Indonesia Susul 6 Negara Masuk Jurang Resesi Gegara Pandemi Covid-19, Ahli Justru Minta Pemerintah Contoh Negara Ini

Rabu, 05 Agustus 2020 | 09:21
Kompas.com

Indonesia Berpotensi Mengalami Resesi Ekonomi

Fotokita.net -Sama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan mengalami tekanan dengan tumbuh negatif antara 4 persen hingga 4,8 persen.

Sejumlah ahli ekonomi pun sudah meyakini Indonesia segera masuk jurang resesi.

Resesi adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara menurun.

Resesi juga bisa terjadi saat pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi berdampak langsung pada penurunan seluruh aktivitas ekonomi antara lain lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Jika ekonomi terus-terusan mengalami penurunan secara drastis, hal itu disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).

Resesi adalah salah satu kata yang ditakutkan banyak negara untuk saat ini.

Baca Juga: Sesumbar Punya Tim Riset Obat Covid-19 Hingga Bergelar Profesor, Begini Sosok Hadi Pranoto yang Lulus S3 dari IPB: Kita Anak Bangsa Bukan Penjahat Negara

Tercatat sudah ada lima negara besar dunia yang terperosok ke jurang resesi.

Penyebab utamanya adalah pandemi Covid-19 yang sebabkan krisis ekonomi.

Sudah ada enam negara yang secara resmi jatuh ke jurang resesi untuk saat ini, berikut adalah daftarnya:

Baca Juga: Disemprot IDI Gegara Klaim Temukan Obat Corona, Ternyata Formula Penyembuh Covid-19 Milik Hadi Pranoto Sudah Dapat Izin Edar dari BPOM, Inilah Penjelasannya

1. Jerman

Ekonomi Jerman mengalami kontraksi pada tingkat tertajam atau menembus rekor rekor pada kuartal kedua karena runtuhnya belanja konsumen, investasi perusahaan, dan ekspor selama puncak pandemi Covid-19.

Kondisi itu menghapus angka pertumbuhan ekonomi selama hampir 10 tahun.

Reuters memberitakan, kantor Statistik Federal mengatakan output domestik bruto di ekonomi terbesar Eropa itu menyusut 10,1% dalam basis kuartal-ke-kuartal dari April hingga Juni setelah revisi kontraksi 2,0% dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Baca Juga: Diprediksi Bakal Jadi Wuhan Gegara Banyaknya Kasus Covid-19, Kini Surabaya Masuk Zona Hijau, Risma Bongkar Rahasianya

Penurunan ini merupakan yang paling curam sejak badan statistik mulai mengumpulkan data pertumbuhan triwulanan pada tahun 1970 dan lebih buruk dari kontraksi 9% yang diprediksi oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

"Sekarang sudah resmi, ini adalah resesi seabad," kata ekonom DekaBank Andreas Scheuerle.

2. Hong Kong

Setelah sebelumnya ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi pertama kalinya dalam satu dekade tahun 2019 kemarin akibat protes anti pemerintah, Hong Kong mengalami kontraksi ekonomi lagi.

Baca Juga: Tinggal Selangkah Lagi Kabar Gembira Buat ASN Jadi Nyata, Gaji Ke-13 PNS Cair di Pertengahan Bulan Ini, Berikut Daftar Penerima dan Besarannya

Tahun 2019, selain akibat protes anti pemerintah yang disertai kekerasan, juga disebabkan tarif perdagangan antara Washington dan Beijing pada kuartal terakhir tahun lalu.

Melansir Reuters, ekonomi Hong Kong menyusut 0,4% yang disesuaikan secara musiman pada Oktober-Desember dari kuartal sebelumnya, versus kontraksi 3,0% yang direvisi pada Juli-September.

Secara tahunan, ekonomi menyusut 2,9%, dibandingkan dengan penurunan 2,8% yang direvisi pada kuartal ketiga.

Untuk keseluruhan tahun 2019, produk domestik bruto riil mengalami kontraksi sebesar 1,2%, penurunan tahunan pertama sejak 2009.

Baca Juga: Blak-blakan Bilang Istana Buta Demokrasi, Rocky Gerung Anggap Gibran Jadi Korban Atas Ambisi Ayahnya Sendiri: Jokowi Lebih Otoriter Dibanding Pak Harto

3. Korea Selatan

Perekonomian Korea Selatan mencatat resesi teknis pertama sejak 2003 pada kuartal Juni.

Pembatasan aktivitas akibat dari pandemi virus corona menekan kegiatan ekonomi dan permintaan global.

Melansir Reuters, bank sentral Korsel mengatakan, tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel mengalami penurunan sebesar 3,3% yang disesuaikan secara musiman pada kuartal Juni.

Baca Juga: Kabar Gembira Buat Pelajar di Tengah Wabah Corona, Mendikbud Nadiem Makarim Akhirnya Bolehkan 100 Persen Dana BOS Bisa untuk Beli Kuota Internet

Sebagai perbandingan, pada kuartal sebelumnya PDB Korsel menurun 1,3%.

Kontraksi tersebut jauh lebih buruk daripada kontraksi 2,3% yang terlihat dalam jajak pendapat Reuters.

Ekspor barang dan jasa dari negara dengan perekonomian yang bergantung pada perdagangan ini anjlok 16,6%, atau mencatat angka terburuk sejak kuartal terakhir 1963.

Itu merupakan hampir 40% dari PDB nominal negara tahun lalu.

Baca Juga: Sebentar Lagi, Gaji Ke-13 PNS Masuk Rekening di Pertengahan Bulan Ini, Berikut Besarannya Berdasarkan Golongan

Konsumsi swasta, yang menghasilkan hampir setengah dari PDB negara itu, bagaimanapun, naik 1,4% berdasarkan basis kuartal-ke-kuartal, naik dari penurunan 6,5% pada kuartal Maret.

Dari tahun sebelumnya, ekonomi Korsel menyusut 2,9% pada periode April-Juni, secara tajam membalikkan ekspansi 1,4% yang terlihat pada tiga bulan sebelumnya.

Penurunan ini juga lebih curam dari penurunan 2,0% yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters.

4. Jepang

Baca Juga: Aurel Blak-blakan Jadikan Ibu Sambungnya Panutan Buat Berumah Tangga, Ashanty Malah Batalkan Rencana Lepas Spiral, Alasannya Bikin Anang Tercenung

Pixabay

Ilustrasi Jepang

Perekonomian Jepang tergelincir ke dalam jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun pada kuartal I 2020.

Kondisi ini menempatkan Jepang pada jalur kemerosotan terdalam pascaperang ketika krisis virus corona merusak bisnis dan konsumen.

"Sudah hampir pasti bahwa ekonomi mengalami penurunan yang lebih dalam pada kuartal saat ini," kata Yuichi Kodama, kepala ekonom di Meiji Yasuda Research Institute.

"Jepang telah memasuki resesi besar-besaran."

Baca Juga: Blak-blakan Akui Suaminya Senang Main Perempuan Saat Konsumsi Narkoba, Nunung Bongkar Cara Penuhi Kebutuhan Ranjang dengan Iyan Sambiran Selama di RSKO: Bayar Segitu Buat 4 Jam

Data produk domestik bruto (PDB) resmi menunjukkan, ekonomi terbesar ketiga di dunia itu mengalami penurunan tahunan sebesar 3,4% pada kuartal pertama 2020.

Sebelumnya, Jepang terakhir kali mengalami resesi di paruh kedua 2015.

5. Singapura

Ekonomi Singapura mengalami kontraksi rekor pada kuartal kedua 2020.

Baca Juga: Berbeda dengan ASN Lain yang Cuma Terima 6 Tunjangan di Luar Gaji Pokok, PNS Bea Cukai Bisa Dapat 10 Insentif Setiap Bulan, Begini Rinciannya

TheJakartaPost

Orang-orang makan di sebuah meja yang dipasang dengan psekatan di sebuah food court di Singapura ketika negara kota itu membuka kembali perekonomian di tengah wabah Covid-19.

Kondisi itu menyebabkan resesi dan menempatkan negara yang bergantung pada perdagangan tersebut pada kemerosotan terburuk yang pernah terjadi tahun ini ketika wabah virus corona mengekstraksi banyak kerugian pada bisnis.

Produk domestik bruto (PDB) anjlok dengan rekor 41,2% dalam tiga bulan yang berakhir Maret, berdasarkan basis tahunan kuartal ke kuartal, data awal dari Kementerian Perdagangan dan Industri.

Pencapaian tersebut lebih buruk daripada ekspektasi ekonom yakni 37,4% penurunan dalam jajak pendapat Reuters.

Secara year on year, PDB menukik 12,6% dibandingkan perkiraan ekonom yang mematok angka PDB di 10,5%.

Sektor manufaktur tumbuh 2,5% dari tahun lalu, terutama karena lonjakan output di sektor biomedis, meskipun itu masih lebih rendah dari kenaikan 8,2% pada kuartal pertama.

Kemerosotan PDB kali ini merupakan yang kedua kalinya secara berturut-turut bagi Singapura.

Pada kuartal I 2020, ekonomi Singapura menurun 0,3% tahun-ke-tahun (yoy) dan 3,3% kuartal-ke-kuartal.

Ini memenuhi definisi untuk resesi teknis.

Baca Juga: Saat ASN Pakai Seragam Korpri Tak Lazim Langsung Kena Tegur, Kenapa Rambut Pirang Wakil Wali Kota Palu Pasha Ungu Seperti Tak Ada Masalah? Begini Penjelasannya

6. Amerika Serikat (AS)

Perekonomian Amerika Serikat jatuh ke jurang resesi pada kuartal II 2020 setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif 32,9%.

Pada kuartal I 2020, negara adidaya ini mengalami kontraksi 5% pada ekonominya.

Tingkat konsumsi rumah tangga merosot 25%, sementara indeks harga konsumen anjlok 1,5%.

Bisa dikatakan, ini merupakan periode terburuk perekonomian AS, bahkan bila dibandingkan dengan periode Depresi Besar.

Untuk perbandingan saja, kuartal terburuk perekonomian AS selama Krisis Keuangan Global tahun 2008 adalah minus 8,4% pada kuartal IV-2008.

Sementara itu, bagaimana dengan nasib Indonesia? Akankah negara kita juga ikut menyusul masuk jurang resesi?

Baca Juga: Ada 6 Negara Maju yang Masuk Jurang Resesi, Indonesia Malah Diprediksi Jadi Negara dengan Perekonomian Terbesar ke-5 di Dunia: Penanganan Covid-19 Akan Sangat Menentukan

Badan Pusat Statistik (BPS) bakal mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 pada Rabu (5/8/2020) pukul 11.00 WIB.

Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan pengamat telah memperkirakan ekonomi bakal mengalami pertumbuhan negatif (resesi ekonomi) akibat pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi, ekonomi RI akan tertekan ke titik -4,3 persen.

"Jadi kita ekspektasi kuartal II itu kontraksi. Saya sampaikan di sini (rentang kontraksi antara) minus 3,5 persen sampai minus 5,1 persen.

Titik poin (nilai tengah) minus 4,3 persen," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR RI, Rabu (15/7/2020).

Sama dengan Sri Mulyani, Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan mengalami tekanan dengan tumbuh negatif antara 4 persen hingga 4,8 persen.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, proses pemulihan ekonomi RI akan berlangsung sangat lambat atau berbentuk huruf U (U-shape) karena tengah menghadapi masa-masa yang sangat sulit.

"Kuartal II, Kemenkeu (memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia) negatif 4 persen. (Proyeksi) BI kurang lebih angkanya sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen.

Iturangekita. DenganU-shapedrecovery, (pemulihan) relatif lambat," ujar Destry dalam konferensi video di Jakarta, Senin (20/7/2020).

Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi 4,72 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Baca Juga: Dokter Yuri Koar-koar Minta Warga Pakai Masker yang Benar, Presiden Jokowi Malah Tertangkap Kamera Pimpin Rapat Menteri Tanpa Penutup, Begini Penjelasan Istana

Banyak penyebab yang membuat ekonomi tertekan, seperti konsumsi rumah tangga yang menurun, indeks kepercayaan konsumen menurun, penjualan mobil dan motor terkontraksi, serta PMTB diperkirakan tumbuh negatif.

Bakal resesi?

Minusnya pertumbuhan ekonomi RI diyakini masih akan berlanjut pada kuartal III-2020.

Secara teknikal, bila ekonomi pada kuartal III kembali mencatatkan pertumbuhan negatif, RI masuk ke jurang resesi.

Fenomena ini merupakan yang pertama kalinya sejak krisis tahun 1998. Secara tak langsung, pemerintah sudah mengindikasikan Indonesia bisa masuk ke jurang resesi pada kuartal III-2020, menyusul negatifnya pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak kuartal II-2020.

Baca Juga: Tusuk dari Belakang Pembelian Andalan Rusia Sukhoi SU-35, Amerika Banggakan Keunggulan Jet Tempur F-35 Lightning II Kepada Menhan Prabowo

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,8 persen pada kuartal II-2020.

Adapun pada kuartal III-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus 1 persen atau tumbuh 1,2 persen.

Sementara itu, Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri meyakini Indonesia akan mengalami resesi.

Dari hitung-hitungannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh minus pada kuartal II-2020 dengan kisaran minus 2,8 persen hingga minus 3,9 persen.

Resesi atau tidak, contoh China

Terlepas bakal resesi atau tidak, Josua Pardede menyarankan Indonesia becermin pada China.

Pertumbuhan positif negara "Tirai Bambu" ini patut diacungi jempol usai membukukan pertumbuhan negatif yang curam.

Baca Juga: Video Manji Soal Obat Corona Dihapus YouTube, Nama Ariel Noah Malah Trending, Ucapannya Ke Anji Terbukti: Kalau Nggak Nguasai Gue Nggak Mau Ngomong

Sebagai informasi, China sempat mencatatkan PDB terkontraksi 6,8 persen pada kuartal I-2020 sejak pandemi Covid-19 menyerangnya di akhir 2019. Namun, pertumbuhan ekonomi kembali menyentuh angka positif 3,2 persen pada kuartal II-2020, meski negara Xi Jinping tak berani menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020.

Indonesia, kata Josua, perlu memitigasi kemunculan resesi sebelum terlambat. Caranya adalah mempercepat penyaluran bantuan sosial secara tepat sasaran dalam bentuk tunai dan stimulus lainnya yang mampu menopang ekonomi.

Sekalipun nantinya terjadi resesi, percepatan penyaluran stimulus akan membuat ekonomi kembali positif pada kuartal IV-2020.

"Dia (China) bukan hanya stimulusnya yang cepat, tapi penanganan Covid-nya juga sangat baik.

Jadi artinya, ini harus jadi contoh sukses sebagai negara yang bisa keluar dari jebakan ataupun jeratan resesi," kata Josua, Senin (3/8/2020).

(Fika Nurul Ulya/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma