Hal ini, lanjutnya, terjadi saat suatu aliran udara dingin yang turun dari awan cumulonimbus sampai mencapai tanah.
"Udara dingin tersebut diindikasikan menyebar dengan cepat di sepanjang tanah, kemudian mendorong udara lembap dan hangat yang ada di sekitarnya ke atas," paparnya. Saat udara ini naik, uap air mengembun membentuk pola awan arcus.
Imbauan BMKG
Hary menambahkan, awan tersebut mempunyai ketinggian hingga sekitar 6.500 kaki atau sekitar 2.000 meter atau 2 kilometer.
Ketika awan arcus terbentuk dengan awan cumulonimbus dan downdraft, hal ini dikaitkan dengan hujan lebat atau hujan es, kilat atau petir, dan angin kencang.
Masyarakat sekitar diimbau untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.
"Sejauh ini kewaspadaan terhadap hujan lebat, kilat atau petir, dan angin kencang terkait dengan hal tersebut," ujar dia.
(TribunNewsmaker/ *)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Heboh Awan Gelombang Tsunami di Meulaboh, BMKG: Bisa Timbulkan Angin Kencang dan Hujan Es".