya sedang dalam perawatan.
Untuk diketahui, ini merupakan wabah ke-11 di Kongo, virus ini merupakan penyakit endemik dari Afrika.
Pertama kali penyakit ini ditemukan pada tahun 1976, di Kota Mbandaka yang merupakan lokasi outbreak ebola ke-9 pada tahun 2018.
Sementara outbreak ebola terakhir berlokasi di 3 kawasan, yaitu North Kivu, South Kivu, dan Provinsi Ituri.
Namun, outbreak belum selesai, pasalnya pada 14 Mei kembali muncul, dan menjadikannya kasus itu sebagai outbreak ke-10.
Virus ini sendiri dianggap lebih berbahaya dan mematikan daripada Covid-19.
Ebola Virus Disease (EVD) merupakan sebuah penyakit dengan tingkat keparahan yang cukup tinggi.
Penyakit ini menginfeksi manusia dan primata, dan tak jarang mereka yang sudah terinfeksi penyakit ini akan berakhir dalam kematian.
Menurut WHO, angka mortalitas penyakit Ebola mencapai 50%, antara 25-90%, menjadikan penyakit ini cukup berbahaya.
Afrika merupakan kawasan yang memiliki outbreak terparah ebola di dunia.
Penyakit yang ditemukan pada tahun 1976, ini juga menyerang negara lain di Afrika seperti Sierra Leone dan Liberia.
Sementara penyebarannya juga hampir mirip dengan virus corona, namun lebih mudah menular.
Ebola adalah penyakit zoonosis yang ditranmisikan melalui satwa liar.
Para ilmuwan percaya bahwa inang yang membawa virus ini, adalah landak, simpanse, gorila, monyet, dan antelop.
Mayoritas penduduk Afrika menderita ebola karena melakukan kontak langsung dengan hewan yang ditemukan sakit atau mati.
Virus ini kemudian menyebar antar manusia melalui kontak langsung, sekresi organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang sudah terinfeksi.
Banyak tenaga kesehatan di Afrika harus mengenakan APD dan alat pelindung lengkap untuk merawat pasien ebola.
Selain melalui kontak langsung, virus ini juga bisa menular ke bayi dalam rahim di mana virus ini dibawa ibunya dan melalui ASI.