Tak Peduli Jabatan Tinggi Sang Anak, Kakek dan Nenek Ini Tetap Kerja Keras Demi Sesuap Nasi. Menteri Pun Terinspirasi

Senin, 04 November 2019 | 18:45
kompas

Margaretha Hati Manhitu (78).

Fotokita.net - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memberikan penghargaan kepada pasangan suami istri Yakobus Manue Fernandez dan Margaretha Hati Manhitu dari Timor Tengah Utara.

Yakobus dan Margaretha dianggap menjadi inspirasi bagi orangtua lain dalam mengasuh anak.

Pasangan suami istri yang berbahagia itu adalah orangtua Raymundus Sau Fernandes Bupati Timor Tengah Utara.

Baca Juga: Tak Lagi Galak Pada Pemerintah, Anggota DPR Ini Bongkar Sosok yang Usulkan Prabowo Sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Jokowi

Mereka mendapatkan penghargaan karena karena dianggap telah berhasil mengasuh putra sulung mereka Raymundus Sau Fernandes hingga menjadi bupati.

Pasangan suami istri itu dijadwalkan akan menerima penghargaan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga pada 6-7 November 2019 di Hotel Menara Peninsula, Jakarta.

Pada Senin (4/11/2019) Raymundus Sau Fernandes, Bupati TTU akan mengantar kedua orangtunya ke Jakarta.

"Saya hanya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan semua pihak yang telah membantu dengan caranya masing-masing sehingga membuat semua seperti ini," ujar Raymundus.

Margaretha Hati Manhitu (78) tetap memilih menjadi petani dan berjualan sayuran di pasar. Padahal, anak sulungnya, Raymundus Sau Fernandes, menjadi bupati di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) selama 2 periode.

Margaretha Hati Manhitu dan suaminya, Yakobus Manue Fernandez, tinggal di rumah yang sederhana di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU. Saat ditemui Kamis (16/8/2019), Margaretha mengaku masih rutin menjual asam dan sayur.

Baca Juga: Jangan Tiru Kelakuan Perempuan Itu Kalau Tak Ingin Alami Kerusakan pada Indera yang Paling Kita Gunakan Ini

Ia dan suaminya juga mengolah sendiri asam yang dipetik dan dipungut dari pohon yang ada di dekat rumahnya. Asam kering tersebut kemudian dikumpulkan dan dikupas sebelum dijual kepada pelanggan.

Margaretha yang tinggal bersama seorang anak perempuan dan menantunya juga menjual sayur-sayuran di pasar dan mengelola sawah milik mereka.

KOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere
KOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere

Margaretha Hati Manhitu.

Margaretha dan suaminya menolak bantuan dan semua fasilitas yang diberikan oleh putranya yang menjabat sebagai bupati. Mereka tetap bekerja seperti biasa untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.

"Kami tidak mau membebani anak kami karena dia itu kerja untuk masyarakat banyak. Saya kerja dengan suami saya untuk makan sehari-hari," katanya.

Walaupun anaknya telah sukses, Margaretha tak lupa selalu menasihati putra untuk bekerja dengan baik untuk rakyat.

Baca Juga: Punya Kebiasaan Unik Ini, Kaum Perempuan Suku Kayan Jadi Sorotan Wisatawan Dunia. Foto-foto Penampilan Mereka Jadi Legenda

"Saya selalu pesan buat anak saya untuk kerja yang baik untuk rakyat dan jaga nama baik keluarga," ucapnya.

Uang hasil jualan di pasar bahkan diberikan untuk para cucunya, termasuk anak-anak Raymundus, untuk membeli buku sekolah.

Raymundus mengatakan bahwa ibunya adalah sosok pekerja keras dan bertanggung jawab dengan pekerjaan.

"Mama dalam usia yang sudah 78 tahun masih tetap kerja kebun dan sawah bersama bapak. Tentu hal yang sangat berharga buat saya. Mereka selalu mengatakan kepada saya bahwa nikmatilah keringatmu sendiri lebih berharga dan tidak boleh ambil hak orang lain," kata Raymundus.

Ia berkata sempat melarang orangtuanya bekerja. Namun, mereka tetap memilih menjadi petani dan berjualan di pasar.

"Saya sudah larang, tapi mama tetap tidak mau karena mama bilang kita sudah tanam di kebun, jadi hasilnya harus dijual," kata Raymundus.

Baca Juga: Digelar dengan Mewah, Inilah Foto-foto Bahagia dalam Pesta Pernikahan Ussy Sulistiawaty dan Sosok Gubernur yang Viral Gara-gara Lempar Botol

Raymundus bercerita bahwa ibunya paling lama dua hari berkunjung di rumahnya. Menurutnya sang ibu ingin pulang untuk bekerja menanam sayur dan mencari asam serta mengurus sawah.

"Kerja keras, kerja tanggung jawab sampai tuntas, dan ini pelajaran yang sangat berharga buat diri saya sampai saat ini, saya pegang teguh dalam hidup," ucapnya. (SUMBER: KOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya