Daya rusak karena ledakan itu disebut mirip dengan gempa bumi, di mana ribuan orang tak punya rumah, dengan ribuan lainnya dilarikan ke rumah sakit.
Gubernur Marwan Abboud sampai menangis ketika dia meninjau lokasi kejadian. "Beirut kini sudah menjadi kota yang hancur," isaknya.
Marwan Ramadan berada sekitar 450 meter dari ground zero. Meski begitu, dia mengaku sampai terempas karena angin yang dihasilkan oleh ledakan.
"Ini benar-benar momen yang mengerikan. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sejak perang berkecamuk," kata Ramadan dilansir Daily Mail.
Pada Selasa malam (4/8/2020), penduduk yang berlumuran darah berkeliaran dan menangis sembari mengamati reruntuhan di sekitar mereka.
Rami Rifai, yang dua putrinya harus dirawat karena terluka mengemukakan, dia mengaku dampak ini lebih besar dari berbagai krisis yang pernah mereka hadapi.
Dikutip AFP, teknisi berusia 38 tahun tersebut menuturkan Lebanon sudah melalui mulai dari perang saudara (1975-1990), krisis ekonomi, hingga virus corona.
"Saya kira kami tak akan melewati yang lebih buruk lagi. Tapi, saya tak yakin bagaimana negara ini bisa bangkit kembali," keluhnya.
Di daerah yang dekat dengan pelabuhan, dampak karena konflik sipil puluhan tahun silam bisa dicapai hanya dalam beberapa detik karena peristiwa itu.