Berita Baik Buat Kita, Konsorsium Perusahaan Obat Ini Umumkan Segera Produksi Massal Vaksin Covid-19: BPOM AS Juga Tak Mau Kalah

Sabtu, 02 Mei 2020 | 13:01
Ilustrasi vaksin(Shutterstock) via KOMPAS.com

Berhasil Diujicobakan pada 6 Monyet, Ilmuwan Dunia Produksi 1 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dan Targetkan Akan Siap Didistribusi September Nanti

Fotokita.net- Perang bersama terhadap virus corona tanpa terasa telah melewati hitungan tiga bulan. Banyak warga dunia yang mulai tertekan dalam menghadapi pembatasan sosial atau karantina wilayah.

Sementara itu, obat penangkal serangan virus corona bukanlah proyek dengan sistem kebut semalam. Butuh perjalanan sangat panjang untuk menghasilkan vaksin ampuh terhadap serangan makhluk tak kasat mata itu.

Negara-negara dengan penelitian kuat di bidang farmasi, seperti China, Amerika Serikat, dan Jerman, berpacu melawan waktu untuk segera menghasilkan vaksin.

Kabar terkini,Remdesivir, obat virus corona buatan Gilead Science Inc, mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat dari Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) bagi Covid-19.

Melansir Reuters, ini membuka jalan untuk penggunaan remdesivir yang lebih luas di lebih banyak rumahsakit di AS. Tapi, otorisasi BPOM AS itu berlaku untuk pasien Covid-19 di rumahsakit yang membutuhkan ventilator.

Baca Juga: Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19, Raja Arab Saudi Murung Saat Lihat Foto Tarawih di Masjdil Haram Hingga Imam Masjid Bacakan Lafalan Doa Penangkal Corona

Selama pertemuan di Kantor Oval Gedung Putih dengan Presiden Donald Trump, Chief Executive Officer (CEO) Gilead Daniel O'Day menyebut langkah itu sebagai langkah pertama yang penting.

Gilead akan menyumbangkan 1,5 juta botol Gilead untuk membantu pasien Covid-19. Harapannya, donasi ini cukup untuk setidaknya 140.000 pasien, tergantung dari jumlah hari mereka perlu dirawat.

Baca Juga: Bukan Cuma Kali Ini Kim Jong Un Bikin Geger Dunia, Tahun 2014 Pemimpin Korea Utara Itu Sempat Buat Dunia Bertanya-tanya Gara-gara Lakukan Hal Ini

Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, 1,5 juta botol itu akan mulai didistribusikan ke rumah sakit pada Senin (4/5).

Gilead mengatakan pada Rabu (29/4), remdesivir yang mereka berikan melalui infus intravena, telah membantu meningkatkan hasil untuk pasien Covid-19, penyakit pernapasan akibat virus corona.

Perusahaan farmasi asal AS ini juga memberikan data yang menunjukkan, remdesivir bekerja lebih baik ketika diberikan sebelumnya dalam perjalanan infeksi.

Dengan banyak negara yang mulai pulih dari pandemi virus corona berminat dengan remdesivir. Sebab, saat ini tidak ada perawatan yang dapat persetujuan atau vaksin pencegahan untuk Covid-19.

Baca Juga: Dikenal Garang Sampai Bikin Para Jenderalnya Ketakutan, Siapa Sangka Hati Kim Jong Un Meleleh Gara-gara Kecantikan Perempuan Korea Ini. Foto-fotonya Bikin Kita Jatuh Hati

https://www.freepik.com/

Vaksin Corona

Dokter sangat membutuhkan apa pun yang bisa mengubah perjalanan penyakit yang menyerang paru-paru dan dapat mematikan organ lain dalam kasus yang sangat parah itu.

Data yang dirilis pada minggu ini dari percobaan oleh National Institutes of Health (NIH) di AS memperlihatkan, remdesivir mengurangi rawat inap hingga 31% dibanding pengobatan plasebo, tapi tidak secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup.

Gilead tidak segera menanggapi harga yang akan mereka kenakan setelah sumbangan remdesivir yang dijanjikannya habis.

Institute for Clinical and Economic Review, yang menilai keefektifan obat untuk menentukan harga yang sesuai, menetapkan biaya remdesivir sebesar US$ 10, tetapi harga akan naik menjadi US$ 4.500 berdasarkan manfaat pasien yang ditunjukkan dalam uji klinis .

Baca Juga: Terpaksa Serahkan Berton-ton Cadangan Emas Batangan ke Iran, Negara yang Pernah Kaya Raya Karena Minyak Ini Berada di Ujung Frustasi: Ditinggal Warganya Sendiri

Freepik.com
Freepik.com

Harapan Baru Bagi Dunia, Perusahaan Ini Klaim Sudah Temukan Vaksin untuk Sembuhkan Pasien Covid-19, Sebanyak 200 Orang Telah Disiapkan Jadi 'Kelinci Percobaan'

Remdesivir sebelumnya hanya tersedia untuk pasien yang terdaftar dalam uji klinis. Uji coba Gilead ini di lebih dari 181 rumahsakit di seluruh dunia, termasuk di 27 negara bagian AS.

Sementara itu terdapat lagi berita baik mengenai keberhasilan uji vaksin corona yang dibuat dari Cobra Biologics.

Cobra Biologics mengatakan, jika proses produksi 200 liter vaksin untuk virus corona baru dengan target kelar pada pertengahan Mei nanti berhasil, mereka siap membuat 1 juta dosis per bulan.

Cobra Biologics adalah salah satu perusahaan yang bekerja untuk membuat vaksin potensial guna melawan virus corona dengan nama ChAdOx1 nCoV-19. Para ilmuwan di University of Oxford, Inggris, lah yang mengembangkannya.

Baca Juga: Selamat dari Serangan Virus Corona Nan Ganas, Tapi Perempuan Cantik Ini Justru Meregang Nyawa Gara-gara Hal Sepele Ini Sewaktu Rayakan Masa Akhir Lockdown

"(Produksi 200 liter) lebih dari cukup untuk uji klinis, tetapi juga berpotensi memulai persediaan untuk pasokan komersial," kata Chief Executive Officer (CEO) Cobra Biologics Peter Coleman kepada Reuters, Jumat (1/5), seraya menambahkan, perusahaannya bisa memiliki kapasitas hingga dua juta dosis per bulan.

"Kecepatan di mana kami beroperasi jauh lebih cepat dari biasanya. Dan untuk mulai membangun batch untuk pasokan komersial bahkan sebelum Anda sampai pada fase satu (uji klinis) sangat tidak biasa," ujar dia.

Hanya, Coleman menegaskan, Cobra Biologics tidak bertanggungjawab untuk membuktikan kemanjuran vaksin, dengan uji coba yang tim Oxford jalankan. Dan, ada banyak risiko yang terlibat dalam proyek tersebut.

Perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca juga bergabung dengan program vaksin Oxford untuk mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan vaksin potensial guna membantu menyediakannya sesegera mungkin jika berhasil dalam uji klinis.

Baca Juga: Ilmuwan China Berhasil Temukan Virus Corona yang Paling Berbahaya dan Mematikan, Lantas Jenis Apa yang Ada di Negara Kita?

Coleman menyebutkan, keterlibatan AstraZeneca bisa membantu peningkatan skala vaksin di tingkat global. Tetapi, Cobra Biologics dan dua CDMO lainnya dengan kapasitas sama yang sudah terlibat masih akan memainkan peran penting.

"Konsorsium CDMO (termasuk Cobra Biologics) saat ini akan menjadi bagian mendasar dari pembuatan vaksin ini. AstraZeneca memiliki banyak kemampuan," katanya.

CDMO adalah perusahaan yang melayani perusahaan lain dalam industri farmasi berdasarkan kontrak untuk memberikan layanan komprehensif dari pengembangan obat melalui pembuatan obat.

"Tapi, saya pikir saat ini, mengingat intensitas dan kecepatan yang diperlukan, masuk akal untuk tetap menggunakan CDMO yang Anda miliki saat ini dan kemudian di beberapa titik di masa depan, transisi ke hal lain," ujar Coleman.

Baca Juga: Sri Mulyani Bilang Lebih dari Separuh Penduduk Sudah Dapat Bansos, Tapi Pemulung Ini Cuma Bisa Minum Air Galon Dua Hari Hingga Meregang Nyawa: Salah Sasaran?

Menurut Coleman, proses pengembangan vaksin sebelumnya yang mungkin memakan waktu bertahun-tahun sedang dipercepat menjadi lima bulan saja. Pekerjaan yang sudah dilakukan pada vaksin sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) bisa membantu mempercepat pengembangan vaksin Covid-19.

"Ini bukan dari awal berdiri. Ada banyak pekerjaan, dan produk telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga pekerjaan dari uji klinis awal sama-sama berlaku," kata Coleman.

Ditanya tentang pernyataan CEO AstraZeneca Pascal Soriot yang menyebutkan, akan mengetahui apakah vaksin akan efektif pada Juni atau Juli, Coleman bilang, perusahaannya berfokus pada pembuatan vaksin dibanding menentukan kemanjurannya.

"Saya percaya Universitas Oxford dengan hasil Juli itu," ujarnya. "Dan, jika itu positif, balapan akan menghasilkan sebanyak mungkin batch".

Baca Juga: Foto Lawasnya Beredar, Tiba-tiba Sosok Suami Ketua DPR RI Ini Terbongkar: Jago Cari Duit Hingga Pernah Terkait Urusan Pembelian Pesawat Sukhoi

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul"Tok, remdesivir dapat persetujuan BPOM AS untuk pasien corona" dan "Uji vaksin corona berhasil, Cobra Biologics produksi 1 juta dosis sebulan"

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya