Awan Tsunami Gemparkan Warga, Anak Indigo Tiba-tiba Singgung Bencana Alam yang Menimpa Indonesia di Bulan Ini: Waspadalah!

Selasa, 11 Agustus 2020 | 15:18
YouTube/ Tribun Medan Official

Viral awan berbentuk gulungan ombak di Aceh

Fotokita.net-Warga Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, mendadak terkejut saat melihat langit. Mereka kaget mendapati fenomena alam langka,awan Arcus atau yang sering disebut dengan nama awantsunami.

Gulungan awan itu bak gelombangtsunamiinimembuat wargasetempat terkejut.

Tak sedikit dari mereka yang mengabadikannyamenggunakan kamera ponsel.

Pasalnya, fenomena alam itu selama ini dianggap jarang terjadi.

Baca Juga: Terungkap, Inilah Arti Nama Cucu Keempat Jokowi, Gabungan dari Bahasa Jawa, Arab, dan Batak

Viral awan miriptsunamidikaitkan bencana ini berawal dari heboh unggahan foto-foto dan video di media sosial.

Unggahan @masawep diTwitterpada Senin (10/8/2020) pukul 10.35 WIB itu menarik perhatian netizen.

Dalam video berdurasi 29 detik tersebut, tampak gumpalan awan dengan warna hitam bercampur putih.

Baca Juga: Rela Ditembaki Teman Sendiri, Anggota Kopassus Ini Bongkar Markas Kendali Lawan Usai Sembunyikan Istri Panglima Perang Musuhnya

Awan itu bergulung dan berukuran cukup panjang menyelimuti kota.

Awan seperti itu bukan pertama terjadi di Indonesia.

“Warga memang terkejut ya, selain heran, mereka juga banyak yang mengabadikan fenomena alam ini dengan telepon selulernya, juga tidak sedikit mengaitkan dengan mitos-mitos kebencanaan," terang seorang warga Aidil Firmansyah kepada Kompas.com melalui telepon selulernya, Senin, (10/8/2020).

"Tapi fenomena ini tidak berlangsung lama, hanya setengah jam kemudian awan terbawa angin, lalu cuaca pun mendung sepanjang hari,” lanjutnya.

Baca Juga: Mau Terima Bansos Rp 600 Ribu Tiap Bulan? Ternyata Karyawan Swasta Harus Terdaftar di Sini

Hal sama juga disampaikan warga lainnya.

Warga bernama Sabrina mengatakan, munculnya awan yang menyerupai gelombangtsunamiitu menimbulkan ketakutan tersendiri bagi warga.

kompas.com
kompas.com

Fenomena awan di langit Meulaboh, Aceh pada Senin (10/8/2020).

“Kami juga sempat takut melihat awan yang begitu hitam pekat, menakutkan sekali. Jarang ada peristiwa seperti ini,” katanya.

Mengenai hal ini, Kasi DataBMKGStasiun Sultan Iskandar Muda, Zakaria angkat bicara.

Ia mengatakan, munculnya awan Arcus atau biasa disebut awantsunamitersebut merupakan fenomena langka.

Baca Juga: Mata Batin Mbak You Tak Mempan Gombalan Rizky Billar Pada Lesty Kejora, Paranormal Kejawen Langsung Wanti-wanti Mantan Rizki DA: Jangan Terlalu yang Berbunga-bunga

Awantsunamimerupakan bagian dari awan kumulonimbus.

Fenomena iniberpotensi menimbulkan angin kencang hingga hujan es.

Oleh karena itu, warga yang mengetahui awan tersebut diminta lebih waspada dan dapat menghindari tempat terbuka.

(KOMPAS.COM/DASPRIANI Y. ZAMZAMI / Handout)

Kemunculan awan menggulung bak gelombang laut tsunami di langit Meulaboh, Senin (10/8/2020) mengejutkan warga. Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

"Awan ini merupakan bagian dari awan CB (kumulonimbus). Awan ini merupakan awan rendah dan biasanya berada pada satu level (single level)," katanya.

"Awan ini juga dapat menimbulkan angin kencang, hujan lebat, bisa juga terjadi kilat, petir, angin puting beliung atau hujan es," lanjut Zakaria.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko.

Baca Juga: Teruskan Tradisi Unik dalam Pemberian Nama Cucu Jokowi, Begini Arti Panembahan Al Nahyan Nasution, Berasal dari 3 Bahasa Ini

Ia menjelaskan, fenomena awan bergulung ini disebut sebagai awanrollatauroll cloud.

Fenomena awan bergulung merupakan suatu fenomena alamiah yang biasa terjadi.

"Roll cloudmerupakan salah satu jenisawanarcus(Arcus cloud)," kata Hary saat dihubungiKompas.com, Senin (10/8/2020) sore.

Menurut Hary, terdapat dua jenisawanarcus, yaitushelf cloudsdanroll clouds.

Hary mengungkapkan,awanarcusmerupakan awan rendah, panjang, dan tipis yang terkait dengan awan hujan disertai kilat atau petir, dan angin kencang.

"Awan tersebut terkadang terlihat di bawah awan cumulonimbus," ujar dia.

Ia menambahkan, awan ini berbentuk kolom horizontal yang dapat menggelinding atau bergulung panjang, apabila awan tersebut mengalami perbedaan arah angin di lapisan bagian atas dan bawah.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Pasukan Khusus Paling Mematikan di Dunia, Kopassus Susupkan Prajuritnya Ke Jantung Musuh Lewat Cara Tak Terduga Ini

Hal ini, lanjutnya, terjadi saat suatu aliran udara dingin yang turun dari awan cumulonimbus sampai mencapai tanah.

"Udara dingin tersebut diindikasikan menyebar dengan cepat di sepanjang tanah, kemudian mendorong udara lembap dan hangat yang ada di sekitarnya ke atas," paparnya.Saat udara ini naik, uap air mengembun membentuk polaawanarcus.

ImbauanBMKG

Hary menambahkan, awan tersebut mempunyai ketinggian hingga sekitar 6.500 kaki atau sekitar 2.000 meter atau 2 kilometer.

Ketikaawanarcusterbentuk dengan awan cumulonimbus dandowndraft, hal ini dikaitkan dengan hujan lebat atau hujan es, kilat atau petir, dan angin kencang.

Baca Juga: Calon Ayah Mertuanya Disebut-sebut Gila Harta, Rizky Billar Langsung Pamer Mobil Ratusan Juta Saat Ngapel ke Rumah Lesty Kejora

Masyarakat sekitar diimbau untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.

"Sejauh ini kewaspadaan terhadap hujan lebat, kilat atau petir, dan angin kencang terkait dengan hal tersebut," ujar dia.

Belum lagi wabah virus corona selesai,fenomena bencana alam pun juga mulai bermunculan dan melanda Indonesia.

Baru saja, Gunung Sinabung erupsi pada Minggu (9/8/2020) dan terjadi lagi pada Senin (10/8/2020).

Baca Juga: Heboh Foto-foto Gulungan Awan Mirip Gelombang Tsunami di Aceh, BMKG Buka Suara Hingga Minta Warga Tak Lakukan Hal Ini

Tak hanya itu saja, menurut laporan dari BMKG, cuaca di berbagai wilayah di Indonesia pun sedang memasuki puncak Kemarau.

BMKG pun tak henti-hentinya memberi peringatan perihal cuaca ekstrem tersebut.

Begitu juga dengan gelombang tinggi di Pantai Selatan Jawa.

Baru-baru saja dikabarkan ada wisatawan yang hilang terseret ganasnya ombak pantai selatan.

Seolah tak ada berentinya dan bertubi-tubi dilanda bencana, anak indigo bernama Ananda Ramartha kembali mengungkapkan firasatnya.

Dilansir dari kanal YouTube-nya 'Ananda Ramartha' via Nakita.id pada Senin (20/7/2020) ia mengungkapkan penglihatannya.

Perempuan indigo tersebut berujar akan ada Tsunami yang melanda Tanah Air.

Ananda Ramartha juga menjelaskan soal kondisi alam saat ini berdasarkan firasatnya.

Baca Juga: Jadi Wakil Erick Thohir di Komite Penanganan Covid-19, Jenderal Andika Perkasa Perintahkan Kawal Ketat Istri Prajurit TNI Ini

"Ini lebih tenang dibandingkan awal-awal aku buat video Tsunami itu," jelas Ananda Ramartha.

"Parangtritis lagi naik airnya, beberapa nelayan hilang di Pantai Selatan karena tingginya ombak.

"Gunung merapi dan beberapa yang lain juga aktif," ujarnya (20/7/2020).

"Ini bener-bener sulit untuk aku rasakan, untuk aku tebak arahnya ke mana karena sepertinya Indonesia ini sedang nyala ya," kata Ananda.

"Tapi tidak menekan, menakutkan gimana ya, cuman saking ramenya jadi keteken juga sih," sambungnya.

instagram @infobmkg
instagram @infobmkg

Gambar ilustrasi tsunami.

Sebelumnya, perempuan indigo ini menyebutkan secara gamblang fenomena tersebut akan terjadi di bulan Agustus 2020.

Meski demikian ia berharap prediksinya salah.

"Tapi yang bisa aku pesankan adalah kita perhatikan pola gempanya, kalau pola gempanya terjadi 5 skala dan sangat banyak bertubi-tubi maka kita wajib waspada di daerah sekitar gempa itu.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, Raffi Ahmad Akhirnya Akui Selingkuh dengan Sosok Ini, Respon Nagita Slavina Malah Bikin Penasaran

"Akan adanya gempa yang lebih besar, lebih keras lagi, yang bisa saja berimbas pada naiknya air ya," jelasnya.

"Naiknya gelombang, kalau itu tidak ada di akhir Juli sampai awal Agustus, mudah-mudahan artinya energinya berubah.

"Tapi sekali lagi aku enggak bisa jamin, iya atau tidak," pungkas perempuan indigo tersebut.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma