Sehabis Protes Tenaga Medis Lewat Tagar Indonesia Terserah, Seorang Perawat dalam Kondisi Hamil Meninggal Dunia dengan Status PDP Covid-19

Senin, 18 Mei 2020 | 16:27
Instagram | @gustafode

Suami Indira Kalistha sita HP istrinya

Fotokita.net - Saat jadi bintang tamu di kanal YouTube Gritte Agatha, ia mengaku tidak memakai masker dan tidak cuci tangan karena siapapun bisa saja mati, baik karena virus corona atau penyakit lain.

Pernyataannya ini langsung membuatnya jadi bulan-bulanan netizen dan juga influencer serta artis lainnya.

Kejadian baru-baru ini Youtuber Indira Kalistha mengaku tidak memakai masker dan tidak cuci tangan karena siapapun bisa saja mati, baik karena virus corona atau penyakit lain.

Pernyataan kontroversial itu ia keluarkan ketika membahas seputar virus Corona Covid-19 di channel YouTube Gritte Agatha, Rabu (13/5/2020).

Sontak, youtuber Indira Kalistha menjadi perbincangan hangat publik.Bahkan namanya menjadi trending topik di media sosial, terutama Twitter.

Baca Juga: Lagi Kabar Gembira Buat PNS, Anak Buah Jokowi Perbolehkan Stafnya Tak Perlu Ngantor Sehabis Pandemi Berakhir: Enaknya, Gaji dan Tunjangan Tetap

Namun setelah cukup lama bungkam, akhirnya ia mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

Tapi seolah tak puas dengan permintaan maaf tersebut, seorang dokter yang memang sejak awal sudah geram dengan pernyataan Indira tetap ingin memproses Youtuber itu ke jalur hukum.

Unggahan foto tenaga medis dengan tulisan " Indonesia Terserah" ramai di media sosial baru-baru ini. Seperti di media sosial Twitter, sejak Jumat (15/5/2020) hingga Sabtu (16/5/2020), tagar #indonesiaterserah menjadi trending.

Berikut beberapa unggahan yang muncul di Twitter.

Selain unggahan di atas, influencer dr. Tirta Mandira Hudhi juga membuat postingan terkait hal serupa.

Guru Besar Psikologi Sosial UGM Prof Faturochman menjelaskan tulisan "Indonesia Terserah" yang ramai di media sosial tersebut, meskipun bernada menyerah, sebenarnya para tenaga medis tidak menyerah. "Itu protes, jadi bukan menyerah," ujarnya kepada, Sabtu (16/5/2020).

Faturochman mengatakan para tenaga medis tidak mungkin menyerah, karena mereka imbuhnya sudah disumpah.

Baca Juga: Bikin IG Live Bareng Hingga Dapat THR dari Ganjar Pranowo, Begini Sosok Mbah Minto yang Videonya Jadi Viral: Ternyata Tak Bisa Baca Tulis

Saat ini, yang terjadi yakni kekhawatiran di dunia medis. Pasalnya dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) artinya peluang penyebaran virus corona dapat meningkat lagi.

Pelonggaran itu kentara terlihat pada sektor transportasi, yakni dengan kemudahan sejumlah akses transportasi, mulai dari darat dengan operasional bus AKAP, kereta api hingga pesawat terbang.

Kekhawatiran tersebut jelas terlihat, seperti saat berjubelnya penumpang di terminal 2 bandara Soekarno-Hatta baru-baru ini.

"Dengan PSBB yang tidak seketat lockdown pun kasus masih ada terus. Apalagi jika dilonggarkan. Beban tenaga medis akan makin berat," terangnya.

Baca Juga: Sehabis Gembira Dapat Kabar Baik dari Jokowi, Kini Pemilik KTP Daerah yang Tinggal di Jabodetabek Dibikin Galau Gara-gara Aturan Baru Anies Baswedan

Selain itu, Faturochman menjelaskan di awal pandemi yang terjadi yakni para tenaga medis kekurangan APD, pengetahuan tentang Covid-19, obat-obatan, dan sebagainya. Sehingga dari awal mereka ingin masyarakat di rumah saja.

Tetapi apa yang terjadi saat ini, melihat kondisi sekarang, sepertinya mereka kecewa. "Sudah sejak lama rumah sakit tidak bisa menampung pasien baru.

Hingga ada orang-orang yang disarankan untuk isolasi mandiri," kata dia. "Jika ditambah lagi, para tenaga medis akan sangat kewalahan. Jadi mereka protes," imbuhnya.

Faturochman melihat, para tenaga medis protes kepada dua pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat. Kepada pemerintah mengenai kebijakan yang dibuat.

Menurutnya kebijakan PSBB belum ditegakkan di lapangan. "Jelas harus mempertegas dan implementasinya. Kalau saya lihat di kalangan pengambil kebijakan dan implementer di lapangan juga terbelah dua," katanya.

Di satu sisi, ada yang mengutamakan kesehatan dan satunya ekonomi. Mereka yang mementingkan ekonomi ini melonggarkan kebijakan.

Sebaiknya ada win-win solution. Menurut Faturochman, PSBB tetap harus dijalankan, dipertegas, dan ada dukungan semua pihak. Pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana kebutuhan pokok didistribusikan. Daya beli masyarakat juga perlu dipikirkan.

Baca Juga: Sehabis Jokowi Persilakan Warga Aktivitas Kembali, Anies Baswedan Keluarkan Aturan Baru: Warga yang Keluar Masuk Jakarta Harus Punya Surat Ini

Faturochman menambahkan protes kepada masyarakat tersebut terlihat dari perilaku masyarakat yang masih longgar di tengah pandemi.

Salah satunya terjadi di tempat tinggalnya di Yogyakarta, masih banyak orang keluar rumah dengan mudahnya. Banyak yang tidak memakai masker, bahkan keluar tanpa alasan yang mendesak.

"Jika dilihat, masyarakat juga bosan karena terlalu lama di rumah, sehingga ada dorongan keluar rumah" kata dia. Mereka yang melakukan perbuatan karena menuruti keinginannya saja itu yang berbahaya.

Baca Juga: Tak Pernah Putus Asa Pada Kondisi Tubuhnya, Inilah Dua Penyakit Ganas yang Akhirnya Renggut Nyawa Aktor Senior Henky Solaiman

Menurut Faturochman masyarakat Indonesia bukan orang yang patuh. "Kita sudah lama bertransisi antara ditekankan kepatuhan zaman Orde Baru ke kepatuhan bertanggungjawab, kemudian ke demokrasi. Itu kita belum sampai ke sana," katanya.

Dengan sejumlah kejadian di atas, tentunya membuat para tenaga medis jengkel. "Seandainya PSBB dijalankan semua saling mendukung saya yakin baik baik saja," imbuhnya.

Ari Puspitasari, seorang perawat Rumah Sakit (RS) Royal Surabaya meninggal dunia dengan menyandang status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19, Senin (18/5/2020).

Perawat tersebut meninggal dalam kondisi hamil. Juru Bicara RS Royal Surabaya, dr Dewa Nyoman Sutanaya mengatakan, Ari meninggal sekitar pukul 10.15 WIB.

"Informasi yang saya dapat yang bersangkutan memang sedang hamil, tapi saya belum dapat info usia kehamilannya," ujar Dewa saat dikonfirmasi, Senin.

Baca Juga: Baru Saja WHO Kelar Sebut Virus Corona Tak Akan Hilang dari Muka Bumi, Para Ahli NASA Ingatkan Warga Dunia Bersiap Hadapi Marabahaya Susulan yang Disebabkan Peristiwa Ini: Ada Apa Lagi?

Ari, kata Dewa belum, dipastikan mengidap Covid-19 karena hasil swab sampai hari ini belum keluar.

Namun, gejala yang dialami Ari mengarah ke Covid-19 sehingga statusnya PDP. Ari Puspitasari sudah sudah setahun lebih bekerja sebagai perawat di RS Royal Surabaya.

Instagram/ @dr.Tirta
Instagram/ @dr.Tirta

Potret Ari perawat yang harus menghembuskan napas terakhirnya bersama calon buah hatinya akibat covid-19.

Dia bertugas di tempat layanan yang bukan untuk pasien Covid-19. "Beliau bertugas di tempat layanan pasien biasa, bukan pasien Covid-19," jelasnya.

Saat ini, sesuai protokol kesehatan, semua perawat dan dokter yang pernah memiliki riwayat kontak dengan Ari Puspitasari ditracing dan isolasi.

Baca Juga: Baru Saja Buka Kembali Wuhan Hingga Disneyland Shanghai, Kini China Malah Ketahuan Lockdown 1.205 Desa: Jadi Bukti Virus Corona Tak Bisa Hilang Sepenuhnya dari Muka Bumi?

Ucapan dukacita juga datang dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Lewat akun Instagramnya, @khofifah, orang nomor satu di Jatim ini menyebut Ari merupakan sosok pahlawan dalam bidang kesehatan.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Kembali pahlawan medis Jawa Timur berpulang. Atas nama pribadi dan Pemprov Jawa Timur, saya ucapkan dukacita mendalam dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas pengabdian dan pengorbanan almarhumah Ari Puspita Sari, S.Kep, Ns," ujar Khofifah.

"Doa terbaik kami, semoga almarhumah dan janin yang dikandungnya syahid dan diganjar oleh Allah SWT dengan surga. Pun, semoga Allah memberikan ketabahan dan keikhlasan bagi keluarga besar yang ditinggalkan. Aamiin," kata Khofifah melanjutkan. (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya