Lawan Beratnya Disebut Bakal Kuasai Gedung Putih, Donald Trump Punya Senjata Pamungkas, Ogah Akui Kemenangan Joe Biden?

Rabu, 04 November 2020 | 13:18
AFP

Joe Biden dan Donald Trump

Fotokita.net -Lawan beratnya disebut bakal kuasai Gedung Putih, Donald Trump punya senjata pamungkas, ogah akui kemenangan Joe Biden?

Tiba sudah hari H pemungutan suara Pemilihan Presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS.

Apakah Capres dari Partai Demokrat, Joe Biden, akan merebut Gedung Putih dari tangan Donald Trump, petahana dari Partai Republik, atau justru sebaliknya? Kita akan segera mengetahuinya.

Baca Juga: Kerap Dianggap Sepele, Ini Penyebab Serangan Jantung yang Renggut Nyawa Dalang Ki Seno Nugroho

Yang pasti, rekapitulasi survei dalam sepekan terakhir dan analisaKompas.com menunjukkan Joe Biden diprediksi kuat akan memenangkan pilpres ke-59 dalam sejarah AS ini.

Apa indikator kemenangan Joe Biden?

Data terakhir rataan agregasi survei nasional oleh FiveThirtyEight pada Senin malam (2/11/2020) menunjukkan, Biden superior memimpin dengan keunggulan 8,4 poin atas Trump yaitu 51,8 persen berbanding 43,4 persen.

Baca Juga: Habib Rizieq Shihab Pulang ke Tanah Air Pada Tanggal Ini, Imam Besar FPI Bakal Tuntut Pejabat yang Menuduhnya Overstay di Arab Saudi

Angka ini adalah keunggulan terbesar calon non-petahana sejak pilpres 1992 ketika Bill Clinton mengalahkan petahana George HW Bush.

Nate Silver pelopor situs web FiveThirtyEight yang juga pakar pemilu ternama memprediksi kemenangan Biden melalui simulasi model pilpresnya.

Dia memberikan peluang kemenangan 89 persen kepada Biden dan hanya 10 persen kepada Trump.

Biden diprediksi akan menang dengan 349 electoral votes dan popular votes 53,3 persen.

Baca Juga: Batal Pulang ke Tanah Air Saat Maulid Nabi, Kini Habib Rizieq Shihab Sebut Sudah Tak Punya Masalah Hingga Minta Ulama Lakukan Ini

Diperlukan minimal 270 electoral votes untuk memenangkan pilpres AS.

Sementara itu rataan survei swing states juga stabil.

Biden menurut rataan akumulasi FiveThirtyEight tidak tergoyahkan, dengan jarak yang aman di trio swing states krusial Rust Belt yang merupakan kunci kemenangan mengejutkan Trump pada pilpres 2016.

Baca Juga: Buruan Ikut Daftar Mumpung Masih Dibuka, Cuma Unggah Foto KTP Bisa Dapat Bantuan Rp 3,55 Juta, Ini Caranya Biar Bisa Lolos

Mantan wakil presiden Barack Obama itu memimpin masing-masing 8,2 poin di Wisconsin, 8,1 poin di Michigan, dan 4,9 poin di Pennsylvania.

Trump menang sangat tipis atas Hillary Clinton di tiga negara bagian tersebut dengan total selisih suara hanya 80.000 pemilih.

Biden akan menyudahi kepresidenan Trump jika dia menyapu bersih tiga negara bagian industrial itu dan memenangi seluruh negara bagian yang dimenangkan Clinton empat tahun lalu.

Ini akan memberikannya kemenangan tipis 278 electoral votes.

Baca Juga: Mohon Maaf Tahun Depan Sudah Dipastikan Tak Naik, Gaji PNS Malah Dipotong, Bagaimana Nasib THR dan Gaji ke-13?

Politisi senior dari negara bagian Delaware itu juga unggul tapi dengan rataan margin yang lebih tipis di trio swing states Sun Belt.

Di Arizona, dia memimpin 2,5 poin.

Di Florida, Biden berjarak 2,4 poin atas Trump.

Jarak tertipis adalah di North Carolina di mana kedua capres hanya berselisih 1,9 poin.

Baca Juga: Naik Darah Dituntut 3 Tahun Penjara, Jerinx: Salah Saya Apa Sih, Siapa yang Pesan Sebenarnya?

Trio swing states Sun Belt ini menjadi alternatif Biden mengamankan kemenangan jika dia gagal menyapu trio swing states Rust Belt.

Biden selalu unggul, siapa yang memilihnya?

Sejak mengumumkan pencalonannya, Biden selalu unggul atas Trump.

Tidak pernah sekali pun Trump melampaui Biden di survei nasional.

Baca Juga: Terlambat Datang ke TKP, Polantas Ini Langsung Peluk Prajurit TNI Usai Dihajar Anggota Klub Moge yang Ngamuk

Konsistensi Biden juga terlihat di mana angka surveinya selalu nyaman berada di zona 50 persen.

Koalisi pemilih yang akan menjadi kunci kemenangan Biden adalah pemilih suburban, pemilih wanita khususnya yang berpendidikan universitas, pemilih minoritas, pemilih muda, pemilih lansia, dan pemilih baru yang tidak memilih pada pilpres sebelumnya.

Pemilih suburban dan pemilih wanita berpendidikan universitas diprediksi akan menghukum kekacauan tanpa henti pemerintahan Trump dengan berpaling mendukung Biden dalam jumlah besar yaitu dua digit.

Baca Juga: Dapat Pesan Khusus dari Ayah Mertua, Ternyata Baskara Mahendra Kerap Lakukan Ini Bareng Keluarga Sherina Munaf, Lihat Foto-fotonya

Mereka adalah salah satu penyangga kemenangan Trump pada pilpres 2016 selain pemilih pria yang tidak berpendidikan universitas dan pemilih lansia.

Blok pemilih lansia juga meninggalkan Trump walau jumlahnya tidak sebesar blok pemilih lain.

Kemarahan mereka atas ketidakbecusan dan ketidakseriusan Trump menangani penyebaran pandemi Covid-19 menjadi alasan utama blok pemilih ini mengalihkan dukungan ke Biden.

Bagaimana peluang Donald Trump?

Baca Juga: Kabar Bahagia BLT BPJS Rp 1,2 Juta Cair, Simak Jadwal Transfer Subsidi Gaji Gelombang 2 ke Rekening BCA BRI dan Mandiri

Lalu, dapatkah Trump mengejutkan dunia lagi?

Tidak sedikit yang tetap meragukan angka-angka survei seperti yang terjadi pada pilpres 2016.

Donald Trump bukan berarti tidak dapat meraih kemenangan mengejutkan lagi, seperti ketika ia mengalahkan Hillary Clinton pada 2016 lalu.

Baca Juga: Jadi Bahan Gunjingan Usai Foto Keluarga, Rizky Febian Akhirnya Blak-blakan Tak Setuju Hubungan Cinta Sule dengan Natalie Holscher

Walau berstatus underdog, taipan real estate itu akan kembali terpilih jika ada kesalahan atau polling error berskala besar lebih dari 5 poin.

Fenomena ini sangat jarang terjadi dalam sejarah politik AS di mana rataan kesalahan survei adalah sekitar 2 poin.

Lembaga survei juga telah mengevaluasi blunder mereka dengan menggunakan skala pendidikan untuk survei pilpres AS 2020.

Hal ini tidak dilakukan pada pilpres 2016.

Baca Juga: Berjumpa Suku Primitif di Belantara Papua, Misi Kopassus Sukses Guncangkan Dunia, Temukan Potongan Kaki Anak Raja Minyak Amerika

Akibatnya dukungan krusial kepada Trump dari blok pemilih pria tidak berpendidikan universitas tidak terhitung oleh survei.

Blok pemilih ini adalah pekerja kerah biru atau industrial yang tersebar mayoritas di kota kecil dan pedesaan daerah pertanian, khususnya di trio swing states Rust Belt.

Tidak seperti Biden yang memiliki banyak skenario menuju Gedung Putih, jalan Trump cukup sempit untuk menggapai kemenangan.

Baca Juga: Rela Rawat Mantan Istrinya yang Dihempas Sang Kekasih Saat Hamil Besar, Chef Juna Bongkar Alasan Perceraiannya dengan Wanita Amerika

Suami Melania Trump itu harus memenangkan Pennsylvania yang memiliki 20 electoral votes.

Tanpa Keystone State, hampir mustahil bagi Trump untuk kembali terpilih.

Angka survei mengetat di Pennsylvania dalam sepekan terakhir walau Biden masih unggul di luar zona margin of error.

Trump juga harus menyapu bersih trio swing states Sun Belt termasuk mengamankan 29 electoral votes Florida.

Baca Juga: Foto Bareng Jessica Iskandar di Semak-semak Bikin Penasaran, Richard Kyle Akhirnya Buka Suara Kenapa Tega Tinggalkan Wanita Sempurna Itu

Skenario ini akan memberikan 280 electoral votes kepada Trump di mana Trump hanya kehilangan dua negara bagian yang dimenangkannya 4 tahun lalu yaitu Michigan dan Wisconsin.

Jika Biden berhasil membirukan Florida, ini adalah indikator jelas Trump akan kalah telak dari Biden.

Hingga hari H tidak ada tanda-tanda Trump dapat memperluas basis dukungannya, dan beranjak dari angka dukungan 42-44 persen di survei.

Baca Juga: Cinta Memang Buta, Pilot Cantik Rela Dinikahi Pratu TNI AD Karena Modal Ini, Kisah Cintanya Jadi Sorotan

Lebih cepat atau lewati hari-hari menegangkan

Jika Biden menyapu trio swing states Sun Belt termasuk Florida, sangat besar kemungkinan dia akan dinyatakan sebagai presiden terpilih pada Rabu dini hari waktu setempat, tanpa harus menunggu hasil akhir dari trio swing states Rust Belt.

Namun jika Trump menyapu trio swing states Sun Belt, jantung warga dunia khususnya AS akan berdegup kencang meneropong ke trio swing states Rust Belt terutama Pennsylvania.

Baca Juga: Anggotanya Berani Main Keroyok Prajurit TNI, Ternyata Purnawirawan Jenderal Ini Jadi Pemimpin Turing Klub Moge, Pernah Pegang Jabatan Penting di TNI AD

Perhitungan suara di trio Rust Belt khususnya di Michigan dan Pennsylvania, diperkirakan akan memakan waktu berhari-hari karena tingginya jumlah pemilih yang memilih dengan pos.

Beberapa hari yang rawan dan menegangkan itu akan menjadi jarak pemisah kursi kepresidenan antara Biden dan Trump.

Baca Juga: Dioper-oper Saat Urus Surat Kematian Anaknya, Warga Surabaya Ini Datang ke Jakarta Hingga Bikin Anak Buah Risma Kelimpungan

Apakah Biden akan memenangkan Pilpres ASini seperti survey kebanyakan? Kita tunggu saja hasilnya!

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya