Dituding Israel Menimbun Amonium Nitrat Buat Jalankan Rencana Besar, Tapi Hezbollah Tak Bisa Berkelit dari Bukti-bukti Ini

Sabtu, 08 Agustus 2020 | 16:07
AFP/STR

Petugas berjaga saat helikopter memadamkan api di lokasi ledakan di Beirut, Lebanon Selasa (4/8/2020)

Fotokita.net - Pada Rabu (5/8/2020), sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan telah menginstruksikan Dewan Keamanan Nasional Israel untuk mengontak utusan PBB Timur Tengah, Nickolay Mladenov.

Isi pesan tersebut adalah untuk menjelaskan bagaimana Israel dapat membantu Lebanon atas insiden ledakan di Beirut.

Baca Juga: Baru Bergaya di Depan Kamera, Pengantin Perempuan Terempas Tiba-tiba Ledakan Beirut Lebanon, Mempelai Pria Cuma Bisa Pasrah Lihat Kondisi Pasangannya

Israel menawarkan bantuan kepada Lebanon, "mendekati otoritas Lebanon melalui sejumlah jalur", untuk memberikan bantuan medis dan kemanusiaan sebagai upaya membantu mengatasi bencana ledakan dahsyat di Beirut.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, 6 Tahun Lalu Surat Ini Peringatkan Adanya Kargo Berbahaya di Pelabuhan Beirut, Kini Amonium Nitrat Ratakan Ibu Kota Lebanon Hingga Ratusan Nyawa Mati Sia-sia.

Presiden Israel Reuven Rivlin juga menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Lebanon, sedangkan kepala beberapa rumah sakit Israel mengatakan bahwa mereka akan bersedia menerima pasien dari Beirut dan merawat mereka di pusat-pusat kesehatan di seluruh negeri.

Melansir Sputnik News pada Rabu (5/8/2020), mengingat sejarah permusuhan kedua negara, seorang analis politik mengatakan, Lebanon "tidak mungkin" menerima tawaran bantuan Israel.

Jika menukil data pada tahun 2015 jika dikaitkan dengan insiden di Beirut, ada sebuah fakta yang cukup menggemparkan.

Seperti diwartakan oleh Times of Israel pada 2019, pejabat intel Israel mengatakan cache amonium nitrat yang ditemukan tahun 2015 di London.

Selamaempat setengah tahun, badan Intelijen Israel Mossad dengan kelompok Hezbollah Lebanon memang dikenal musuh bebuyutan.

Namun, agen mata-mata Mossad mengungkap upaya Hizbullah membangun gudang bahan peledak dari Thailand ke New York.

Baca Juga: Amonium Nitrat Disebut Jadi Penyebab Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Warga Indonesia Berikan Kesaksiannya Atas Tragedi Mencekam Itu: Seperti Gempa

Cache terbesar mengandung tiga ton amonium nitrat, bahan utama untuk beberapa jenis peledak.

Salah satunya ditemukan di London tahun 2015 di empat lokasi dan berhasil digrebek oleh Polisi Metropolitan pada September 2015.

Selain itu, terungkap juga beberapa tempat lain yang ditanam oleh Hezbollah di Siprus, Thailand dan tiga negara Eropa lainnya.

Menurut laporan itu, rencana Hezbollah adalah membangun infrastruktur di London sebagai persiapan untuk serangan di masa depan, lapor Daily Telegraph.

Business Insider/Maxar Technologies

Kondisi kota Beirut setelah terjadi ledakan diambil dari foto satelit

Laporan itu dikonfirmasi SAS Inggris, AS, dan Siprus yang menyatakan badan Intelijen asing rahasia mengungkapkannya pada MI5 Inggris.

Lalu polisi metropolitan menggerebek lokasi yang disebutkan tersebut.

Baca Juga: Guncangkan Beirut Lebanon, Amonium Nitrat Ternyata Punya Banyak Kegunaan, Salah Satunya Jadi Mainan Anak-anak Ini

Tahun 2019, laporan yang ditulis oleh Times of Israel itu mengatakan bahwa peringatan itu datang dari agen mata-mata Mossad, Israel.

Pejabat intelijen Israel menyebutkan laporan rinci upaya Hezbollah yang disimpulkan polisi berada di London, Siprus, dan Thailand, yang mengarah pada aset Israel di negara tersebut.

"Hezbollah sedang merencanakan untuk membalas dendam, apakah untuk serangan ke Israel, telah membentuk jaringan cache terbesar untuk bahan peledak canggih," lapor pejabat intelijen itu.

Mossad sendiri mengatakan tahun 2014 sudah menyelidikan rencana besar Unit 910 Hezbollah, yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri kelompok itu.

Business Insider/Maxar Technologies

Tepi pantai kota Beirut sebelum terjadi ledakan

Informasi Mossad memungkinkan pihak berwenang Thailand menemukan lokasi itu dengan penangkapan operasi Hezbollah Hussein Abdullah di Siprus, di ruang bawah tanah dengan 1 ton amoniun nitrat.

Menurut sumber Israel, mengatakan Hezbollah merencanakan serangan jangka panjang dan besar-besaran untuk mengubah permainan.

Baca Juga: Dikira Kejatuhan Bom Atom, Begini Informasi Awal Penyebab Ledakan Besar yang Lumat Kota Beirut Lebanon

Sementara itu, Lebanon sendiri mengakui tak tahu menahu tentang kepemilikan amonium nitrat yang meledak di gudang Beirut.

Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengaku tidak pernah memesan amonium nitrat sebanyak itu, apalagi menyimpannya di gudang Beirut.

Namun, sebuah laporan mengatakan bahwa amonium nitrat itu adalah barang sitaan yang diambil dari kapal yang tidak memenuhi syarat hukum berlabuh di Beirut.

Presiden Lebanon Michel Aoun menolak penyelidikan internasional untuk mengusut penyebab ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020).

Ia menyebut terbuka kemungkinan insiden yang menewaskan 154 orang dan menghancurkan sebagian besar ibu kota Lebanon itu merupakan akibat serangan rudal atau kelalaian otoritas di kota tersebut.

nyt.com
nyt.com

Pusat Medis Menjelma Jadi Rumah Jagal Setelah Darah Tutupi Koridor dan Lift, Inilah Gambaran Memilukan Kondisi Beirut Pascaledakan Dahsyat

Adanya amonium nitrat sebagai benda berbahaya yang disebut memantik ledakan dahsyat dan telah tersimpan di gudang pelabuhan jantung ibu kota selama bertahun-tahun menjadi pertanyaan sekaligus gugatan atas sistem keamanan di negara itu.

Presiden Aoun, Jumat (7/8/2020), mengakui bahwa sistem yang ”lumpuh” perlu ”dipertimbangkan kembali”. Dia menjanjikan ”keadilan yang cepat” atas peristiwa tersebut.

Namun, dirinya menolak seruan luas untuk digelarnya penyelidikan internasional atas peristiwa itu.

Baca Juga: Belum Lagi Kering Tangis Akibat Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Beirut, Kini Lebanon Dihantam Masalah Baru yang Justru Luput dari Sorotan Dunia

Ia menilai masuknya pihak internasional justru akan membuyarkan upaya mencari kebenaran atas apa yang sesungguhnya terjadi dalam peristiwa itu.

”Ada dua kemungkinan skenario tentang apa yang terjadi: kelalaian atau campur tangan asing melalui rudal atau bom,” kata Aoun.

Pernyataan Aoun tersebut merupakan pernyataan pertama kali dari seorang pejabat tinggi Lebanon tentang kemungkinan serangan dalam peristiwa ledakan dahsyat di pelabuhan itu.

Apa yang memicu serta siapa yang bertanggung jawab atas penyimpanan besar-besaran bahan kimia tersebut hingga kini masih belum jelas.

AFP/MARWAN TAHTAH

Seorang pria yang terluka dibantu saat berjalan melewati puing-puing di distrik Gemmayzeh, Beirut, Lebanon, usai terjadinya ledakan susulan, Selasa (4/8/2020). Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya dilaporkan terluka dari insiden dua ledakan besar yang mengguncang Beirut tersebut.

Sejumlah pejabat Lebanon sebelumnya mengatakan adanya pekerjaan perbaikan gudang di kawasan pusat ledakan yang dimulai baru-baru ini sebelum peristiwa memilukan itu terjadi.

Seruan agar dilakukan penyidikan internasional itu dilontarkan oleh Kubu 14 Maret yang dikenal pro-Arab Saudi dan kontra Iran. Kubu 14 Maret itu terdiri dari Partai Al-Mostaqbal pimpinan Saad al-Hariri, Partai Sosialis Progresif yang berbasis massa kaum Druze pimpinan Walid Jumblatt, Partai Kekuatan Lebanon pimpinan Samir Geagea, Partai Kataeb pimpinan Sami Gemayel, dan Mufti Lebanon pimpinan Sheikh Abul Latif Derian.

Perlu diketahui, pemerintah baru Lebanon pimpinan PM Hassan Diab yang dibentuk pada Januari lalu ditengarai didominasi oleh Kubu 8 Maret.

Baca Juga: Terungkap, Pemilik Asli Amonium Nitrat yang Hancurkan Beirut, Pengirimnya Sudah Berikan Peringatan Serius Kepada Pemerintah Lebanon

Kubu 8 Maret berintikan dari Hezbollah, Partai Amal, dan Partai Gerakan Kebebasan Patriotik (MPM) yang dikenal pro-Iran dan Suriah.

Sidang Dewan Tinggi Pertahanan Lebanon yang dipimpin Presiden Aoun, Selasa malam lalu, telah membentuk komite penyidik. Dijadwalkan, komite penyidik harus menyampaikan hasil penyidikannya selambat-lambat lima hari dari waktu pembentukannya itu.

Di dekat lokasi ledakan, tim penyelamat dari Perancis, Rusia, Jerman, Italia, dan negara-negara lain mengoordinasikan upaya pencarian mereka atas kemungkinan korban-korban manusia yang belum diselamatkan.

AFP PHOTO/ANWAR AMRO

Pemandangan yang menunjukkan kondisi Beirut, Lebanon, pada 5 Agustus 2020 setelah ledakan yang menghantam sehari sebelumnya (4/8/2020), menewaskan 100 orang dan melukai ribuan lainnya.

Empat mayat ditemukan di dekat ruang kendali pelabuhan pada Jumat. Mereka diperkirakan tengah berada dalam aktivitas pekerjaan mereka pada saat ledakan terjadi.

Program Pangan Dunia PBB (WFP) telah menjanjikan makanan untuk keluarga yang terkena dampak peristiwa itu.

Organisasi itu dilaporkan siap mengimpor gandum untuk menggantikan stok yang hilang akibat ledakan tersebut.

Pada hari Jumat, bantuan dari sejumlah negara tiba di Beirut. Bantuan itu, antara lain, datang dari Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, menyusul bantuan lainnya dari Perancis, Kuwait, Qatar, dan Rusia.

Baca Juga: Baru Bergaya di Depan Kamera, Pengantin Perempuan Terempas Tiba-tiba Ledakan Beirut Lebanon, Mempelai Pria Cuma Bisa Pasrah Lihat Kondisi Pasangannya

Badan kepolisian internasional (Interpol) mengatakan, pihaknya akan mengirim tim yang memiliki keahlian khusus dalam mengidentifikasi korban.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperhitungkan biaya senilai 15 juta dollar AS untuk menutupi kebutuhan kesehatan yang mendesak.

Diwartakan bahwa rumah sakit-rumah sakit di Lebanon kewalahan untuk menangani korban akibat ledakan. Tekanan atas pusat-pusat kesehatan di negara itu bertambah karena selama ini sudah harus menangani para pasien Covid-19.

PBB mengatakan, sebanyak 100.000 anak termasuk di antara 300.000 orang yang harus kehilangan tempat tinggal akibat peristiwa itu. Banyak anak dilaporkan terpisah dari keluarga mereka.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, dia akan bergabung dengan para pemimpin lain dalam konferensi virtual, Minggu (9/8/2020) besok, untuk membahas koordinasi bantuan internasional atas Lebanon.

Trump telah berbicara dengan Aoun serta penyelenggara konferensi Presiden Perancis Emmanuel Macron. Ia menyatakan bahwa ”semua orang ingin membantu” dan berjanji melanjutkan dukungan AS dalam penyediaan pasokan darurat kritis guna memenuhi kebutuhan kesehatan dan kemanusiaan di masa sulit yang dihadapi Lebanon.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, 6 Tahun Lalu Surat Ini Peringatkan Adanya Kargo Berbahaya di Pelabuhan Beirut, Kini Amonium Nitrat Ratakan Ibu Kota Lebanon Hingga Ratusan Nyawa Mati Sia-sia.

Hezbollah menepis

Dengan kehancuran akibat ledakan yang melanda separuh ibu kota dan diperkirakan menelan biaya lebih dari 3 miliar dollar AS, para pemimpin dunia, kelompok advokasi, dan warga Lebanon menuntut penyelidikan internasional untuk memastikan penyebab ledakan itu.

Namun, kelompok Hezbollah mengatakan, Jumat, bahwa tentara harus memimpin penyelidikan karena merekalah yang dipercaya oleh semua pihak.

Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah membantah tuduhan yang menyebutkan pihaknya menyimpan senjata di pelabuhan. Ia dengan tegas mengatakan, ”Kami tidak memiliki apa-apa di pelabuhan.”

Sebelumnya,Bahaa al-Hariri dari Partai Al-Mostaqbal mengatakan kepada media Inggris, Daily Mail, hari Kamis lalu, bahwa Pelabuhan Beirut dan Bandar Udara Internasional Beirut itu berada di bawah kontrol Hezbollah.

Menurut dia,semua orang di Beirut sudah tahu bahwa Hezbollah yang menguasai Pelabuhan Beirut dan Bandar Udara Internasional Beirut.

Pada saat bersamaan, penyelidikan oleh otoritas Lebanon berlanjut dengan dilakukannya penangkapan atas 21 orang.

Baca Juga: Jadi Musuh Bebuyutan Sampai Terlibat Konflik Senjata di Perbatasan, Israel Tiba-tiba Tawarkan Banyak Bantuan Buat Lebanon Usai Ledakan Besar Beirut Renggut Ratusan Nyawa

Termasuk di dalamnya adalah Manajer Umum Pelabuhan Beirut Hassan Koraytem, ​​pejabat bea cukai, dan insinyur pelabuhan lainnya.

Lusinan lainnya sedang diinterogasi oleh pengadilan militer Lebanon. Pengadilan berfokus pada pejabat administrasi dan keamanan di pelabuhan serta otoritas pemerintah yang mungkin telah mengabaikan peringatan tentang keberadaan bahan peledak di kawasan itu.Bank sentral Lebanon juga memerintahkan pembekuan aset milik tujuh pejabat pelabuhan dan bea cukai.

Namun, tindakan tersebut tidak meredam kemarahan warga di jalan-jalan Beirut. Dilaporkan terjadi bentrok antara puluhan demonstran dan pasukan keamanan yang menembakkan gas air mata pada Kamis (6/8/2020) malam.

Para sukarelawan yang membersihkan puing-puing akibat ledakan di sejumlah tempat dilaporkan mengusir dua menteri pemerintah yang mengunjungi sejumlah kawasan yang hancur.

Para sukarelawan meneriakkan slogan-slogan desakan agar para pejabat itu mundur dari jabatannya. (AFP/REUTERS)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma