Gerhana Matahari Cincin Lintasi Wilayah Indonesia, Lantas Kenapa Nabi Muhammad Perintahkan Umat Muslim Lakukan Shalat Gerhana? Begini Sejarahnya

Kamis, 26 Desember 2019 | 06:12
getty images

Lihat Gerhana Matahari Secara Langsung Bisa Merusak Mata, Ini Cara Melihat Fenomena Alam Tersebut

Fotokita.net - Gerhana matahari cincin (GMC) terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris.

Saat itu, piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil dibandingkan piringan matahari.

Oleh karena itu, saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yakni gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.

Baca Juga: Gerhana Matahari Cincin Jadi Obyek Fotografi Nan Menarik, Rupanya Begini Alasan Nabi Muhammad Perintahkan Umat Islam Shalat Gerhana Saat Peristiwa Alam Itu

Kepala Biro Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Akhmad Taufan Maulana, Minggu (22/12/2019), membenarkan gerhana matahari cincin akan melewati sejumlah wilayah di Indonesia.

Taufan menjelaskan, fenomena GMC tidak hanya melewati beberapa wilayah Indonesia, melainkan juga melalui Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilangka, Samudra India, Singapura, Malaysia, dan Samudra Pasifik.

GMC pada 26 Desember 2019 dapat diamati di sedikit Afrika bagian timur, seluruh wilayah Asia, Samudra India, Australia bagian utara, dan Samudera Pasifik berupa Gerhana Matahari Sebagian.

Baca Juga: Gerhana Bulan Parsial Terakhir Pada 2019. Lihat Foto-foto Hasil Jepretan dari Warganet

Sementara, di Indonesia, GMC akan melewati 25 kota dan kabupaten di Indonesia.

Sementara yang lain menikmati gerhana, umat muslim menyempatkan waktu untuk melakukan shalat.

Fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan terlihat di kota Sibolga (Sumatera Utara), Padang Sidempuan (Sumatera Barat), Duri (Riau), Batam dan Tanjung Pinang (Riau Kepulauan), Singkawang (Kalimantan Barat), serta Tanjung Selor (Kalimantan Utara).

Untuk wilayah Indonesia selain yang disebutkan di atas, hanya akan menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian. Gerhana Matahari Sebagian (GMS) berbeda dengan Gerhana Matahari Total (GMT) atau Gerhana Matahari Cincin (GMC).

Dalam fenomena GMS bulan hanya berdekatan dengan salah satu titik nodalnya saja. Sehingga cakram Bulan tidak sepenuhnya menutupi cakram Matahari di puncak gerhana pada lokasi manapun.

Baca Juga: Penampakan Jalan Tol Layang Cikampek Bergelombang Parah Bikin Heboh, Ternyata Begini Penjelasan Secara Teknik Fotografi

Dalam konfigurasi ini cahaya Matahari yang terblokir Bulan hanya akan membentuk satu bayangan, yaitu penumbra (bayangan tambahan).

Karenanya, daerah yang berada di lokasi penumbra, hanya akan terlihat gerhana sebagian.

pixabay

Gerhana matahari cincin bisa dilihat di Tanjung Pinang.

Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) meminta umat Islam untuk melakukan shalat gerhana pada 26 Desember nanti.

Hal ini berhubungan dengan adanya fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang diramalkan akan terlihat di Indonesia. Untuk diketahui, GMC terjadi setiap satu sampai dua tahun sekali. GMC terakhir terjadi pada 26 Februari 2017.

GMC dalam enam tahun ke depan akan terjadi pada 26 Desember 2019, 21 Juni 2020, 10 Juni 2021, 14 Oktober 2023, dan 2 Oktober 2024.

Baca Juga: Jadi Tempat Ikonik Fotografi dan Wisata Yogyakarta, Rupanya Asal Usul Nama Malioboro Bermula dari Cerita Ini

"Dari semua tanggal itu, hanya GMC pada 2019 yang dapat diamati di wilayah Indonesia," tulis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dalam keterangan resminya.

"Peristiwa langit yang sangat langka ini perlu disambut dengan penyelenggaraan shalat gerhana, dzikir, kegiatan sosial, kegiatan pengamatan Gerhana Matahari dan kegiatan kefalakiyahan lainnya," tulis Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) mengimbau.

"Lembaga Falakiyah PW / PC NU se-Indonesia diharapkan untuk bertindak aktif mengajak Umat Islam di daerahnya masing–masing untuk melaksanakan kegiatan tersebut," tambah imbauan itu.

Nasa via kompas.com
Nasa via kompas.com

Gerhana matahari cincin.

Terkait kegiatan pengamatan gerhana dan kegiatan kefalakiyahan lainnya diharapkan jajaran Lembaga Falakiyah PW/PC NU se–Indonesia untuk mengikuti surat instruksi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pengumuman ini.Selain itu, jika ada masyarakat yang ingin melihat fenomena GMC, diimbau untuk menggunakan alat pelindung mata khusus (kacamata Matahari).

"Pengamatan dapat bergabung dengan titik – titik pengamatan Gerhana Matahari Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama yang dipublikasikan lewat media dan media sosial (Fans Page dan twitter @falakiyahnu)," tutup pengumuman itu.

Baca Juga: Berbekal Otak Jenius, BJ Habibie Bikin Karya Fotografi dengan Teknik dan Detil yang Presisi. Subyek Fotonya Tak Jauh-jauh dari Tempat Ini...

Lantas, kenapa NU mengimbau orang Islam untuk melakukan ritual keagamaan khusus saat gerhana? Apa pentingnya gerhana bagi umat Islam?

Dalam pemberitaan Kompas.com (7/8/2017), Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, shalat gerhana bermula dari mitos kematian orang penting di saat fenomena gerhana matahari cincin muncul.

Pada 27 Januari 632 M, terjadi gerhana matahari cincin yang bisa disaksikan oleh orang yang tinggal di jazirah Arab dan India.

Mahandis Yoanata Thamrin

Para pemburu gerhana matahari menyaksikan dengan beragam alat buatan sendiri di Fort Teoucco:kaca ma

Di hari yang sama, secara kebetulan putra Nabi Muhammad SAW yang bernama Ibrahim bin Muhammad wafat dalam usia 16 tahun.

Orang Arab yang sejak masa pra-Islam percaya bahwa gerhana merupakan tanda adanya kematian tokoh penting.

Kepercayaan ini lantas dikaitkan dengan mitos kematian putra Nabi di saat gerhana matahari cincin.

Baca Juga: Dikenal Penggila Fotografi dan Punya Kamera Mumpuni, Ari Lasso Mendadak Enggak Mood Motret Lagi. Ada Apa Gerangan?

Untuk meluruskan mitos ini, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa gerhana sama sekali tak terkait dengan kematian putranya tetapi merupakan wujud kekuasaan Allah SWT.

"Kemudian (umat Muslim) diperintahkan salat ketika terjadi gerhana oleh Nabi Muhammad," kata Thomas saat itu. Perintah salat gerhana Nabi tersurat dalam hadist Bukhari-Muslim.

Nabi mengatakan, "Matahari dan bulan adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Terjadinya gerhana bukan karena kematian atau kehidupan seseorang. Maka, bila melihatnya berzikirlah kepada Allah SWT dengan mengerjakan salat."

Bagaimana ceritanya sehingga umat muslim punya ritual keagamaan khusus saat gerhana? Apa gerhana begitu penting dalam Islam?

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, shalat gerhana sebenarnya bermula dari mitos kaitan kematian orang penting dan fenomena gerhana.

Baca Juga: Gerhana Matahari Total Jadi Momen Tepat Buat Uji Ketangguhan Fitur Kamera Hape yang Segera Rilis Ini. Lihat Foto Hasilnya!

Pada 27 Januari 632 M, terjadi gerhana matahari cincin yang bisa disaksikan oleh warga bagian utara, jazirah Arab, dan India.

Secara kebetulan, pada hari yang sama, putra Nabi Muhammad SAW yang bernama Ibrahim bin Muhammad wafat dalam usia 16 tahun.

Orang Arab yang sejak masa pra-Islam percaya bahwa gerhana merupakan pertanda adanya kematian tokoh penting lantas langsung mengaitkan gerhana matahari cincin itu dengan kematian putra Nabi.

Baca Juga: Lihat Foto-foto Reaksi Satwa Ketika Gerhana Matahari Total Terjadi, Simpanse Pun Akan Menutup Matanya

Nabi Muhammad SAW lantas mengatakan bahwa gerhana sama sekali tak terkait dengan kematian putranya tetapi merupakan wujud kekuasaan Allah SWT.

"Kemudian (umat Muslim) diperintahkan shalat ketika terjadi gerhana," kata Thomas kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Perintah shalat gerhana Nabi tersurat dalam hadist Bukhari-Muslim.

Nabi mengatakan, "Matahari dan bulan adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Terjadinya gerhana bukan karena kematian atau kehidupan seseorang. Maka, bila melihatnya berzikirlah kepada Allah SWT dengan mengerjakan shalat." (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya