Ilmuwannya Peringatkan Ada Virus Corona Jenis Baru yang Jauh Lebih Mematikan, China Lockdown 10 Juta Warga Kota Ini: Covid-19 Belum Benar-benar Pergi?

Jumat, 24 April 2020 | 10:11
Kompas.com

Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terinfeksi virus misterius mirip SARS, ke rumah sakit Jinyintan, di Kota Wuhan, China, Sabtu (18/1/2020).

Fotokita.net-Ilmuwan China telah memperingatkan kemampuan mutasi virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, yang mungkin telah memberi dampak berbeda terhadap penyakit Covid-19 di seluruh dunia.

Hal ini diungkapkan Profesor Li Lanjuan dan rekan-rekannya dari Zhejiang University seperti dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (21/4/2020).

Baca Juga: Reino Barack Blak-blakan Kecewa Sikap Sang Mantan Pada Orang yang Enggak Penting, Ternyata Perangai Asli Luna Maya Justru Terbongkar Lewat Bukti Ini

Studi baru yang dilakukan ilmuwan yang pertama kali menyarankan lockdown kota Wuhan, China, tempat pertama kali virus corona, SARS-CoV-2 terdeteksi ini menunjukkan bukti mutasi tertentu dari virus penyebab Covid-19 itu.

Menurut dia, mutasi tertentu pada virus corona baru ini dapat menciptakan jenis yang lebih mematikan dari jenis lainnya.

Baca Juga: Kabar Baik, Jumlah Pasien Sembuh dari Covid-19 Kembali Melonjak. Tapi, Mbak You Malah Ingatkan Kita Buat Siapkan Tungku Kayu Bakar...

AFP/OEL CELIS
AFP/OEL CELIS

Pasar Hewan Sempat Dikambing Hitamkam, Pemerintah China Akhirnya Beberkan Fakta Laboratorium Wuhan yang Dituding Sebagai Pusat Kemunculan Covid-19, untuk Senjata Biologis?

"SARS-CoV-2 telah memperoleh mutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya," kata Prof Li.

Untuk menyelidiki mutasi virus corona, SARS-CoV-2, Prof Li dan timnya menganalisa strain virus yang diisolasi dari 11 pasien Covid-19 yang diambil secara acak dari Hangzhou di provinsi Zhejiang.

Baca Juga: Maksud Hati Sebarkan Konten yang Bisa Tenangkan Warga di Tengah Wabah, Obrolan Luna Maya Ini Malah Tuai Kecaman dari Bekas Tukang Kritik Pemerintah Itu: Salah Resep, Salah Obat!

Hasilnya, menunjukkan mutasi virus paling mematikan pada pasien di Zhejiang juga ditemukan di sebagian besar pasien di seluruh Eropa.

Sementara strain virus corona yang lebih ringan adalah varietas dominan yang ditemukan negara bagian Washington, Amerika Serikat.

Baca Juga: Setia Dampingi Sang Suami Sejak Tinggal di Rumah Dinas yang Jadi Sarang Biawak, Tiba-tiba Menantu Presiden RI ke-6 Tuliskan Kalimat Tajam Ini di Instagramnya: Ada Apa?

Freepik

Virus corona disebut untuk pembuktian kemampuan China

Tim Li mendeteksi lebih dari 30 mutasi virus corona dan di antara mereka sebanyak 19 mutasi atau sekitar 60 persen adalah mutasi virus baru.

Mereka menemukan beberapa mutasi ini dapat menyebabkan perubahan fungsional pada spike protein virus, struktur unik di atas selubung virus yang memungkinkan virus corona mengikat sel manusia.

Baca Juga: Foto-foto Lawas Kemesraan Ariel Noah dengan Sang Mantan Beredar, Netizen Malah Salfok Pada Sosok Kondang Ini: Ternyata Udah dari Dulu Ya!

Untuk memverifikasi teorinya, Li dan rekannya menginfeksi sel dengan strain virus corona yang membawa mutasi berbeda.

Jenis yang paling agresif dari SARS-CoV-2 dapat menghasilkan viral load hingga 270 kali lebih banyak dibandingkan jenis yang paling lemah.

Strain virus corona ini juga membunuh sel-sel dengan sangat cepat.

"Itu adalah hasil tak terduga dari sedikitnya selusinan pasien yang menunjukkan perbedaan dari strain virus yang sebagian besar masih diremehkan," jelas Prof Li.

Peneliti juga menemukan tiga perubahan yang terjadi secara berturut-turut yang dikenal sebagai mutasi tri-nukleotida yang terjadi pada seorang pasien berusia 60 tahun.

Ilmuwan mengklaim itu adalah peristiwa yang langka terjadi. Sebab, biasanya gen bermutasi pada satu situs pada satu waktu.

Baca Juga: Presenter Kondang Ini Menitikkan Air Mata Saat Suami Perawat Curhat Tentang Jenazah Istrinya yang Ditolak Warga Gara-gara Covid-19: Cuma Ingin Dekat dengan Anak-anak

Pasien tersebut menghabiskan masa perawatan sekitar 50 hari di rumah sakit, lebih lama dari pasien Covid-19 lainnya.

Bahkan, feses pasien tersebut sangat menular dengan strain virus yang hidup.

"Menyelidiki dampak fungsional dari mutasi tri-nukleotida ini akan sangat menarik," kata Prof Li.

Adapun gen virus corona yang bermutasi saat ini berbeda dari strain paling awal yang diisolasi di Wuhan, tempat virus ini pertama kali terdeteksi.

Peneliti mengungkapkan pada umumnya, virus corona berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan.

Namun, pada hari Senin, dilaporkan lebih dari 10.000 strain telah diurutkan oleh para ilmuwan di seluruh dunia.

Baca Juga: Jadi Satu-satunya Artis yang Digemari Bung Karno, Nasib Perempuan Cantik Ini Begitu Nelangsa di Akhir Hayatnya. Begini Kisah Pilunya

Menurut China National Centre for Bioinformation, dari strain virus corona tersebut mengandung 4.300 mutasi.

Profesor Zhang Xuegong, kepala divisi bioinformatika di National Laboratory for Information Science and Technology, Tsinghua University mengapresiasi metode pengurutan sekuensing ultra-deep.

Metode ini digunakan Prof Li untuk melacak mutasi virus, yakni pada mutasi virus corona, SARS-CoV-2.

"Metode ini adalah strategi efektif untuk melacak mutasi virus dan dapat menghasilkan beberapa informasi bermanfaat," kata Prof Zhang.

Kendati demikian, melacak mutasi virus dengan pendekatan ini bisa jadi akan memakan waktu lebih lama dan harus mengeluarkan lebih banyak biaya.

Baca Juga: Enggak Kapok Mata Kena Infeksi dan Lahap Daging Kelelawar, Bule Norwegia Ini Ketagihan Tinggal Bersama Suku Pedalaman di Pulau Terpencil Indonesia

Selain itu, metode tersebut juga tidak bisa diterapkan pada semua sampel strain virus corona.

Mirror
Mirror

Covid-19

Sebuah kota besar di China telah mengadopsi tindakan karantina (lockdown) terhadap coronavirus atau Covid-19 setelah wabah baru terdeteksi di sana.

Lebih dari 70 orang telah terinfeksi dan lebih dari 4.000 sedang diuji di Harbin setelah virus itu diyakini 'diimpor' ke kota oleh seorang siswa yang telah kembali dari New York.

Seperti dikutip dailymail.co.uk, para pejabat telah melarang pertemuan dan memerintahkan masyarakat untuk memonitor secara dekat pengunjung dan kendaraan non-lokal di kota berpenduduk sekitar 10 juta.

Baca Juga: Meskipun Ada Penambahan Kasus Baru Corona, Ternyata Masih Ada Kabar Baik: Sekarang WhatsApp Bisa Video Call 8 Orang Sekaligus. Begini Caranya

Pos pemeriksaan telah dipasang di bandara dan stasiun kereta api, untuk menyaring mereka yang datang dari tempat lain.

"Berita itu muncul ketika China hari ini mengumumkan bahwahanya ada dua pasien sakit kritis yang tersisa di Wuhan, bekas pusat pandemi," tulis keterangan tersebut seperti dikutip di Jakarta, Kamis (23/4/2020).

KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Rapid test virus corona dengan skema Drive thru yang diadakan Kementerian Perhubungan.

Lebih detail lagi, Harbin merupakan sebuah kota berpenduduk sekitar 10 juta orang di Provinsi Heilongjiang.

Sementara itu, pemerintah kemarin mengeluarkan instruksi untuk menginstruksikan pembatasan lebih lanjut pada penghuninya, pengunjung dan lalu lintas masuk.

"Sebelum memasuki fasilitas umum dan kompleks perumahan, orang harus menggunakan aplikasi kesehatan yang disetujui pemerintah untuk membuktikan mereka tidak memiliki virus, suhunya diambil dan memakai masker wajah," kata pemberitahuan itu.

Baca Juga: Suara Merdunya Sewaktu Mengaji Bikin Tentram Hati dalam Kondisi Pandemi, Tapi Nenek Sebatang Kara Ini Hidup di Rumah Tua yang Nyaris Roboh: Tak Ada Bantuan dari Pemerintah

BBC via Kompas.com
BBC via Kompas.com

Virus corona saat dilihat menggunakan mikroskop

Baca Juga: Jadi Istri Raja Jam Tangan Indonesia, Penyanyi Kondang Ini Pamer Foto Makan Daun Emas 24 Karat Telur Ikan Termahal di Dunia: Aman Buat Kesehatan?

Di sisi lain, warga harus mengikuti langkah-langkah menjauhkan sosial. Pernikahan, pemakaman, pertunjukan publik, dan konferensi dilarang.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Corona Kembali Menyerang, China Lockdown 10 Juta Penduduk Kota Harbin

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya