Anggota DPR Sentil Panglima & KSAD Tak Akur, Jenderal TNI Ini Bentak Menteri Sampai Bikin Presiden Terdiam, Foto Sosoknya Dibahas

Selasa, 13 September 2022 | 13:50
Istimewa

Jenderal TNI M Jusuf membentak menteri sampai bikin Presiden terdiam, terkini anggota DPR sentil Panglima TNI dan KSAD tak akur.

Fotokita.net - Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon menyentil hubungan antara Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman yang tak akur. Effendi mengatakan, hubungan kedua jenderal yang tak akur itu sudah menjadi rahasia umum.

Sentilan Effendi Simbolon itu mencuat ketikaKomisi I DPR dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menggelar rapat pada 5 September 2022. Rupanya KSADJenderal Dudung Abdurachman tak menghadiri rapat. Akibatnya, muncul isu Panglima TNI dan KSAD tak akur.

Anggota DPR sentil hubungan Panglima dan KSAD yang tak akur, jenderal TNI ini membentak menteri saat rapat para pejabat tinggi. Presiden yang hadir sampai terdiam. Foto sosoknya dibahas di media massa.

Bukan cuma menyentil hubungan kedua jenderal bintang 4 itu, Effendi Simbolon juga bikin murka prajurit TNI. Sebab, saat menyebut isu-isu terkait TNI yang diterimanya harus diluruskan, Effendi sempat menyinggung TNI seperti gerombolan.

Pernyataan Effendi Simbolon yang berasal dari Fraksi PDI Perjuangan saat rapat dengan Panglima TNI viral. Sejumlah media massa kembali memunculkan pernyataan lengkap calon Gubernur Sumatera Utara dalam Pilkada 2013 itu.

Berikut pernyataan lengkap Effendi Simbolon yang menyentil hubungan Panglima TNI dan KSAD tak akur, termasuk melontarkan kata gerombolan hingga bikin murka prajurit TNI.

"Kalau soal terbuka tertutup, saya minta terbuka, ya, karena kita justru semua ini kita hadir di sini untuk mendapatkan penjelasan dari Panglima TNI, dari Kepala Staf Angkatan Darat, bukan dari Wakasad dan dari Menhan dalam kaitannya ada apa yang terjadi di tubuh TNI. Kita agak kesampingkan soal pembahasan anggaran. Anggaran sudah hampir pastilah sama, mungkin nggak perlu lagi dibantu.

Baca Juga: Gebrak Meja Saat Rapat Kabinet, Jenderal Penjaga Marwah TNI Ini Tampar Konglomerat Tionghoa Gegara Temui Presiden Pakai Celana Pendek, Foto Profilnya Diunggah

istimewa

Jenderal TNI M Jusuf membentak menteri sampai bikin Presiden terdiam, terkini anggota DPR sentil Panglima TNI dan KSAD tak akur.

Tapi ada apa di TNI ini perlu, gitu. Kalau perlu, setelah kita pembahasan anggaran, kita jadwalkan nanti malam, ya, kita hadirkan Kepala Staf Angkatan Darat, hadirkan Panglima TNI, kepala staf, untuk membahas, kami banyak sekali ini temuan-temuan ini, yang insubordinary, disharmoni, ketidakpatuhan. Ini TNI kayak gerombolan ini, lebih-lebih ormas jadinya. Tidak ada kepatuhan.

Kami ingin tegas ini, karena jangan lupa penggerak daripada kekuatan itu presiden dan DPR. Bukan hanya presiden, tanpa persetujuan DPR tidak bisa presiden menggerakkan TNI. TNI hanya alat, hanya instrumen. Bapak-bapak sebagai jenderal itu hanya nahkoda sesaat. Tapi selamatkan TNI nya. Ini semua fraksi prihatin nih, ada apa, ketidakpatuhan si A dengan si B. Ini porak poranda ini TNI.

Saya minta, Pimpinan, kita jalan terus dengan urusan RKA, kalau perlu langsung kita setujui, tapi khusus isu-isu aktual. Bukan hanya mutilasi, adanya pembakaran daripada mayat-mayat di papua, yang menjadi tersangka Brigien I yang sampai sekarang tidak bisa diproses hukum oleh institusi TNI sendiri. Ada apa pembangkangan ini? Kenapa terjadi pembangkangan-pembangkangan di tubuh TNI?

Saya kira saya usul malam ini juga kita rapat, terbuka, terbuka, jangan ada yang ditutupi. Saya tidak ingin berpihak ke siapa-siapa. Ingin penjelasan dari Saudara Jenderal TNI Andika dan penjelasan dari Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Ada apa terjadi disharmoni begini, ketidakpatuhan.

Politikus PDIP Ruhut Sitompul mengunggah video barisan anggota TNI mempertanyakan maksud omongan Effendi Simbolon soal 'TNI seperti gerombolan'. Ruhut mengatakan Effendi harus meminta maaf kepada TNI.

Video itu diunggah Ruhut ke akun Twitter-nya @ruhutsitompul pada Senin (12/9/2022) malam. Video yang diunggah Ruhut itu berasal dari akun Twitter lain.

Dalam video itu terlihat ada sejumlah anggota TNI berbaris. Mereka mempertanyakan apa maksud omongan Effendi Simbolon dan menuntut klarifikasi.

"Hai, Effendi Simbolon, apa maksud Saudara mengatakan TNI seperti gerombolan, lebih-lebih dari ormas. Kami tidak terima. Jangan adu domba TNI. TNI tetap solid. Kami tunggu klarifikasi Anda. Bravo, TNI," ujar para anggota TNI itu.

Anggota DPR sentil hubungan Panglima TNI dan KSAD tak akur, jenderal TNI ini membentak menteri saat rapat kabinet terbatas. Presiden yang hadir dalam rapat sampai terdiam. Foto sosoknya dibahas di media massa.

Baca Juga: Jenderal TNI Tak Akur Sudah Biasa, Mantan Panglima Era Soeharto Pecat Sahabat Sendiri Gegara Candanya Dikutip Media, Foto M Jusuf Dikagumi

Istimewa

Jenderal TNI M Jusuf membentak menteri sampai bikin Presiden terdiam, terkini anggota DPR sentil Panglima TNI dan KSAD tak akur.

Jenderal TNI M Jusuf diketahui sebagai prajurit yang berasal dari suku Bugis, Sulawesi Selatan yang sangatmenjaga kehormatan dan marwah TNI. Jenderal bangsawan Bugis ini pernah ikut menumpas pemberontakan RMS di Maluku Selatan.

Jenderal TNI M Jusuf ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Panglima ABRI pada Maret 1978 mengejutkan banyak kalangan. Bukan apa-apa, Jusuf telah 13 tahun tak berdinas di militer.

“Dibanding Maraden Panggabean yang digantikan, dia (Jusuf) kalah lengkap karier militernya terutama di bidang staf dan teritorial. Tetapi siapa yang berani melawan kehendak Soeharto?,” tulis Atmadji Sumarkidjo dalam buku Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit.

Dalam perjalanannya, Jusuf dikenal sebagai orang dekat Presiden Soeharto. Sekalipun begitu, David Jenkins dalam tulisannya Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1983 menggambarkan Jusuf masih sebagai ‘jenderal lingkaran luar Soeharto’.

Popularitas Jusuf sebagai orang nomor satu di ABRI melesat cepat. Dia dianggap bisa menerjemahkan tugas yang diberikan langsung oleh Soeharto yakni manunggal dengan rakyat. Tak hanya itu, mantan ajudan Kahar Muzakkar ini juga dikenal sangat dekat dengan prajurit.

Popularitas itu ternyata memiliki dampak. Lantaran terlalu sukses, jaringan intelijen Soeharto yang dimotori Letjen Leonardus Benyamin Moerdani memasok informasi ke Istana. Jusuf dinilai memiliki ‘ambisi politik’.

Muncullah informasi intelijen yang menyebut niat Jusuf menggalang kekuatan internal untuk menjadi presiden. Ini terbaca dari seringnya dia mengunjungi barak-barak prajurit, serta perhatiannya yang besar terhadap kesejahteraan dan perlengkapan pasukan.

“Diduga, Jenderal Jusuf sedang melakukan penggalangan kekuatan—persis yang dilakukan Jenderal Sumitro sebelum peristiwa Malari meletus. Bedanya, Sumitro berorasi di kampus-kampus,” tulis A Pambudi dalam buku Sintong & Prabowo: Dari ‘Kudeta LB Moerdani’ sampai ‘Kudeta Prabowo.

Kasak-kusuk makin kencang. Jusuf bahkan dirumorkan memberikan kenaikan pangkat langsung di lapangan bagi prajurit berprestasi demi mengerek popularitasnya. Soeharto tak diam mendengar isu tersebut.

Baca Juga: Isu Konflik Jenderal Dudung Dibantah, Ucapan Panglima TNI Ini Bisa Bahayakan KSAD, Foto Petinggi Militer Dibahas

Istimewa

Jenderal TNI M Jusuf membentak menteri sampai bikin Presiden terdiam, terkini anggota DPR sentil Panglima TNI dan KSAD tak akur.

Pada suatu malam, kata Atmadji, Soeharto mengumpulkan sejumlah pejabat tinggi di Jalan Cendana, kediamannya. Pertemuan ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah kenegaraan.

Mereka yang dipanggil menghadap antara lain Mensesneg Soedharmono, Sekkab Moerdiono, Asintel Hankam Letjen Benny Moerdani, Mendagri Amir Machmud dan Jusuf. Dalam pertemuan itu Amir Machmud membuka suara tentang adanya suara-suara mengenai kopopuleran Jusuf.

Diungkit pula tentang isu ambisi politiknya. Dengan demikian, hal itu perlu ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan. Tiba-tiba Jenderal Jusuf menggebrak meja dengan tangannya. “Bohong! Itu tidak benar semua!” kata dia dengan suara keras.

“Saya ini diminta untuk jadi Menhankam/Pangab karena perintah Bapak Presiden. Saya ini orang Bugis. Jadi saya sendiri tidak tahu arti kemanunggalan yang Bahasa Jawa itu. Tapi saya laksanakan perintah itu sebaik-baiknya tanpa tujuan apa-apa!”.

Dalam rapat tersebut, Jusuf pun membela diri dengan mengatakan bahwa dia hanya mencoba menjalankan perintah sebaik-baiknya.

Murka Jenderal Jusuf membuat semua orang yang hadir di ruangan kaget. Mereka terdiam. Belum pernah ada orang yang berani menggebrak meja di hadapan Presiden Soeharto. Pak Harto yang lantas memecah kekakuan itu. Dengan nada dalam, The Smilling General itu menyudahi rapat. “Sudah, sudah! Karena suasana tidak memungkinkan lagi, rapat kita akhiri sampai sekian saja,” ujarnya.

Menurut Atmadji, peristiwa gebrak meja di hadapan presiden itu menjadi titik terendah hubungan mereka berdua. Jenderal Jusuf tidak pernah mau menghadiri rapat kabinet di Gedung Binagraha setelah itu. Pada Januari 1983 Soeharto memberitahu Jusuf bahwa akhir jabatan Pangab akan berakhir pada April.

Dia sekaligus memberitahu telah menyiapkan pengganti. Sosok tersebut tak lain Benny Moerdani. Jusuf tak terkejut dengan pemberitahuan itu. Dia juga menolak saat ditawari tetap di kabinet sebagai Menhankam.

Baca Juga: Jadi Kebanggaan Jenderal Dudung, Anak KSAD Dicoret Panglima TNI dari Seleksi Akmil Karena Syarat Ini, Foto Sosoknya Sampai Ditelusuri

Istimewa

Jenderal TNI M Jusuf membentak menteri sampai bikin Presiden terdiam, terkini anggota DPR sentil Panglima TNI dan KSAD tak akur.

Sejak itu, tulis Atmadji, Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf tak pernah mau menghadiri rapat kabinet di Bina Graha. Dia selalu mengutus Wakil Pangab dan Panglima Kopkamtib, Laksamana Sudomo. Terhadap Jusuf, Soeharto terkesan menaruh hormat tersendiri. Dia juga seolah tak berkutik ketika sejumlah jenderal pilihannya dicopot oleh Jusuf.

Meski hubungan dengan Soeharto menjadi dingin, M Jusuf tetap mengisi jabatan strategis di pemerintahan. Pada tahun 1983, Soeharto menggeser posisinya menjadi Kepala Badan Pemeriksan Keuangan hingga tahun 1993.

Sebagai Ketua Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selepas menjadi Menhankam/Pangab, Jusuf pun masih mendapatkan perhatian tersendiri dari Soeharto. Ketika pada suatu malam dia ingin menghadap Soeharto, oleh ajudan Kolonel Wiranto dijadwalkan di waktu lain karena malam itu Presiden sudah ada agenda dengan Panglima ABRI dan para Kepala Staf.

"He Wiranto, kau sampaikan saja kepada Presidenmu bahwa Pak Jusuf mau menghadap malam mini...."

Soeharto yang menerima laporan tersebut sambil tertawa berujar, "Kalau Pak Jusuf yang minta berarti pasti itu penting. Biar Panglima menunggu setelah acara saya dengan Pak Jusuf selesai."

Setelah tidak menjabat sebagai Kepala BPK, M Jusuf memilih pulang kampung ke Makassar. M Jusuf pun menghembuskan nafas terakhirnya di kampung halamannya, Makassar, pada 8 September 2004 pada usia 76 tahun.

Cerita M Jusuf gebrak meja saat rapat kabinet di hadapan Presiden Soeharto juga ditulis oleh pengamat militer Salim Said dalambuku30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto.

Baca Juga: Anak Jenderal Dudung Disebut Jadi Pemicu, Panglima TNI Ungkap Hubungan Kerjanya dengan KSAD, Foto Mantan Pangkostrad Dibahas

Istimewa

Jenderal TNI M Jusuf membentak menteri sampai bikin Presiden terdiam, terkini anggota DPR sentil Panglima TNI dan KSAD tak akur.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya