Pemerintah Tutup Belajar Tatap Muka Gegara Covid-19, Kini Sekolah Ini Jadi Kandang Ayam, Begini Kisahnya

Rabu, 26 Agustus 2020 | 07:41
BBC News

Sekolah swasta di Kenya banting setir menjadi tempat peternakan ayam karena pandemi Covid-19.

Fotokita.net - Pemerintah tutup kegiatan belajar tatap muka gegara Covid-19, sekolah ini akhirnya jadi kandang ayam.

Pada 13 Juli 2020 sebuah laporan mengungkapkan bahwa hampir 10 juta anak di seluruh dunia mungkin tidak akan sekolah lagi karena pandemi.

Organisasi amal Save The Children menemukan, ada 1,6 miliar anak di dunia yang tidak bersekolah karenalockdown.

Para ahli mengatakan pemotongan dana untuk pendidikan dan peningkatan tingkat kemiskinan yang disebabkan oleh pandemi,berpotensi mengakhiri sekolah bagi jutaan anak.

Baca Juga: Bikin Hati Guru dan Orangtua Siswa Tambah Lega, Mendikbud Nadiem Makarim Akhirnya Ubah Aturan Pembelajaran Jarak Jauh Secara Online

Anak-anak yang akhirnya tidak pernah kembali ke kelas mungkin harus bekerja untuk membantu menafkahi keluarga mereka.

Anak perempuan lebih mungkin terdampak daripada anak laki-laki dengan adanya paksaan menikah, menurut laporan itu yang dilansir BBC.

Baca Juga: Bikin Hati Orangtua Murid Lega, Menteri Nadiem Makarim Akhirnya Ubah Aturan Belajar Tatap Muka

Sebelum pandemi, sekitar 258 juta anak dan remaja di seluruh dunia tidak bersekolah.

Dampak virus Corona membuat jumlah itu meningkat dan 12 negara berisiko ekstrem siswa putus sekolah termasuk Nigeria, Pakistan, Afghanistan dan Yaman.

"Sekitar 10 juta anak mungkin tidak akan pernah kembali ke sekolah."

"Ini adalah keadaan darurat pendidikan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pemerintah harus segera berinvestasi dalam pembelajaran," kata Kevin Watkins, CEO Save the Children UK.

Baca Juga: Persaingan Sangat Ketat, Inilah 10 Prodi Favorit dan Nilai UTBK Saintek dan Soshum SBMPTN 2020

Keputusan Kenyamenutup sekolah hingga Januari tahun depan karena Covid-19membuat sekolah-sekolah swasta nyaris gulung tikar.

Salah satunya yang dialami sekolah swasta Mwea Brethren School.

Mengutip dari BBC, ruang kelas yang biasanya dipenuhi tawa anak-anak dan kegiatan belajar mengajar tiba-tiba berganti suara ayam.

Di papan tulis, catatan terkait pelajaran diganti dengan jadwal vaksinasi.

Pemilik sekolah ini, Joseph Maina, terpaksa memanfaatkan ruang kelasnya untuk memelihara ayam.

Baca Juga: Nekat Ikut Daftar Uji Klinis, Driver Ojol Rasakan Efek Ini Pada Tubuhnya Usai Disuntik Vaksin Covid-19

Sejak sekolah ditutup, dia tidak lagi mendapat pemasukan.

Kondisi yang menyulitkan bagi pemilik sekolah swasta di Kenyadimulai sejak Maret silam.

Pemerintah memutuskan menutup sekolah.

Sehingga, Joseph Maina kesulitan karena masih harus membayar pinjaman dan bernegosiasi ulang dengan bank.

Pada awalnya, Maina tidak tahu apa yang harus dilakukan di sekolahnya ini.

"Tetapi kami memutuskan bahwa kami harus melakukan sesuatu (dengan sekolah) untuk bertahan hidup," kata Maina kepadaBBC.

Sekolah swasta mendidik sekitar seperlima anak-anak di Kenya.

Baca Juga: Main Lego Jangkar di Laut Indonesia, Prajurit Kopaska Ini Bentak Komandan Kapal Perang Malaysia Hingga Langsung Lari Ketakutan

Sehingga, operasional sekolah ini bergantung pada pendapatannya.

Penutupan paksa karena Covid-19membuat pemilik sekolah tidak bisa membayar staf dan banyak yang jatuh dalam masalah keuangan.

Menurut Asosiasi Sekolah Swasta Kenya(KPSA), beberapa sekolah swasta berhasil menerapkan pembelajaranonline.

Namun, biaya yang didapat tidak bisa menutup operasional dasar para guru.

Sekitar 95 persen dari 300.000 lebih staf sekolah swasta mengalami pemberhentian kerja atau cuti tanpa dibayar.

Selain itu, 133 sekolah terpaksa ditutup secara permanen.

Baca Juga: Bantuan Rp 600 Ribu Kembali Ditunda? Begini Penjelasan Jadwal Baru Transfer Subsidi Gaji dari Pemerintah

Inisiatif serupa dilakukan sekolah swasta Roka Preparatoryyang mengubah tempat belajar mengajar menjadi sebuah peternakan.

"Tidak pernah seburuk ini," kata James Kung'u,pendiri sekolah ini.

Tampaksayuran tumbuh di lokasi yang tadinya taman bermain.

10 Juta Anak Mungkin Tidak Kembali ke Sekolah

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma