Fotokita.net - Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan meski tidak menerapkan Pembatasan Sosial Skala Besar, namun penanganan Covid-19 di Bali menunjukkan hasil yang lebih terkendali.
Padahal, sebelumnya berbagai pihak sangat mengkhawatirkan Bali akan terancam Covid-19. Sebaba Bali sebagai destinasi wisata dunia terbesar di Indonesia.
"Tetapi sejauh ini, fakta menunjukkan hal yang kontras berbeda," kata Koster dalam keterangan tertulis, Senin (4/5/2020) malam.
Ada 3 indikator yang dijadikan Koster untuk menilai Bali mampu mengendalikan wabah ini.
Pertama yakni rata-rata penambahan pasien positif Covid-19 per hari di Bali sebanyak 7 orang.
Jumlah ini lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Banten.
Dari data juga menunjukkan pasien positif Covid-19 di Bali sebagian besar dari luar negeri yakni 54 persen.
Sedangkan kasus di provinsi lain, pasien positif sebagian besar merupakan transmisi lokal.
Kedua, persentase kesembuhan pasien positif Bali mencapai sekitar 58.67 persen yang paling tinggi di Indonesia.
Bahkan jauh diatas rata-rata nasional (16.86 persen) dan Global/Dunia (32.10 persen).

:quality(100)/photo/2020/05/08/1768288725.jpg)
Sekretaris Gugus Tugas percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali I Made Rentin.
Ketiga, persentase pasien positif Covid-19 yang meninggal di Bali hanya 1,48 persen atau jauh di bawah rata-rata Nasional (7.46 persen) dan Global/Dunia (7.04 persen). Statistik di atas merupakan data yang diambil per 4 Mei 2020.
Saat itu jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 di Bali 274. Dari jumlah itu yang sembuh sebanyak 159, meninggal 4, dan dirawat 108.
Sementara untuk data per 8 Mei 2020, jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 300 orang. Kemudian yang sembuh 195 orang, meminggal 4, dan dirawat 101.
Pemerintah Provinsi Bali memiliki strategi sendiri untuk mengendalikan penyebaran corona.
Bahkan, strategi yang digunakan tersebut dianggap cukup efektif jika dibandingkan daerah lain.
Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (KP) Provinsi Bali menyatakan pandemi Covid-19 berimbas terhadap para nelayan.
Menurut Gubernur Bali Wayan Koster, ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk menilai strategi tersebut lebih efektif dibanding daerah lain yang menerapkan PSBB.
Pertama, rata-rata kasus positif corona di Bali per 4 Mei 2020 hanya 7 orang per hari. Jumlah itu lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Banten.
Kedua, tingkat kesembuhan pasien mencapai sekitar 58.67 persen. Angka tersebut jauh di atas rata-rata nasional yang hanya diangka 16.86 persen dan Global/Dunia diangka 32.10 persen.
Dan ketiga, jumlah pasien positif corona yang meninggal di Bali hanya 1.48 persen jauh di bawah rata-rata Nasional yang diangka 7.46 persen dan Global/Dunia diangka 7.04 persen.
Pemantauan pemudik di Jalan Pidada Denpasar
Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan, salah satu kunci mengendalikan penyebaran Covid-19 di Bali adalah melakukan pemeriksaan atau tes sampel secara cepat.
Karena itu, fungsi lab di sini sangat penting untuk menentukan virus ini ada di mana agar bisa segera diobati dan dilakukan penelusuran kontak. Sehingga potensi penularan kepada warga lainnya bisa dapat dicegah.
Dan yang sakit juga bisa segera mendapat pengobatan. "Perang kalau tak tahu musuhnya kapan kita menangnya? Jadi konsep lab untuk menentukan virus itu ada di situ agar cepat diobati dan cepat tracing," kata Budayanti saat dihubungi, Sabtu (9/5/2020) sore.
Untuk memaksimalkan fungsi laboratoriumnya tersebut, pihaknya mengaku juga melibatkan sejumlah pihak. Seperti tenaga dari berbagai rumah sakit dan universitas untuk melakukan tes sampel.
Adapun yang menjadi prioritas dilakukan pemeriksaan tersebut adalah pasien dalam pengawasan (PDP), tenaga medis, orang dalam pemantauan (ODP), dan orang tanpa gejala (OTG).
Bus Gunung Harta yang membawa pemudik saat dicegat aparat di Pos Sekat Uma Anyar atau di perbatasan Denpasar-Badung, Kamis (30/4/2020) siang
Pemerintah Provinsi Bali mengklaim mampu mengendalikan penyebaran virus corona atau Covid-19 meski tanpa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).
Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan salah satu kunci Bali mengendalikan penyebaran virus ini yakni pemeriksaan atau tes sampel secara cepat.
Budayanti mengatakan melawan virus yang tak kasat mata ini ibarat perang. Maka langkah pertama untuk memenangkan perang ini adalah mengetahui dulu lokasi musuhnya.
Jadi fungsi lab pemeriksaan yakni untuk menentukan virus ini ada di mana agar bisa segera diobati dan dilakukan penelusutan kontak.
"Perang kalau tak tahu musuhnya kapan kita menangnya? Jadi konsep lab untuk menentukan virus itu ada di situ agar cepat diobati dan cepat tracing," kata Budayanti saat dihubungi, Sabtu (9/5/2020) sore.
Gubernur Bali, I Wayan Koster.
Budayanti melanjutkan, untuk mengatasai Covid-19 maka perlu menerapkan 3T yakni test, treat, dan tracing.
Dengan tes lebih cepat maka bisa diketahui mana yang positif dan tidak. Sehingga bisa lebih cepat memisahkan mana yang sakit dan tidak.
Kemudian lebih cepat juga dilakukan pelacakan kontak pasien yang sakit tersebut sehingga bisa mencegah penyebaran.
Lalu dengan tes yang cepat, pasien juga lebih cepat mendapat pengobatan. Sehingga kondisi pasien tidak sampai ke tingkat lebih berat.
"Yang positif bisa cepat ditangani sehingga tidak berat (sakit) baru datang dan diobati. Kemudian angka kematian bisa ditekan," imbuhnya.
Budayanti mengatakan saat ini timnya terus bekerja keras agar hasil tes bisa keluar dalam waktu 24 jam.
Ia mengatakan, untuk petugas laboratoriumnya tak hanya berasal dari RSUP Sanglah. Namun dari berbagai rumah sakit dan universitas yang ada dan diberdayakan untuk mengetes sampel.
Untuk Lab Pemeriksaan Bali, pihaknya menggunakan skala prioritas. Yang jadi prioritas yakni pasien bergejala atau PDP, tenaga medis, kemuduan orang dalam pemantauan (PDP), baru orang tanpa gejala.
Ia menambahkan Lab Pemeriksaan Bali ini mulai mengerjakan spesimen Covid-19 pada 26 Maret 2020. Total hingga 8 Mei 2020, pihaknya telah mengerjakan spesimen sebanyak 4.722.
Sebelumnya pihaknya rata-rata per hari mampu mengerjakan 104 spesimen. Namun dalam 10 hari terakhir hampir mengerjakan 200 sampel per hari.
Hal ini setelah Bali memutuskan semua pekerja migran Indonesia yang baru tiba dari luar negeri dilakukan tes swab.
Selain kecepatan pemeriksaan, menurutnya kerja tim di Satgas Covid-19 Bali juga sangat kompak dengan kolaborasi yang baik dan komunikasi yang cepat.
"Satgas di Bali kerja kompak dan serius, untuk PMI misalnya meski datang tengah malam, kita tetap bekerja," katanya. (Kompas.com)