Fotokita.net -SD Negeri Malangsari II, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat, Rabu (16/10/2019), tak ubah seperti pengungsian. Atap tiga ruang kelasnya hancur dan sebagian tembok runtuh.
Berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Karawang. Pada suatu malam di bulan Desember 2017, gedung sekolah itu roboh diterpa angin besar. Nasibnya, serupa dengan banyak SD lain di era ”inpres”.
Dibangun tahun 1982, tubuh tua sekolah hasil Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar itu kian renta.
Dibuat dengan gelontoran rupiah ketika Indonesia tengah mengalami kejayaan minyak bumi, kini sekolah inpres kerap terdengar ambruk akibat minim perawatan.
Hak sebagian siswa di Karawang, Jawa Barat, terenggut. Mereka terpaksa belajar di kelas darurat dan mengikuti kegiatan belajar-mengajar secara bergiliran di atas puing sekolah yang ambruk sejak dua tahun lalu.
Secuil potret yang mungkin terjadi dan menjerat hidup generasi penerus bangsa lainnya.Pekerjaan rumah besar untuk pemimpin terpilih bangsa ini.
Hampir dua tahun, pengajuan bantuan renovasi tak kunjung datang. Pengajuan itu baru direalisasikan Agustus lalu. Namun, bangunan roboh itu masih belum disentuh. Hal itu membuat siswa berdesakan menempati tiga kelas lainnya yang selamat dari musibah itu. Kegiatan belajar-mengajar pun terpaksa dilakukan dalam dua sesi.
Waktu pelajaran juga harus dilakukan lebih singkat. Siswa kelas 1, 2, dan 3 hanya belajar dari pukul 07.30 hingga 09.30. Setelah itu, ruang kelas darurat tersebut menjadi milik kakak kelas, siswa kelas 4, 5, dan 6, hingga pukul 11.30.
Keterbatasan itu membuat kegiatan belajar tak ideal. Bersebelahan langsung dengan sawah, selembar terpal berukuran sekitar 4 meter x 3 meter dibentangkan pada keempat sudut. Di tengah-tengahnya, ada tiang bambu sebagai penyangga.
Baca Juga: Pendidikan bagi Anak-Anak Suku Anak Dalam

:quality(100)/photo/2019/10/20/2378035231.jpg)
Sisa reruntuhan sebagian gedung SD Negeri Malangsari II, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat, Rabu (16/10/2019).
Di bawah terpal, puluhan siswa kelas 2 dan 3 sibuk menyalin soal yang tertulis di papan tulis. Beberapa di antara mereka mengayunkan buku ke arah leher dan ketiak, berupaya menyejukkan diri.
Akan tetapi, keterbatasan itu tak mengurangi semangat siswa. Tak ada sekat pemisah ruang di antara kelas. Suara siswa bersahut-sahutan dan melebur jadi satu.
Masih semangat
Ika (26), salah seorang guru, dibuat kewalahan karena dipanggil sana-sini. Ia bahkan nyaris jatuh karena tersandung batu di samping meja. Padahal, jarak antarmeja siswa berdekatan, tapi semua heboh ingin mendapatkan atensi Ika.
Erna (29), guru lainnya, juga kesulitan menyelesaikan materi tematik dalam waktu dua jam. Jika waktu tak mencukupi, sisa materi akan menjadi PR. Belum lagi karena lokasinya berdekatan dengan sawah, sejumlah aktivitas pertanian dinilai memecah konsentrasi siswa. Siang itu, aroma menyengat pupuk urea tercium hidung.
Baca Juga: Pendidikan Bagi Generasi Masa Depan Suku Anak Dalam. Lihat Foto Kesehariannya!
Sambil menunggu kelas sebelumnya usai, ia mengobrol dengan teman-temannya. Kemudian, mereka pun berebut memilih kursi di kelas. ”Pilih di depan supaya bisa memperhatikan bu guru,” ucap Haikal.
Aura (10) juga tak kehilangan semangat. Dia selalu meminta ibunya, Winda (29), mengantarnya ke sekolah pukul 08.00 karena ingin bermain dengan teman-temannya. Sambil menunggu kelas sebelumnya usai, Aura dan sejumlah anak menari dengan koreografi dan lantunan musik sisa latihan Festival Goyang Karawang #2 lalu.
Winda prihatin dengan kondisi ruang kelas yang tak kunjung diperbaiki. Ia sendiri merasakan tak nyaman berteduh di bawah terpal saat cuaca terik saat menunggu anaknya belajar.
”Meski kondisinya seperti ini, anak-anak tetap semangat belajar dan datang ke sekolah,” ujarnya sambil tersenyum.
Fenomena robohnya ruang kelas pernah terjadi di SD Kalangsurya III, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, pada September 2019. Atap ruang kelas roboh karena tidak kuat menahan beban genteng.
Baca Juga: Pendidikan Bagi Generasi Masa Depan Suku Anak Dalam. Lihat Foto Kesehariannya!
Kegiatan belajar para siswa SD Negeri Malangsari II, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat, Rabu (16/10/2019). Hampir dua tahun lamanya, pengajuan bantuan renovasi tak kunjung datang. Pengajuan itu baru direalisasikan Agustus lalu.
Adapun bangunan SD Negeri Kutanegara II, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, roboh diterpa angin besar pada November 2018. Kelas darurat pun didirikan di tempat tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Karawang Dadan Sugardan mengatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan dari sejumlah sekolah yang membutuhkan renovasi. Sebelum dilakukan penanganan, analisis diperlukan untuk menentukan renovasi apakah total atau hanya bagian tertentu.
Pengajuan bantuan dana renovasi memerlukan proses dan waktu yang cukup lama. Kejadian di luar rencana seperti musibah, misalnya, pengajuan perbaikannya baru akan dilaksanakan setahun kemudian setelah kejadian karena menyesuaikan dengan perencanaan anggaran. Tahun depan menurut rencana terdapat 388 sekolah di Karawang yang diajukan untuk renovasi.
Harapan untuk mengubah Indonesia sebaiknya dimulai dengan memperbaiki sistem pendidikan. Pemimpin baru Indonesia harus benar-benar memperhatikannya. Tak seharusnya generasi penerus bangsa menyiapkan diri di tempat seadanya. (Melati Mewangi/Kompas.com)