Tanpa Terapkan PSBB, Pandemi Covid-19 di Daerah Ini Bakal Segera Berakhir yang Jauh Lebih Cepat dari Jakarta. Ternyata Begini Kunci Rahasianya

Minggu, 10 Mei 2020 | 10:48
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI

Obyek wisata Garuda Wisnu Kencana ( GWK) yang terletak di kawasan GWK Cultural Park, Bukit Ungasan, Kabupaten Badung, Bali

Fotokita.net - Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan meski tidak menerapkan Pembatasan Sosial Skala Besar, namun penanganan Covid-19 di Bali menunjukkan hasil yang lebih terkendali.

Padahal, sebelumnya berbagai pihak sangat mengkhawatirkan Bali akan terancam Covid-19. Sebaba Bali sebagai destinasi wisata dunia terbesar di Indonesia.

"Tetapi sejauh ini, fakta menunjukkan hal yang kontras berbeda," kata Koster dalam keterangan tertulis, Senin (4/5/2020) malam.

Baca Juga: Persilakan Beraktivitas Kembali Selagi Pandemi Belum Benar-benar Berakhir, Jokowi Minta Warga Mulai Terbiasa dengan New Normal Life. Apa Maksudnya?

Ada 3 indikator yang dijadikan Koster untuk menilai Bali mampu mengendalikan wabah ini.

Pertama yakni rata-rata penambahan pasien positif Covid-19 per hari di Bali sebanyak 7 orang.

Jumlah ini lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Banten.

Dari data juga menunjukkan pasien positif Covid-19 di Bali sebagian besar dari luar negeri yakni 54 persen.

Sedangkan kasus di provinsi lain, pasien positif sebagian besar merupakan transmisi lokal.

Kedua, persentase kesembuhan pasien positif Bali mencapai sekitar 58.67 persen yang paling tinggi di Indonesia.

Bahkan jauh diatas rata-rata nasional (16.86 persen) dan Global/Dunia (32.10 persen).

Baca Juga: Peneliti Singapura Sebut Pandemi Corona Berakhir Bulan September, Tapi Dosen Unair Surabaya Paparkan Kasus Covid-19 Akan Hilang Pada Awal Agustus. Begini Perhitungannya

Sonora.ID/Joni Putra

Sekretaris Gugus Tugas percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali I Made Rentin.

Ketiga, persentase pasien positif Covid-19 yang meninggal di Bali hanya 1,48 persen atau jauh di bawah rata-rata Nasional (7.46 persen) dan Global/Dunia (7.04 persen). Statistik di atas merupakan data yang diambil per 4 Mei 2020.

Saat itu jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 di Bali 274. Dari jumlah itu yang sembuh sebanyak 159, meninggal 4, dan dirawat 108.

Sementara untuk data per 8 Mei 2020, jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 300 orang. Kemudian yang sembuh 195 orang, meminggal 4, dan dirawat 101.

Baca Juga: Jokowi Izinkan Warga Beraktivitas Kembali, Foto Timeline Pasar dan Mal Buka Kembali Jadi Viral. Begini Faktanya

Pemerintah Provinsi Bali memiliki strategi sendiri untuk mengendalikan penyebaran corona.

Bahkan, strategi yang digunakan tersebut dianggap cukup efektif jika dibandingkan daerah lain.

Tribunnews.com

Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (KP) Provinsi Bali menyatakan pandemi Covid-19 berimbas terhadap para nelayan.

Menurut Gubernur Bali Wayan Koster, ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk menilai strategi tersebut lebih efektif dibanding daerah lain yang menerapkan PSBB.

Pertama, rata-rata kasus positif corona di Bali per 4 Mei 2020 hanya 7 orang per hari. Jumlah itu lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Banten.

Kedua, tingkat kesembuhan pasien mencapai sekitar 58.67 persen. Angka tersebut jauh di atas rata-rata nasional yang hanya diangka 16.86 persen dan Global/Dunia diangka 32.10 persen.

Baca Juga: Warga Rawabadak Berkelahi Gara-gara Rebutan Bansos, Tapi Emak-emak di Sulawesi Selatan Malah Kembalikan Sembako Lantaran Tak Tahan Lihat Kejadian Ini

Dan ketiga, jumlah pasien positif corona yang meninggal di Bali hanya 1.48 persen jauh di bawah rata-rata Nasional yang diangka 7.46 persen dan Global/Dunia diangka 7.04 persen.

Dishub Denpasar

Pemantauan pemudik di Jalan Pidada Denpasar

Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan, salah satu kunci mengendalikan penyebaran Covid-19 di Bali adalah melakukan pemeriksaan atau tes sampel secara cepat.

Karena itu, fungsi lab di sini sangat penting untuk menentukan virus ini ada di mana agar bisa segera diobati dan dilakukan penelusuran kontak. Sehingga potensi penularan kepada warga lainnya bisa dapat dicegah.

Dan yang sakit juga bisa segera mendapat pengobatan. "Perang kalau tak tahu musuhnya kapan kita menangnya? Jadi konsep lab untuk menentukan virus itu ada di situ agar cepat diobati dan cepat tracing," kata Budayanti saat dihubungi, Sabtu (9/5/2020) sore.

Baca Juga: Bukan Cuma Bisnis Ruben Onsu yang Terjun Bebas di Tengah Pandemi, Artis Senior Ini Terpaksa Pinjam Kartu Kredit Keponakan Agar Dapur Tetap Ngebul

Untuk memaksimalkan fungsi laboratoriumnya tersebut, pihaknya mengaku juga melibatkan sejumlah pihak. Seperti tenaga dari berbagai rumah sakit dan universitas untuk melakukan tes sampel.

Adapun yang menjadi prioritas dilakukan pemeriksaan tersebut adalah pasien dalam pengawasan (PDP), tenaga medis, orang dalam pemantauan (ODP), dan orang tanpa gejala (OTG).

Tribun-bali.com/istimewa

Bus Gunung Harta yang membawa pemudik saat dicegat aparat di Pos Sekat Uma Anyar atau di perbatasan Denpasar-Badung, Kamis (30/4/2020) siang

Pemerintah Provinsi Bali mengklaim mampu mengendalikan penyebaran virus corona atau Covid-19 meski tanpa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).

Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan salah satu kunci Bali mengendalikan penyebaran virus ini yakni pemeriksaan atau tes sampel secara cepat.

Budayanti mengatakan melawan virus yang tak kasat mata ini ibarat perang. Maka langkah pertama untuk memenangkan perang ini adalah mengetahui dulu lokasi musuhnya.

Baca Juga: Setelah Sempat Batal, Maskapai Ini Akhirnya Mulai Terbang Lagi Pada 10 Mei 2020. Calon Penumpang Pun Wajib Kantongi Surat Rekomendasi dari Sini

Jadi fungsi lab pemeriksaan yakni untuk menentukan virus ini ada di mana agar bisa segera diobati dan dilakukan penelusutan kontak.

"Perang kalau tak tahu musuhnya kapan kita menangnya? Jadi konsep lab untuk menentukan virus itu ada di situ agar cepat diobati dan cepat tracing," kata Budayanti saat dihubungi, Sabtu (9/5/2020) sore.

Tribun Bali

Gubernur Bali, I Wayan Koster.

Budayanti melanjutkan, untuk mengatasai Covid-19 maka perlu menerapkan 3T yakni test, treat, dan tracing.

Dengan tes lebih cepat maka bisa diketahui mana yang positif dan tidak. Sehingga bisa lebih cepat memisahkan mana yang sakit dan tidak.

Baca Juga: Isu Dukhan di Malam 15 Ramadhan Tak Terbukti, Begini Penjelasan Ustaz Abdul Somad Soal Hadis yang Menerangkan Adanya Peristiwa Itu: Wallahu Alam Bishawab

Kemudian lebih cepat juga dilakukan pelacakan kontak pasien yang sakit tersebut sehingga bisa mencegah penyebaran.

Lalu dengan tes yang cepat, pasien juga lebih cepat mendapat pengobatan. Sehingga kondisi pasien tidak sampai ke tingkat lebih berat.

"Yang positif bisa cepat ditangani sehingga tidak berat (sakit) baru datang dan diobati. Kemudian angka kematian bisa ditekan," imbuhnya.

Budayanti mengatakan saat ini timnya terus bekerja keras agar hasil tes bisa keluar dalam waktu 24 jam.

Ia mengatakan, untuk petugas laboratoriumnya tak hanya berasal dari RSUP Sanglah. Namun dari berbagai rumah sakit dan universitas yang ada dan diberdayakan untuk mengetes sampel.

Untuk Lab Pemeriksaan Bali, pihaknya menggunakan skala prioritas. Yang jadi prioritas yakni pasien bergejala atau PDP, tenaga medis, kemuduan orang dalam pemantauan (PDP), baru orang tanpa gejala.

Ia menambahkan Lab Pemeriksaan Bali ini mulai mengerjakan spesimen Covid-19 pada 26 Maret 2020. Total hingga 8 Mei 2020, pihaknya telah mengerjakan spesimen sebanyak 4.722.

Baca Juga: Derita ABK Indonesia di Kapal China, Banting Tulang Kejar Setoran Hingga Makan Umpan Ikan: Kita Dibedain Sama Orang Dia

Sebelumnya pihaknya rata-rata per hari mampu mengerjakan 104 spesimen. Namun dalam 10 hari terakhir hampir mengerjakan 200 sampel per hari.

Hal ini setelah Bali memutuskan semua pekerja migran Indonesia yang baru tiba dari luar negeri dilakukan tes swab.

Baca Juga: Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19, Ahli Bongkar Alasan Puasa Tak Bakal Turunkan Imunitas Kita. Begini Penjelasannya

Selain kecepatan pemeriksaan, menurutnya kerja tim di Satgas Covid-19 Bali juga sangat kompak dengan kolaborasi yang baik dan komunikasi yang cepat.

"Satgas di Bali kerja kompak dan serius, untuk PMI misalnya meski datang tengah malam, kita tetap bekerja," katanya. (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya