Terungkap, Pemilik Asli Amonium Nitrat yang Hancurkan Beirut, Pengirimnya Sudah Berikan Peringatan Serius Kepada Pemerintah Lebanon

Sabtu, 08 Agustus 2020 | 06:45
AFP PHOTO/ANWAR AMRO

Pemandangan yang menunjukkan kondisi Beirut, Lebanon, pada 5 Agustus 2020 setelah ledakan yang menghantam sehari sebelumnya (4/8/2020), menewaskan 100 orang dan melukai ribuan lainnya.

Fotokita.net-Segera setelah ledakan besar terjadi pada Selasa (4/8/2020), Presiden Lebanon Michel Aoun menjadwalkan pertemuan kabinet yang mendesak untuk Rabu (5/8/2020) ditetapkan sebagai hari berkabung, dan menyatakan status darurat untuk Beirut, Lebanon selama 2 minggu ke depan.

Negara ini akan merayakan masa berkabung resmi selama tiga hari sejak Rabu.

Baca Juga: Dikira Kejatuhan Bom Atom, Begini Informasi Awal Penyebab Ledakan Besar yang Lumat Kota Beirut Lebanon

Seluruh kota di Beirut terguncang oleh ledakan, yang dimulai dengan kobaran api di salah satu gedung di pelabuhan Beirut.

Kemudian disusul ledakan hebat yang membentuk awan jamur. Aoun mengatakan gedung yang diindikasi sebagai pusat ledakan merupakan gudang untuk 2.750 ton amonium nitrat yang telah disimpan secara tidak aman selama enam tahun.

Baca Juga: Bikin Merinding, Video Ledakan Besar yang Hancurkan Kota Beirut Lebanon Jadi Viral, Israel Buru-buru Lakukan Hal Ini

Pada Selasa (4/8), sebuah tragedi mengerikan terjadi di kota Beirut Lebanon, di mana terjadi ledakan besar di kota itu.

Menurut beberapa sumber internasional, bencana ledakan besar itu berawal dari 2.700 ton amonium nitrat yang disimpan di kota itu.

Jumlah amonium nitrat dalam jumlah besar itu membuat ledakan dasyat sehingga menewaskan setidaknya 100 orang dan 4.000 lainnya luka-luka.

Menurut 24h.com.vn, pemerintah Libanon dan organisasi internasional kini berlomba melawan waktu untuk membantu menyelamatkan yang terluka.

Baca Juga: Bantuannya Ditolak Mentah-mentah Lebanon, Israel Malah Bongkar Rencana Besar Musuh Bebuyutannya Menimbun Amonium Nitrat

Hingga kini penyelidikan masih dilakukan, namun sumber jumlah amonium nitrat dalam jumlah besar itu masih menjadi misteri.

Beberapa surat menunjukkan adanya bahaya akan kargo berisi amonium nitrat di pelabuhan Beirut, Lebanon, enam tahun lalu.

Kargo berisi bahan kimia yang bisa dibuat peledak maupun pupuk tanaman berton-ton itu telah memicu ledakan besar dan dahsyat yang mengguncang ibu kota Beirut pada Selasa (4/8/2020).

Sebelumnya, sudah diberitakan bahwa korban tewas akibat ledakan meningkat dari 78 menjadi 100 orang. Adapun sebanyak 4.000 orang mengalami luka-luka atas ledakan yang berkekuatan seperlima dari bom Hiroshima itu.

Baca Juga: Amonium Nitrat Disebut Jadi Penyebab Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Warga Indonesia Berikan Kesaksiannya Atas Tragedi Mencekam Itu: Seperti Gempa

Twitter.com/@HamdiAlkhshali

Ledakan Lebanon mirip bom atom, kendaraan tersapu habis.

Ironisnya, sebuah analisis dari rekaman dokumen yang dipublikasikan secara online menunjukkan bahwa para pejabat senior Lebanon tahu keberadaan enam tahun kargo amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang di pelabuhan Beirut.

Bahkan, mereka "dikatakan" di dalam dokumen itu "sangat menyadari bahaya yang ditimbulkan" dari bahan peledak tersebut.

Pertanyaannya, bagaimana kargo berisi amonium nitrat itu bisa berada di sana? Berikut penjelasannya seperti dikutip Aljazeera News, Rabu (5/8/2020).

Kronologi muatan amonium nitrat

Sebuah kargo berisi amonium nitrat tiba di Lebanon pada September 2013, dari sebuah kapal kargo milik Rusia yang mengibarkan bendera Moldova. Rhosus, nama kapal itu, berdasarkan informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon, sedang menuju ke Mozambik dari Georgia.

Karena mengalami masalah teknis di laut (berdasarkan rekaman data PDF pengacara yang mewakili awak kapal), para pejabat Lebanon mencegah kapal itu berlayar dan pada akhirnya kapal itu ditinggalkan oleh pemilik dan para awaknya.

Informasi itu kemudian dikuatkan oleh pihak Fleetmon.

Baca Juga: Bikin Merinding, Video Ledakan Besar yang Hancurkan Kota Beirut Lebanon Jadi Viral, Israel Buru-buru Lakukan Hal Ini

Kapal bermuatan bahan kimia berbahaya itu akhirnya "ditelantarkan" di sebuah gudang 12 di pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon.

Beberapa bulan kemudian, pada 27 Juni 2014, direktur Bea Cukai Lebanon kala itu, Shafik Merhi, mengirim surat kepada seorang hakim untuk "urusan sangat mendesak" yang tidak disebutkan namanya.

Merhi meminta solusi untuk kargo tersebut, menurut dokumen yang kini telah dipublikasikan secara online.

Pejabat itu kemudian mengirim sedikitnya lima surat lagi selama tiga tahun setelahnya, pada 5 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei 2016, 13 Oktober 2016, dan 27 Oktober 2017.

Di dalam surat itu, pejabat Merhi meminta agar terdapat panduan dan peringatan bahwa bahan kimia yang ada di dalam kargo tersebut sangat berbahaya, ungkap direktur Bea Cukai Lebanon saat ini, Badri Daher, kepada LBCI, Rabu (5/8/2020).

Mereka menawarkan tiga pilihan, yaitu mengekspor bahan kimia tersebut, memberikan kepada militer Lebanon, atau dijual secara privat ke perusahaan bahan peledak milik orang Lebanon.

Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban. Setahun kemudian, Daher juga menulis kepada hakim pengadilan satu kali lagi.

Pada 27 Oktober 2017, Daher mendesak hakim untuk segera mengambil keputusan dengan mengatakan, "Sangat berbahaya meninggalkan barang-barang ini di tempat mereka sekarang, dan berbahaya bagi mereka yang bekerja di sana."

Baca Juga: China Gemar Beri Utang Kemana-mana, Negara Kecil Ini Berani Tolak Bantuan Dana Rp 247 Triliun dari Tiongkok, Tapi Lebih Pilih Negara Tetangga

Akan tetapi, kenyataannya, hampir tiga tahun kemudian, amonium nitrat itu masih berada di gudang tersebut.

Pelabuhan Beirut "Goa Ali Baba dan 40 Penyamun"

Sampai saat ini, penyebab ledakan amonium nitrat masih belum dapat dipastikan. Namun, banyak warga Lebanon dengan cepat memberi kesimpulan:

Kapal kargo amonium nitrat telah ditelantarkan dalam kondisi rusak akibat kelas politik pemerintahan mereka yang korup dan membuat para warga sangat "jijik" terhadap mereka.

STR via AFP

Sebuah helikopter berusaha memadamkan api dalam ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon, pada 4 Agustus 2020.

Pelabuhan Beirut dijuluki "Goa Ali Baba dan 40 Penyamun" karena saking banyaknya jumlah uang yang "dicuri" dari sana selama beberapa dekade.

Tuduhan itu meliputi klaim bahwa miliaran dollar dalam pajak penerimaan tidak pernah mencapai kas negara karena adanya plot meremehkan impor serta tuduhan suap yang sistematis dan meluas untuk menghindari pembayaran pajak bea cukai.

Baca Juga: Kian Menegangkan, Amerika Pamer Bisa Pukul Mundur Pembom Strategis Rusia, Kini Jet Tempur Sukhoi Su-27 Usir 2 Pengintai AS di Perbatasan

"Beirut telah lenyap dan siapa pun yang memimpin negara itu dalam beberapa dekade terakhir tidak akan bisa lari kenyataan itu," ujar Rima Majed, seorang aktivis politik Lebanon sekaligus ahli sosiologi, dalam kicauannya di Twitter.

"Mereka adalah para kriminal dan ini ( ledakan Beirut) mungkin kejahatan terbesar mereka (dari yang terlampau banyak) sejauh ini," tandasnya.

Baca Juga: Senyum Berseri di Depan Kamera, Inilah Cerita Pengantin yang Kebahagiaannya Seketika Hancur Gegara Ledakan Beirut Lebanon: Apakah Saya Akan Mati?

Presiden Libanon Michel Aoun mengatakan tidak pernah menerima pengiriman amonium nitrat.

Namun, terungkap negara itu menyimpan amonium nitrat sebanyak 2.700 ton dan berada di dalam gudang di Beirut selama 6 tahun.

Bencana itu telah memicu perhatian seluruh dunia karena dampak ledakannya yang begitu luar biasa laiknya bom atom.

Twitter @walasmar

Surat tentang kargo amonium nitrat sebanyak 2.750 ton di sebuah gudang di pelabuhan Beirut, Lebanon yang meledak Selasa (4/8/2020).

Namun, seorang Direktur nasional Lebanon mengatakan asal usul darimana sumber amonium nitrat tersebut didapatkan oleh Beirut.

Menurut pernyataanya, sebuah kapal yang mengangkut amonium nitrat pernah disita di pelabuhan beberapa tahun lalu.

Jumlah amonium nitrat itu adalah penyebab terjadi ledakan besar di kota itu.

Kapal itu diyakini membawa 2.700 ton amonium nitrat kemudian ditahan di pelabuhan Beirut bernama MV Rhosus, yang membawa bendera Moldova.

Akan tetapi, informasi soal kapal misterius ini masih sangat terbatas dan sedikit diketahui.

Menurut sumber CNN, tahun 2013 atau 2014, kapal MV Rhosus membawa lebih dari 2.700 amonium nitrat dari Georgia ke Mozambik.

Baca Juga: Baru Bergaya di Depan Kamera, Pengantin Perempuan Terempas Tiba-tiba Ledakan Beirut Lebanon, Mempelai Pria Cuma Bisa Pasrah Lihat Kondisi Pasangannya

Ketika mereka mengalami masalah mesin, akhinya kapal itu berlabuh di pelabuhan Beirut.

Karena alasan yang tidak diketahui, pemilik kapal kemudian memuat barang itu di pelabuhan kemudian pergi tanpa pernah kembali untuk mengambilnya.

Amonium nitrat itu tetap tersimpan di gudang Beirut selama lebih dari 6 tahun tanpa pemberitahuan jelas.

Beberapa sumber lain menyebutkan kapal MV Rhosus tidak memiliki cukup dokumen hukum sehingga membuat barangnya harus ditahan.

Pemilik kapal itu meninggalkan kargo sejak itu dan tidak pernah kembali untuk mengambilnya.

Pemilik kapal MV Rhosus diduga adalah seorang warga negara Siprus atau Rusia.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, 6 Tahun Lalu Surat Ini Peringatkan Adanya Kargo Berbahaya di Pelabuhan Beirut, Kini Amonium Nitrat Ratakan Ibu Kota Lebanon Hingga Ratusan Nyawa Mati Sia-sia.

Andaikan saja Beirut tidak pernah menerima ataupun menyita amonium nitrat dari kapal MV Rhosus tersebut, kemungkinann bencana besar itu bisa dihindari.

Pasalnya, ketika melakukan penyitaan terhadap bahan kimia itu, Beirut tidak memikirkan jangka panjang bahaya yang mungkin bisa disebabkan oleh bahan kimia itu.

Berkaca pada tahun 1947 di Texas sebuah kapal berisi amonium nitrat meledak menewaskan 400 orang, kapal itu diyakini membawa 2.000 ton amonium nitrat.

Sementara itu, Departemen Pertahanan Amerika, mengatakan bahwa tidak ada indikasi ledakan itu berasal dari serangan bom.

(Afif Khoirul M/Intisari-Online.com/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma