Fotokita.net - Blusukan tempat kumuh Jakarta jadi bahan nyinyiran, warga kolong jembatan yang dipindah Risma malah meninggal dunia, ini penjelasannya.
Polemik blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini masih terus diperbincangkan.
Aksi Menteri Sosial Tri Rismaharini blusukan di Jakarta malah dinyinyiri Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono.
Mujiyono menilai aksi blusukan Risma terlalu lebay.
Bahkan, ia menilai Risma salah tempat ketika melakukan aksi blusukan.
Dia menilai, blusukan tersebut dikemas berlebihan sehingga terlihat tidak elok di mata publik.
"Jangan lebay aja, dikemas berlebihan norak jadinya. Yang dilakukan Bu Risma termasuk kategori berlebihan," ujar Mujiyono saat dihubungi, Selasa (5/1/2021).
Mujiyono bahkan menawarkan Risma apabila ingin bertemu gembel di Jakarta, jangan mencari di daerah steril seperti Sudirman-Thamrin yang akan jarang terlihat.
Dia mengatakan, sebaiknya Risma datang ke daerah kumuh di Jakarta Barat karena di sana bisa banyak ditemukan gelandangan.
"Kalau mau lagi (ketemu gelandangan) sono di Jakarta Barat," tutur politisi Demokrat itu.
Menurut Mujiyono, di sekitar bantaran Kali Angke masih banyak gelandangan berkeliaran karena memang merupakan daerah kumuh dan padat penduduk Jakarta.
Dia tak segan mengatakan apa yang dilakukan Risma merupakan gerakan politis untuk mencari citra di tengah masyarakat.
"Sekali lagi saya bilang apapun aktivitas politik yang dilakukan tokoh politik pasti bernuansa politis," kata dia.
Risma melakukan blusukan pada hari pertama tugasnya sebagai Menteri Sosial di jembatan Kali Ciliwung bagian bawah flyover Jalan Pramuka, Jakarta Pusat pada Senin, 28 Desember 2020.
Saat blusukan, Risma bertemu dengan seorang pemulung dan istrinya yang tengah mendorong gerobak di flyover Jalan Pramuka.
Risma pun berbincang dengan pemulung tersebut, termasuk bertanya perihal penghasilan sehari-hari yang didapat pemulung tersebut.
Pemulung itu mengaku memperoleh penghasilan sebesar Rp 800.000 setiap bulan yang harus ia bagi untuk biaya hidup keluarga di kampung halaman.
Mendengar curahan hati pemulung tersebut, Risma berjanji akan mencarikan rumah layak huni sekaligus memberikan pelatihan agar si pemulung bisa memperbaiki kualitas hidup.
"Bapak, Ibu, saya carikan rumah jadi enggak perlu ada biaya ngontrak. Tetap cari sampah seperti ini. Nanti sampah dari Kementerian Sosial bisa untuk Bapak. Sambil saya ajari usaha. Masak mau terus kayak gini, ya. Mau ya," kata Risma.
Setelah dua hari berselang, Risma kembali melakukan blusukan ke kolong tol Pluit, Jakarta Utara.
Ia menawarkan membuka warung pecel lele ke warga yang tinggal di kolong tol Pluit pada 30 Desember 2020.
Risma juga sempat blusukan ke kawasan jalan protokol Sudirman-Thamrin di Jakarta Pusat dan menemukan beberapa gelandangan di tempat tersebut.
Di tengah kabar blusukan Risma yang menuai pro dan kontra, kini seorang warga kolong jembatan yang direlokasi Risma dikabarkan meninggal dunia.
Warga tersebut bernama Chairini (30)
Seorang wanita bernama Chairini (30) meninggal dunia setelah direlokasi oleh Mensos Risma.
Baca Juga: Ikuti Perintah Megawati, Begini Nasib Bansos Covid-19 Usai Risma Ditunjuk Jadi Menteri Sosial
Kondisi Chairini yang empat tahun terakhir mengalami sakit dan lumpuh mendadak parah setelah mendapatkan penanganan.
Wanita warga kolong jembatan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, yang direlokasi oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini ke balai milik Kemensos, meninggal dunia pada Selasa (5/1/2021) kemarin.
Hari pertama berdinas sebagai Menteri Sosial, Tri Rismahirini alias Risma menemui seorang pemulung di kawasan aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial.
Lurah Pegangsaan Parsiyo menyebut, warganya bernama Chairini (30) itu memang sudah empat tahun terakhir mengidap penyakit yang membuatnya lumpuh.
Ibu Chairini, Munarsih, setuju agar ia dan anaknya dipindah ke balai Pangudi Luhur Bekasi milik Kemensos.
Sebab, Risma menjanjikan sang anak bisa menjalani pengobatan di klinik yang ada di balai tersebut.
"Karena anaknya sakit di rumah makanya Bu Munarsih ini mau. Tujuannya ingin anaknya diobati di balai yang ada kliniknya itu," kata Parsiyo saat dihubungi, Rabu (6/1/2021).
Munarsih dan Chairini diantar oleh tim Kemensos ke Balai Pangudi Luhur, Bekasi pada Minggu (3/1/2021).
Sehari setelah berada di sana, diketahui bahwa Chairini sudah tak kontrol selama 5 bulan ke Rumah Sakit Cipta Mangunkusumo, Jakarta.
Akhirnya, tim Kemensos mengantar Chairini berobat ke RSCM pada Selasa kemarin. Ia diberi sejumlah obat dan kembali pulang ke Balai Pangudi Luhur.
Risma Blusukan Temukan Keluarga di Bawah Fly Over, Pemkot Jakpus: Sudah Lama Itu
"Setelah sampai ke Balai diminum obat itu. Infonya setelah minum obat itu almarhumah ini muntah-muntah. Lalu kejang-kejang. Dari dulu penyakitnya begitu," kata Parsiyo.
"Setelah itu mau dibawa ke RSUD Bekasi, tapi sebelum sampai, almarhumah enggak ketolong lagi," sambungnya.
Parsiyo menegaskan, Chairini meninggal bukan karena bedeng rumahnya di bawah kolong jembatan dibongkar.
Ia juga menegaskan, Chairini dan ibunya sudah memiliki rumah di RW 03 Pegangsaan.
Hanya saja, orangtua Chairini mendirikan bedeng di bawah flyover karena rumahnya kecil.
"Jadi enggak ada kaitannya antara saya menertibkan bedeng di flyover dengan Chairini sakit dan meninggal. Kebetulan didapati ibunya mendirikan bedeng di situ," ujar Parsiyo.
Pelaksana Harian Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi memastikan Pemkot mengurus pemakaman Chairini. Jenazah Chairini dimakamkan di Kampung Pulo, siang ini.
(TribunNewsmaker.com, Kompas.com/Ihsanuddin/Singgih Wiryono)