Fotokita.net - Siapa sangka ucapanseorang santri bernamaMuhammad Askal Fikri jadi kenyataan. Prabowo Subianto dilantik Jokowi menjadi Menteri Pertahanan.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat Fikri menyampaikan hal itu? Fikri mengaku spontan menjawab tiga nama menteri yang diminta Jokowi.
Saat naik ke atas panggung, ia gugup. Fikri kemudian menyebut nama yang terlintas di pikirannya.
"Saya jawab Megawati, Ahok, Prabowo, sebelum saya naik tidak ada pikiran (nama menteri). Udah naik jawab spontan saja gitu," ujar Fikri melansir Tribunjateng.com, Jumat (25/10/2019) siang.
Fikri mengaku sama sekali tidak mengetahui nama menteri Jokowi saat itu.
Pada tiga tahun lalu, seorang santri bernamaMuhammad Askal Fikri memberikan jawaban yang tak terduga kepada Presiden Joko Widodo. Waktu itu sang presiden sedangmembagi-bagikan sepeda kayuh kepada sejumlah santri Pondok Pesantren (Ponpes) Asrama Perguruan Islam (API) di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

:quality(100)/photo/2019/10/24/926712997.jpg)
Prabowo Subianto dan prajurit Kopassus
Jauh sebelum itu, nama Prabowo Subianto juga sudah dibilang bakal menjadi menteri pertahanan. Tulisan karya Hendri Isnaeni yang dimuat melalui situs Historia.id menguraikan peristiwa itu.
Sebelumnya, kemungkinan Prabowo menjadi Menteri Pertahanan dikatakan langsung oleh Kolonel Sintong Panjaitan, Komandan Kopassandha (kemudian Kopassus). Namun, Sintong mengatakannya dalam nada tersinggung.
Dalam biografinya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Sintong menceritakan kejadiannya berawal dari pemindahan Mayor Prabowo Subianto dari Kopassandha. KSAD Jenderal TNI Rudini telah menandatangani pemindahan Prabowo ke Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) di Bandung.
Namun, Letkol Luhut B. Pandjaitan, Komandan Detasemen 81/Antiteror Kopassandha, meminta agar wakilnya itu tidak dipindahkan ke Pussenif karena terlalu jauh dari Kopassandha. Dia menyarankan lebih baik dipindahkan ke Yonif 328/Raiders Kostrad.
Prabowo Subianto saat menghadiri peringatan HUT ke 67 Kopassus di markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (24/4/2019).
KSAD pun mengganti surat perintah pemindahan Prabowo ke Kostrad. Surat perintah itu segera dikirim ke Komandan Kopassandha, Brigjen TNI Wismoyo Arismunandar. Namun, sampai serah terima jabatan kepada Sintong Panjaitan pada Mei 1985, pemindahan Probowo belum terlaksana.
Sintong kemudian memerintahkan Kolonel Bambang Sumbodo, Asisten 3/Personel, untuk membuat surat perintah pemindahan Prabowo dari Kopassandha ke Kostrad. Sintong menandatangani surat perintah itu.
Sintong mengaku tidak tahu awal mula pemindahan Prabowo karena baru pindah dari Pusat Pendidikan Kopassandha di Batujajar ke Mako Kopassandha di Cijantung. Dasar pemindahan Prabowo yang dilakukan Sintong semata melaksanakan surat perintah KSAD yang tersimpan di arsip Asisten Personel Kopassandha.
Saat itu, Prabowo menjabat Wakil Komandan Detasemen 81/Antiteror Kopassandha. Menurut Sintong, seharusnya setelah menerima surat perintah pemindahan, Prabowo cukup melapor kepada atasan langsung, Letkol Luhut B. Pandjaitan. Wakil komandan detasemen tidak perlu melapor kepada Komandan Kopassandha.
Menurut prosedur yang berlaku, kata Sintong, mereka yang dapat melakukan corps’ report kepada Komandan Kopassandha adalah para asisten, komandan grup, komandan detasemen, dan kepala dinas. Namun, Prabowo tetap minta waktu untuk corps’ report meskipun berlawanan dengan prosedur.
Sat-81 Kopassus
Sintong menerima Prabowo di ruang kerjanya. Prabowo menanyakan mengapa dipindahkan dari Kopassandha ke Kostrad.
“Dalam sejarah Korps Baret Merah,” kata Sintong, “belum pernah terjadi seorang anggota menanyakan kepada atasan mengapa ia dipindahkan. Di kalangan Korps Baret Merah, komandan sangat disegani oleh anak buahnya. Tidak seorang pun yang berani menanyakan mengapa ia dipindahkan.”
Sintong merasa keberanian Prabowo itu karena dia menantu Presiden Soeharto. Prabowo yang semula idealis dan selalu berbicara tentang teknik, taktik, dan peningkatan mutu kesatuan, serta masalah kualitas militer; berubah ke arah kenegaraan, pemerintahan, dan kekuasaan. Ia mulai banyak berhubungan dengan politisi.
Sebenarnya, menurut tradisi militer, pertanyaan tentang pemindahan dari satu kesatuan ke kesatuan lain tidak pantas disampaikan. Sehingga Sintong menjadi kaget dan tersinggung.
Prabowo Subianto dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
Sintong pun mengatakan kepada Prabowo. “Kamu prajurit. Saya tidak pandang kamu anaknya siapa. Selama kamu di tentara, kamu harus turut aturan-aturan tentara. Kalau kamu tidak mau, kamu bisa saja keluar dari tentara lalu masuk partai.”
Sebagai anggota partai, kata Sintong, orang bisa menjadi bermacam-macam. “Mungkin di masa datang kamu bisa menjadi Menteri Pertahanan. Saya akan menghormati kamu. Itu tidak menjadi masalah bagi saya.”
Perkataan Sintong itu merujuk kepada seorang letnan Angkatan Darat Kerajaan Belanda yang keluar dari dinas militer, kemudian meniti karier politik dan menjadi Menteri Pertahanan.
Setelah pembicaraan itu, Sintong memerintahkan Prabowo kembali ke tempat. Ia memberi hormat dengan sigap kemudian meninggalkan ruangan. “Sejak saat itulah hubungan antara saya dan Prabowo yang semula sangat baik, menjadi putus,” kata Sintong.
Mobil Toyota Alphard Milik Prabowo Subianto, digunakan saat Kunjungan Kerja di Mabes TNI
Prabowo pun pindah ke Kostrad. Dia kembali ke Kopassus pada 1993. Dua tahun kemudian, dia menjabat Komandan Kopassus hingga tahun 1998. Setelah itu, dia menjabat Panglima Kostrad tapi hanya sebentar karena dipindahtugaskan sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI di Bandung. Karier militer Prabowo berakhir setelah diberhentikan oleh Dewan Kehormatan Perwira karena dianggap bertanggung jawab atas penculikan aktivis Reformasi.
Prabowo kemudian terjun ke politik dengan mendirikan Partai Gerindra. Dia tiga kali bertarung dalam pemilihan presiden, namun gagal. Dan sekarang dia diangkat menjadi Menteri Pertahanan.