Diprediksi Lebih Dahsyat dari Gempa Palu, Di Dalam Perut Danau yang Tenang Ini Rupanya Ada Sesar Aktif yang Bisa Bikin Sulawesi Porak Poranda Lagi. Begini Penjelasan Ahli

Kamis, 28 November 2019 | 17:32
Tantyo Bangun

Danau Matano di Sulawesi Selatan terbentuk oleh sesar yang terus bergerak hingga kini. Danau terdala

Fotokita.net - Seminggu terakhir, sesar tersebut memicu tiga gempa di Morowali yang dicatat oleh BMKG Stasiun Geofisika Balaroa.

Gempa pertama terjadi pada Sabtu (23/11) dengan kekuatan M 4,9 berlokasi di darat 11 kilometer arah barat daya Bungku, ibu kota Morowali, di kedalaman 10 kilometer.

Gempa kedua berkekuatan M 3,8 terjadi pada Minggu (24/11), 14 kilometer arah barat Bungku dengan kedalaman 11 kilometer.

Terakhir, gempa M 3,9 melanda Kecamatan Bahodopi, Morowali, dengan kedalaman 10 kilometer. Ketiga gempa tersebut dipicu aktivitas Sesar Matano.

Semua pihak diminta waspada dengan memperkuat mitigasi bencana terkait kemungkinan gempa besar yang bisa dibangkitkan sesar aktif Matano di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Sesar itu sudah lama tak memicu gempa besar. Sesar tersebut tercatat pernah memicu gempa bermagnitudo 7.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Mateorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Balaroa, Palu, Sulteng, Henrik Leopaty mengatakan, semua pihak perlu waspada dengan aktivitas Sesar Matano.

Baca Juga: Gempa M 7,1 Picu Tsunami Kecil dan Gempa Susulan Puluhan Kali , Warga Maluku Utara Berhamburan Saat Tengah Malam. Inilah Penyebab Gempa Itu

”Gempa terakhir yang besar berdasarkan informasi yang kami peroleh dengan kekuatan sekitar M 7 terjadi pada 1900-an. Artinya, lama sekali sesar ini ’tidur’. Ini yang harus diwaspadai,” katanya, di Palu, Kamis (28/11/2019).

Henrik menyebutkan, riwayat gempa besar itu tak tercatat dengan baik mungkin karena saat itu wilayah tersebut belum dihuni atau belum padat permukiman. Korban meninggal pun tak terdata.

Situasinya saat ini berbeda karena wilayah-wilayah sekitar sesar itu sudah dihuni, seperti di Kecamatan Bahodopi, Morowali, dan sekitar Danau Matano di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Bahkan, ada pusat industri pengolahan tambang di sana.

Baca Juga: Amerika yang Mengaku Adidaya, Lumpuh Karena Gempa. Deretan Foto Hitam Putih Ini Menunjukkan Kisah Tragis Tahun 1906

via Kompas.com

Pemutakhiran segmentasi Megathrust Peta Gempa Nasional 2017.

Setelah gempa besar tersebut, kata Henrik, tercatat hanya sekali gempa cukup kuat terjadi, yakni M 6,1 pada 2011 di Kabupaten Luwu Timur.

Setelah itu, kekuatan gempa berkisar di bawah magnitudo tersebut, misalnya gempaM 5,6 pada 24 Mei 2017 di Morowali dengan kedalaman sumber 12 kilometer (km).

Pada 3 Maret 2019, tercatat gempa M 5,1 dengan kedalaman 10 km di Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur.

Humas ITB/ Adi Permana
Humas ITB/ Adi Permana

Gempa Palu Resmi Dinyatakan Sebagai Fenomena Supershear Langka, ini Alasannya!

Terkait aktivitas kegempaan itu, Henrik menyampaikan, hal itu normal karena karakter sesar tersebut aktif. Warga diminta tetap mencari informasi resmi dari BMKG.

”Kapan gempa besar, belum ada teknologi yang dapat menjawab itu. Kami selalu memberikan informasi yang bisa membantu. Langkah praktis lain yang bisa diambil adalah perkuat struktur bangunan untuk bisa aman gempa,” katanya.

Peneliti gempa dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam, Supartoyo, beberapa waktu lalu, mengingatkan agar semua pihak waspada.

Selama ini, sesar tersebut hanya memicu gempa kecil. ”Ini kesempatan untuk memperkuat mitigasi bencana,” katanya.

Baca Juga: Geliat Zona Megathrust yang Munculkan Gempa M 5,1 di Selatan Jawa

Supartoyo menyatakan, ada kemungkinan gempa besar terjadi di satu sesar yang masih berhubungan dengan sesar lainnya yang sudah lebih dahulu memicu gempa besar.

Ia merujuk pada gempa M 7,4 dari aktivitas Sesar Palu-Koro pada 28 September 2018 yang menghancurkan Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala di Sulteng.

Sesar Matano berdekatan dengan Sesar Palu-Koro di segmen atau bagian akhir sesar sebelum memasuki Teluk Bone. Aktivitas Sesar Palu-Koro tersebut bisa memicu aktivitas seismik di Sesar Matano.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulteng Bartolomues Tandigala memastikan, pada prinsipnya, pemerintah daerah selalu siap siaga untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Itu mencakup kesiapan warga dan logistik.

Sesar Matano memanjang sekitar 170 kilometer dari sekitar Danau Matano, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel, ke pesisir Bungku, Kabupaten Morowali.

Sesar ini muncul di jelang penghabisan Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Kabupaten Donggala melewati Kota Palu dan Kabupaten Sigi serta berakhir di sekitar Teluk Bone, Sulsel.

Baca Juga: Pakai Perhitungan Manual, BMKG Sebut Pusat Gempa Banten Ada di Lempeng Indo Australia, Barat Daya Kota Pandeglang

Bersama dengan Sesar Palu-Koro, Sesar Matano termasuk sesar aktif di daratan Sulawesi yang memiliki potensi kegempaan tinggi. Merujuk Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017yang diterbitkan Pusat Studi Gempa Nasional Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, potensinya M 7,3 dengan laju pergeseran 37-44 milimeter (mm) per tahun. Potensi tersebut mendekati Sesar Palu-Koro yang sebesar M 7,9 dengan pergeseran 30-44 mm setiap tahunnya.

Jejak besar aktivitas kegempaan Sesar Matano adalah Danau Matano, salah satu danau purba di dunia, di Kabupaten Luwu Timur. Nama danau ini pula yang dipakai untuk menyebut sesar tersebut.

Selain permukiman warga, Kabupaten Morowali juga memiliki kawasan industri pertambangan dengan ribuan pekerja. Dedy Kurniawan, Kepala Humas PT Indonesia Morowali Industrial Park, pengelola kawasan industri di Morowali, menyatakan, pihaknya menyadari potensi gempa tersebut. Karyawan sering melakukan simulasi gempa untuk menghadapi situasi terburuk.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya