Suara Merdunya Sewaktu Mengaji Bikin Tentram Hati dalam Kondisi Pandemi, Tapi Nenek Sebatang Kara Ini Hidup di Rumah Tua yang Nyaris Roboh: Tak Ada Bantuan dari Pemerintah

Selasa, 21 April 2020 | 18:52
Bayu Dwi Mardana

Kegiatan eksplorasi panas bumi di wilayah Garut telah mendapatkan Proper dari Kementerian Lingkungan

Fotokita.net-Dengan kondisi kayu rapuh, genting banyak yang bolong, warga tak ada yang berani memperbaiki. Takut seluruh bagian atapnya roboh, meski hanya memperbaiki kabel listrik di atap rumah Minah.

Sehari-hari Minah (70) selalu menyibukkan diri membaca Al quran dan membaca sholawat di rumah reyot yang ditempati di Kampung Randu Kurung, Desa Cibiuk Kidul Kecamatan Cibiuk, Garut.Rupanya alunan suara Minah yang tinggal seorang diri di rumah tua saatal qu melantunkan ayat suci Al quran terdengar, oleh seseorang lalu direkam. Tak pelak, rumah yang dipakai mengaji dengan kondisi jauh dari layak karena sudah hampir seluruh bagian atapnya roboh tersebar di media sosial.

Baca Juga: Setelah Jadi Viral di Media Sosial, Fenonema Ubur-ubur di Probolinggo Tiba-tiba Menghilang Tanpa Jejak

Kompas.com
Kompas.com

Rumah nenek Minah yang reyot dan hampir ambruk

Setelah video nenek tersebut viral di medsos, Minggu (19/04/2020) siang, rumah Nenek Minah yang biasanya sepi, mendadak banyak didatangi orang.Mereka yang datang, membawa sejumlah bantuan berupa makanan. Bantuan itu berdatangan setelah video Minah yang tengah asyik mengaji seorang diri di rumah tuanya yang hampir seluruh bagian atapnya roboh viral di media sosial.Rumah Minah yang hidup seorang diri di rumah tersebut, terbilang cukup kokoh, terutama bagian dindingnya.

Baca Juga: Pemerintah Larang Mudik Lebaran 2020, Jalan Tol Bakal Segera Ditutup? Karena, semua bagian berlapis tembok yang kondisinya cukup baik.Namun, atapnya rusak parah. Hampir setiap ruangan di rumah berukuran kurang lebih 6 x 9 meter itu bagian atapnya bukan lagi bocor, tapi sudah bolong tanpa genteng.

Hal ini pula yang membuat sejumlah orang yang menyaksikan video tersebut, tergugah rasa kepedulian sosialnya dan dengan sengaja datang ke rumah Minah untuk memberi bantuan.Kompas.com pun sempat menyaksikan dua orang yang datang ke rumah Minah menyerahkan bantuan berupa bahan makanan.

Baca Juga: Kerap Diremehkan Lantaran Disebut Operasikan Armada Tua, Siapa Sangka Alat Perang TNI AL Ini Sukses Bikin Militer Australia Tunggang Langgang Hidup seorang diri sejak tahun 1980Minah pertama kali menikah dengan Dadang (almarhum) sudah menempati rumah itu. Sekitar tahun 1980-an, suaminya meninggal dunia. Sejak itulah Minah hidup seorang diri karena tidak memiliki anak dari hasil pernikahannya dengan Dadang.

“(Suaminya) meninggalnya sekitar usia 40 sampai 50 tahunan, tahun 1980-an,” jelas H Ijang (68), tetangga Minah yang memang sejak dulu mengetahui persis kehidupan pasutri itu.Semasa hidupnya, kata H Ijang, almarhum Dadang memiliki gangguan penglihatan hingga tidak bisa melihat secara normal. Dadang tidak memiliki pekerjaan tetap dan sulit mendapat pekerjaan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terjun Bebas Hingga di Bawah Angka O Dollar AS, Malaysia dan Vietnam Sudah Turunkan Harga BBM. Begini Alasan Indonesia Belum Juga Reduksi Harga BBM

Minah mengakui, suaminya memang telah cukup lama meninggal dunia. Sejak itu, dirinya hidup sebatang kara di rumah peninggalan suaminya. Karena hidup sendiri, saat ada bagian rumahnya yang rusak, Minah tak mampu memperbaiki hingga kondisi rumahnya rusak berat seperti saat itu.

Selama ini, Minah mengaku tidak memiliki pekerjaan pasti. Untuk makan sehari-hari, mengandalkan pemberian dari tetangga. Namun, dirinya tidak pernah mau tinggal di rumah tetangganya meski rumahnya dalam kondisi rusak berat.“Di sini mah, bisa sambil ngaji, sholawatan, di rumah orang perasaan tidak enak, tidak tenang,” katanya.

Baca Juga: Gara-gara Pamer Foto Bareng dengan Artis Tajir Ini, Tiba-tiba Nia Ramadhani Malah Jadi Turun Pamornya: Dia Awet Muda, Umurnya Jauh Di Atas Nia!Seharusnya Minah mendapatkan prioritas, tapi...Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kasin Kesra) Desa Cibiuk Kidul, Imam Munandar, mengaku nama Minah sudah diajukan sebagai penerima berbagai program bantuan dari pemerintah desa. Namun, masih belum juga dapat program bantuan dari pemerintah.

“Ajuan dari RTnya kondisinya disamakan dengan warga yang lain, harusnya ini jadi prioritas dikasih tanda agar jadi prioritas, tidak bisa disamakan dengan yang lain,” katanya.Meski tak dapat program bantuan dari pemerintah, Minah sendiri tidak merasa kecewa. Dirinya sudah merasa cukup dengan keadaannya saat ini. Namun, untuk program perbaikan rumah, dirinya memang berharap bisa dibantu.

Baca Juga: NIlai Sarat Masalah Sedari Awal, Ahli Ekonomi Muda Itu Ajak Staf Khusus Presiden Lakukan Hal Ini: Konten di YouTube Jauh Lebih Baik!

“Nunggu ada yang betulin aja lah rumah mah, kalau belum ada bantuan tidak apa-apa, Gusti Nu Beunghar mah (Yang kaya mah Allah), jalma mah mung titahanna (manusia mah hanya pesuruh-Nya),” kata Minah.Selain gemar membaca Al quran dan sholaqat, Minah rajin menghadiri pengajian rutin di masjid terdekat di rumahnya.

Siti Djubaedah menerangkan, meski atapnya sudah rusak berat, anehnya saat diguncang gempa, atap rumah tidak sampai runtuh. Padahal pernah ada kejadian gempa rumah tetangga lain rusak, tapi rumah Mamah Minah atapnya tetap pada posisinya.“Abdi mah nyuhunkeun ka gusti dijaga heula we kango abdi sadidinten ngaji (saya mah minta ka Allah dijaga dulu buat saya sehari-hari ngaji), dugi engke aya nu ngalereskeun (sampai nanti ada yang memperbaiki,” kata Minah dengan bahasa Sunda yang kental.

Baca Juga: Bahagia Nikahi Perempuan Indonesia, Bule Ini Langsung Lemas Ketika Identitas Asli Sang Istri Terbongkar: Saya Tertipu Selama 20 Tahun!PKH tidak dapat, BPJS juga tidak punya...Siti Djubaedah, Ketua RW 09, Kampung Randu Kurung Desa Cibiuk Kaler, mengakui sebenarnya sudah cukup banyak warga yang mengajak Mamah Minah demikian dirinya biasa memanggil Minah, tinggal di rumahnya. Namun Mamah Minah selalu menolak.

“Paling kalau sudah hujan deras dan angin, saya ajak ke rumah baru mau. Setelah hujan reda Mamah Minah pulang lagi,” jelas Siti yang rumahnya berada di samping rumah Minah.Siti sendiri tidak mengetahui pasti cerita Mamah Minah dahulu. Karena, dirinya baru tinggal di Kampung Randu Kurung sekitar lima tahun lalu. Namun, yang pasti sejak pertama dirinya tinggal di Kampung Randu Kurung, Mamah Minah memang sudah sendirian.

Baca Juga: Sehabis Jokowi Bawa Angin Segar Tentang Perkembangan Covid-19, Kini Ikatan Dokter Indonesia Bilang Virus Corona Bisa Kalah dalam Tubuh: Begini Rahasianya...

Siti mengaku sudah berusaha semaksimal mungkin mengajukan program perbaikan rumah kepada pemerintah desa, termasuk program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Namun, entah mengapa tidak pernah berhasil.“Program PKH tidak dapat, padahal menurut saya layak. BPJS tidak punya. Jadi kalau berobat bayar sendiri, kalau ada yang ngasih uang, biasanya buat berobat,” katanya.Siti memastikan, jika hanya untuk kepentingan makan sehari-hari, para tetangga cukup memperhatikan dan selalu memenuhinya. Tetapi untuk bisa membantu membangun kembali rumah Mamah Minah, memang kebanyakan kesulitan.

Tidak pernah mendapat bantuan pemerintahSementara itu, Kepala Desa Cibiuk Kidul yang ditemui di rumah Minah mengakui, Minah memang tidak mendapat program bantuan dari pemerintah baik Kartu Indonesia Sehat, Program Keluarga Harapan (PKH) dan lainnya.Untuk program perbaikan rumah juga tidak dapat. Karena, desanya memang tidak pernah dapat program bantuan tersebut dari pemerintah.“Ada bantuan Rutilahu tahun 2018 untuk 30 rumah, tapi dari program aspirasi, jadi (Minah) tidak dapat,” katanya.Usep mengaku baru menjabat sebagai kepala desa sejak pertengahan 2017 mengungkapkan, pihaknya tahun 2017 sudah mengajukan program itu tapi tidak dapat. Kemudian, tahun 2019, program tersebut tidak ada, meski pihaknya telah mengajukan program tersebut.

Baca Juga: Reino Barack Blak-blakan Kecewa Sikap Sang Mantan Pada Orang yang Enggak Penting, Ternyata Perangai Asli Luna Maya Justru Terbongkar Lewat Bukti Ini

Sementara, untuk bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Usep pun mengklaim juga sudah mengajukan Minah sebagai penerima bantuan program. Namun data penerima program itu sudah ada di pendamping dan nama Minah tidak masuk dengan alasan keterbatasan kuota.

Baca Juga: Presenter Kondang Ini Menitikkan Air Mata Saat Suami Perawat Curhat Tentang Jenazah Istrinya yang Ditolak Warga Gara-gara Covid-19: Cuma Ingin Dekat dengan Anak-anak“Diajukan, tapi tidak masuk, alasannya tidak dapat karena kuota terbatas, BPJS juga sudah diajukan, tapi terbentur masalah waktu,” katanya.Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Viral di FB & WA Video Nenek Mengaji dan Sholawatan di Rumah Reyot, Tak Pernah Dibantu Pemerintah

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya