Fotokita.net -Sebelum lengser dari tugasnya sebagaiJuru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Dokter Achmad Yurianto berkali-kali bicara soal penggunaan masker dengan benar.
Meski begitu, Presiden Joko Widodo malah tertangkap kamera tak memakai masker saat memimpin rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan pentingnya penggunaan masker demi mencegah penularan virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2).
Ia mengatakan, berdasarkan penelitian, penularan Covid-19 kebanyakan terjadi karena seseorang tidak mengenakan masker saat di luar rumah.
"Salah satu faktor yang menyumbang kasus positif terbanyak adalah ketidakdisiplinan menggunakan masker.
Karena itu, kami mengingatkan gunakan masker. Gunakan masker yang nyaman," ucap Yuri dalam konferesi pers dari Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (11/7/2020).
Yuri menjelaskan, masyarakat dapat menggunakan masker kain atau masker kertas sekali pakai.
Jika menggunakan masker kain, ia menyarankan agar masyarakat memilih masker dengan desain dan bahan yang nyaman.
"Masker kain sebenarnya memiliki kualitas yang cukup bagus, tapi jika desainnya terlalu ketat menutup hidung, ini juga membuat tidak nyaman," kata dia.
Orang Kaya India Beli Masker Emas, Harganya Setara 11.400 Porsi Sempol
Sementara itu, Yuri juga mengatakan bahwa saat ini masker kertas sekali pakai sudah dapat dibeli masyarakat dengan harga yang terjangkau.
"Masker kertas atau yang digunakan tenaga medis itu juga menjadi salah satu contoh masker yang bisa digunakan.
Saat ini kita sudah bisa mendapatkan di mana-mana dengan mudah. Karena itu, gunakan masker menjadi penting," tegasnya.
Ia pun mengatakan menggunakan pelindung wajah atau face shield tanpa masker tidak akan memberikan perlindungan yang utuh.
Yuri menegaskan menggunakan masker tetap wajib meski sudah menggunakan face shield.
"Kami mengibaratkan penggunaan face shield tanpa masker, ibarat orang yang hanya menggunakan payung yang bisa melindungi tetesan air dari atas tapi tidak melindungi dari samping," kata Yuri.
"Karena itu tetap gunakan masker sebagai pengaman.
Ibaratnya menggunakan jas hujan yang penuh sehingga tidak hanya tetesan dari atas, tapi dari samping juga kita bisa hindari," imbuhnya.
Viral Foto Spanduk Pejabat Depok Memakai Masker Editan, Pemkot Angkat Bicara
Achmad Yurianto juga meminta masyarakat menggunakan masker secara benar dan tidak menurunkannya ke dagu.
Menurut Yuri, menurunkan masker ke dagu justru dapat mencemari bagian dalam masker dengan penyakit yang mungkin menempel di dagu.
"Menurunkan masker ke dagu itu sama dengan mencemari bagian dalam masker dengan penyakit yang mungkin nempel di dagu, sehingga kalau kemudian (masker) kita naikkan lagi ke atas itu tidak memberikan makna yang baik untuk kita," kata Yuri di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (12/7/2020).
Yuri menyebut, jika memang terpaksa melepas masker seperti saat akan makan atau berbicara di sebuah forum, hendaknya masker benar-benar dilepas dan bukan menurunkannya ke dagu.
Namun demikian, masker yang dilepas tetap harus dijaga bagian dalamnya supaya tidak tercemar penyakit.
Suasana denda pada mereka yang tidak pakai masker. Dari awal merasa kebal hingga tak patuh pada protokol kesehatan Covid-19.
"Kalau memang terpaksa harus melepas masker, lepas. Jangan disangkutkan di dagu karena droplet kita atau kuman penyakit yang ada di luar yang mungkin nempel di dagu akan pindah ke bagian dalam dari masker kita," ujar Yuri.
Ia pun menyarankan agar masyarakat menggunakan masker yang nyaman digunakan dalam waktu lama.
Masker yang nyaman, kata Yuri, yang memberikan cukup ruang antara masker dengan lubang hidung sehingga tak mengganggu pernapasan.
"Yang tidak nyaman akan membuat orang menjadi tidak biaa bertahan lama menggunakan masker. Oleh karena itu, pilihlah masker yang nyaman," kata dia.
Selain menggunakan masker secara benar, Yuri mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 lainnya seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir serta berjaga jarak.
Pj Walikota Makassar, Rudy Djamaluddin sidak warga malam hari tanpa masker
Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju tertangkap kamera tidak menggunakan masker saat rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/8/2020).
Foto-foto rapat tersebut diambil oleh pihak Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
Di media sosial, foto itu salah satunya dibagikan oleh akun Twitter resmi milik Sekretariat Kabinet.
Dalam foto terlihat Presiden yang duduk di tengah memimpin rapat tanpa menggunakan masker.
Sementara, sejumlah menteri tampak ada yang memakai masker dan ada yang tidak.
Menteri yang tidak mengenakan masker misalnya Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, serta Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD.
Sedangkan, menteri yang terlihat menggunakan masker antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Ada juga yang terlihat menggunakan masker di satu foto, tetapi dalam foto lain saat rapat tersebut tidak mengenakan masker, seperti Airlangga Hartarto.
Di jagat Twitter, sejumlah netizen memang terlihat mempermasalahkan Jokowi dan sejumlah menteri yang tidak menggunakan masker saat rapat.
Akan tetapi, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menjelaskan, dalam rapat yang membahas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional itu, Jokowi dan seluruh menteri awalnya mengenakan masker sesuai protokol yang telah ditetapkan.
Namun demikian, Presiden dan beberapa menteri kemudian mencopot masker yang dikenakan.
"Buka (dan) tutup masker," kata Heru saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (4/8/2020).
Meski Jokowi dan sejumlah menteri melepas masker, namun Heru menilai rapat tersebut relatif aman dari potensi penularan Covid-19 karena sudah dipasang pembatas. "Sudah ada kaca akrilik," kata dia.
Selain itu, jarak tempat duduk juga sudah diatur sehingga tidak terlalu rapat.
Heru juga sebelumnya memastikan semua orang yang bertemu Presiden, termasuk para menteri, harus menjalani swab test dan rapid test.
Swab test dilakukan sehari sebelumnya, sementara rapid test dilakukan saat tiba di Istana Kepresidenan.
"Walaupun sudah dilakukan swab, di hari H-nya akan dilakukan rapid test," ujar Heru.
(Ihsanuddin/Kompas.com)