Fotokita.net - Disebut vaksinasi Jokowi gagal, ini penjelasan ahli kenapa lengan Presiden tidak disuntik 90 derajat.
Pemerintah memulai program vaksinasi Covid-19 secara gratis pada Rabu, (13/01/2021) pagi.
Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang memulai sekaligus memperoleh suntikan dosis vaksin Covid-19 perdana.
Kepastian berjalannya program vaksinasi ini diperoleh setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat terhadap vaksin berdasarkan hasil uji klinis tahap tiga di Bandung dan data saintifik lainnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa halal bagi vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi ini.
Bersama Presiden pada sesi pertama vaksinasi, turut serta sejumlah perwakilan dari berbagai latar belakang dalam vaksinasi Covid-19 perdana yang dilaksanakan di beranda Istana Merdeka kali ini.
Baca Juga: Termasuk Anies Baswedan, Ini Daftar Orang yang Tak Bisa Divaksin Covid-19, Apa Alasannya?
Nama-nama perwakilan tersebut ialah:
- Daeng Mohammad Faqih (Ketua Umum PB IDI);
- Amirsyah Tambunan (Sekjen MUI sekaligus mewakili Muhammadiyah);
- Ahmad Ngisomudin (Rais Syuriah PBNU);
- Marsekal Hadi Tjahjanto (Panglima TNI);
- Jenderal Idham Azis (Kapolri); dan
- Raffi Ahmad (perwakilan milenial).
Dirinya tercatat aktif di Badan Rumah Sakit Indonesia tahun 2014-2017 dan pernah tergabung dalam Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya Pusat serta Dewan Pembina Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Amirsyah Tambunan, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang sekaligus mewakili Muhammadiyah.
Selain aktif sebagai Sekjen MUI, yang bersangkutan juga tercatat sebagai Wakil Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PP Muhammadiyah 2015-2020.
Amirsyah juga pernah menjabat sebagai Wakil Sekjen MUI pada 2010-2015 silam.
Ahmad Ngisomudin yang menjadi perwakilan dari Nahdlatul Ulama, saat ini aktif sebagai Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Beliau juga aktif sebagai dosen UIN Raden Intan Lampung.
Adapun dari kalangan milenial, hadir Raffi Ahmad yang merupakan seorang figur publik.
Selain enam orang di atas, sejumlah perwakilan juga tampak hadir pada vaksinasi pertama dalam sesi-sesi setelahnya.
Mereka yang hadir tersebut ialah Budi Gunadi Sadikin (Menteri Kesehatan), Unifah Rosyidi (Ketua Umum PGRI), dan Ronald Rischard Tapilatu (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia).
Lalu, Romo Agustinus Heri Wibowo (Konferensi Waligereja Indonesia), I Nyoman Suarthani (Parisada Hindu Dharma Indonesia), Partono Nyanasuryanadi (Persatuan Umat Buddha Indonesia), dan Peter Lesmana (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia).
Baca Juga: Blak-blakan Akui Sebagai Anak PKI, Anggota DPR Ini Tolak Divaksin Covid-19, Berikut Sepak Terjangnya
Raffi Ahmad menjadi orang kedua yang divaksin COVID-19 setelah Jokowi.
Turut pula perwakilan lainnya, yakni Penny Kusumastuti Lukito (Kepala BPOM), Rosan Perkasa Roeslani (Ketua Kadin), dan Ade Zubaidah (Sekjen Ikatan Bidan Indonesia).
Kemudian, Harif Fadhillah (Ketua Umum DPP PPNI) Nur Fauzah (perawat), Lusy Noviani (Wasekjen Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia), Agustini Setiyorini (perwakilan buruh), dan Narti (perwakilan pedagang).
Tampak juga Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dan dr Reisa Asmo Subroto.
Pemerintah mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan program vaksinasi Covid-19 ini.
Tidak hanya menunggu keluarnya izin penggunaan darurat BPOM dan fatwa halal MUI, sejumlah persyaratan lainnya yang harus ditempuh para penerima vaksin juga benar-benar diperhatikan.
Dari sejumlah nama di atas, diketahui terdapat beberapa calon penerima yang berdasarkan ketentuan medis belum dapat memperoleh vaksin Covid-19 kali ini.
Presiden Jokowi resmi menjadi orang pertama di Indonesia yang telah divaksin corona pada Rabu (13/1/2021)
Hal tersebut merupakan bentuk kehati-hatian demi memastikan keamanan dan keselamatan para penerima vaksin.
Sementara itu, pesan berantai tentang vaksinasi Covid-19 Presiden Jokowi gagal, beredar di media sosial.
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban memberikan jawabannya.
Dikutip dari cuitan twitternya, Senin (18/1/2021), Zubairi merunutkan jawaban atas isu yang santer berkembang tersebut.
Zubairi menuliskan, isu dimulai dari pesan seorang dokter di Cirebon yang menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot), sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Zubairi membantah hal itu.
"Apakah benar? Jawabannya tidak benar."
"Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular."
"Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya."
"Bisa Anda lihat di penelitian berjudul 'Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat," tulis Zubairi.
Zubairi juga menyertakan hasil penelitian yang memperkuat pandangan suntikan vaksinasi terhadap Presiden Jokowi telah sesuai dan benar.
"Penelitian itu ditulis oleh DL Katsma dan R Katsma, yang diterbitkan di National Library of Medicine pada edisi Januari-Februari 2000."
"Intinya, persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular itu tidak realistis."
Baca Juga: Beredar Video Banjir Bandang di Puncak Bogor Hingga Warga Berlarian Panik, Begini Fakta Sebenarnya
"Pasalnya, trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat, hasilnya itu mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90."
"Artinya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib sudah benar. Tidak diragukan," sambung Zubairi.
Dalam pesan berantai juga disinggung apakah ada risiko terjadi Antibody Dependent Enhancement (ADE), kondisi di mana virus mati yang ada di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan.
"Jawabannya: kan tidak terbukti di uji klinis satu, dua dan tiga bahwa ADE itu terjadi pada vaksin Sinovac."
"Dulu pernah diduga terjadi pada vaksin demam berdarah."
"Saya enggak tahu bagaimana perkembangannya lagi. Silakan dicek," ujarnya.
Ia menuturkan, dokter lah yang bisa menentukan ukuran jarum suntik yang digunakan dalam proses vaksinasi.
"Apakah tubuh kurus dan tidak punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik?"
"Ya kalau obesitas berlebihan tentu jaringan lemaknya banyak."
"Jadi untuk masuk ke otot jadi lebih sulit."
"Dokter yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin," jelas Zubairi.
Sebelumnya dalam pesan berantai tersebut tertulis dr Taufiq Muhibbuddin Waly SpPD.
Ia menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot), sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Dalam pesan juga disampaikan, vaksin yang diterima Presiden Joko Widodo tidak menembus otot sehingga tidak masuk ke dalam darah.
“Suntikan vaksin yang dilakukan pada Anda hanyalah sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan)."
"Itu berarti vaksin tidak masuk ke darah,” tulis Taufiq dalam pesan tersebut.
Tulisan itu juga menyinggung risiko terjadinya Antibody Dependent Enhancement (ADE), kondisi di mana virus mati yang ada di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan.
Tribunnews masih mencoba menelusuri pesan dr Taufiq itu.
(Rina Ayu)