Biarpun Sudah Sembuh, Ternyata Pasien Covid-19 Masih Harus Lakukan Hal Ini

Minggu, 16 Agustus 2020 | 17:16
ANTARA FOTO/M AGUNG RAJASA

Petugas kesehatan memberikan pengarahan kepada relawan saat simulasi uji klinis calon vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III

Baca Juga: Makin Bikin Pusing, Vaksin Covid-19 Belum Lagi Ditemukan, Jamur Ini Disebut Tebarkan Wabah Penyakit Baru yang Tak Kalah Ganas, Begini Penjelasan Ahli

Fotokita.net -Menurut sejumlah studi, antibodi yang terbentuk pada sistem imunitas pasien Covid-19 bersifat sementara.

Orang yang sembuh dari Covid-19 masih berpotensi terinfeksi lagi di masa depan.

Nantinya, apabila sudah tersedia, vaksin Covid-19 perlu diberikan dua kali.

Hal itu disampaikan pihak Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Minggu (16/8/2020) waktu setempat.

Baca Juga: Nekat Ikut Daftar Uji Klinis, Driver Ojol Rasakan Efek Ini Pada Tubuhnya Usai Disuntik Vaksin Covid-19

Pernyataan ini merupakan klarifikasi atas panduan karantina yang dirilis CDC pada awal Agustus 2020.

Pada panduan itu, orang yang sembuh dari Covid-19 tidak diharuskan melakukan tes atau karantina hingga tiga bulan.

Ini berlaku apabila orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit.

Baca Juga: Hore Kabar Gembira Buat Kita Semua, Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Rasakan Efek Positif Ini

Setelahnya, CDC menekankan bahwa ini tidak berarti penyintas Covid-19 kebal terhadap infeksi ulang di masa mendatang.

Hal tersebut dipengaruhi oleh sistem imunitas terhadap Covid-19.

Sejumlah laporan menyatakan bahwa pasien Covid-19 akan membentuk antibodi seusai terinfeksi.

Namun, antibodi hanya bertahan tiga bulan.

Baca Juga: Jokowi Sebut Vaksin Merah Putih Siap Pertengahan 2021, Vladimir Putin Umumkan Rusia Negara Pertama yang Produksi Vaksin Covid-19

Penelitian tentang antibodi Covid-19 ini dipublikasikan King’s College London, Inggris, pada Juli 2020.

Penelitian melibatkan lebih dari 90 pasien dan tenaga kesehatan di dua rumah sakit, yaitu Guy’s Hospital dan St Thomas’s Hospital, London.

Hasil tes darah menemukan 60 persen partisipan mampu membangun jumlah antibodi yang cukup untuk melawan virus korona baru.

Sementara itu, hanya ada 17 persen partisipan yang jumlah antibodinya tetap setelah tiga bulan.

”Orang-orang menghasilkan antibodi yang memadai untuk merespons virus, tetapi antibodi itu akan menurun dalam jangka waktu yang pendek,” kata ketua studi di King’s College London, Katie Doores kepada The Guardian.

Adapun penelitian dari Chongqing Medical University, China, menemukan antibodi Covid-19 bertahan di tubuhselama 2-3 bulan setelah infeksi terjadi.

Hal ini utamanya berlaku pada pasien Covid-19 yang tidak bergejala.

Penelitian ini terbit di jurnal Nature Medicine pada Juni 2020 (Kompas, 20/6/2020).

Baca Juga: China dan Amerika Berlomba Temukan Vaksin Covid-19, Siapa Sangka Negara Saingan Mereka Malah Siap Edarkan Zat Penangkal Corona Pada Bulan Ini

Waktu antibodi Covid-19 bertahan dalam tubuh lebih singkat dibandingkan dengan antibodi terhadap virus korona lain.

Menurut sejumlah kajian, antibodi virus korona penyebab SARS dan MERS bisa bertahan sekitar satu tahun.

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, mengatakan, injeksi vaksin Covid-19 perlu dilakukan dua kali.

Jeda waktu vaksinasi pertama dan kedua maksimal satu bulan.

Vaksinasi dua kali diperlukan karena antibodi Covid-19 hidup dalam jangka waktu pendek.

Ini sama halnya dengan vaksinasi influenza. Antibodi influenza pun bertahan dalam waktu singkat, yakni 1-3 tahun atau di bawah 1 tahun.

Baca Juga: Gontok-gontokan Soal Data Vaksin Corona, Rupanya Kapal Induk China Nyaris Beradu Senjata dengan Kapal Berpeluru Kendali Amerika di Perairan Ini: Aksi Provokatif di Tengah Pandemi

”Jika vaksin kedua dilakukan lebih dari sebulan sejak vaksin pertama, jumlah antibodi yang sudah terbentuk akan turun signifikan. Ini memengaruhi daya tahan tubuh terhadap Covid-19,” katanya saat dihubungi, Minggu (16/8/2020)

Hal yang sama dikatakan Ketua Satuan Tugas Pengendalian Covid-19 Ikatan Ahli Kesehatan Masyrakat Indonesia (IAKMI) Budi Haryanto.

Vaksinasi harus dilakukan dua kali agar jumlah antibodi memadai untuk melawan virus korona baru.

”Virus akan memperbanyak dirinya dalam tubuh. Untuk itu, jumlah antibodi kita pun harus memadai untuk melawan virus.

Jika antibodi kalah jumlah dan tidak mampu menanggulangi jumlah virus yang masuk dalam tubuh, kita bisa sakit.

Kemungkinan terburuknya seseorang bisa meninggal,” kata Budi yang juga Guru Besar Epidemiologi Pencemaran Udara dan Surveilans Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

(Sekar Gandhawangi/Kompas.id/REUTERS/BBC/THE GUARDIAN)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma