Fotokita.net - Setelah sekitar satu bulan tidak ada kasus infeksi, Kota Wuhan, China, kembali mengumumkan adanya klaster baru Covid-19.
Kasus itu memunculkan kekhawatiran bahwa "Negeri Panda" akan mengalami gelombang penularan baru, di tengah kelonggaran karantina di beberapa wilayah.
Lima kasus infeksi baru ditemukan di satu distrik permukiman Wuhan, kota yang pertama kali mendeteksi adanya Covid-19 sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Dilansir AFP, Senin (11/5/2020), ibu kota Provinsi Hubei itu baru empat pekan "bebas" dari lockdown yang diterapkan pada Januari lalu.
Tidak hanya di Wuhan, infeksi baru sebanyak tiga kasus juga ditemukan di Shulan, kota yang berlokasi di kawasan timur laut China.
Otoritas kota berpenduduk 670.000 orang itu langsung menerapkan perintah tinggal di rumah dan larangan bepergian buntut temuan tersebut.
Virus corona pertama kali ditemukan pada Desember 2019, menjangkiti Wuhan sebelum menjalar ke kota di seluruh wilayah Provinsi Hubei.
Pemerintah lokal menerapkan aturan draconian (diambil dari nama politisi kuno Athena, Draco) melalui lockdown, melarang bepergian dan keluar rumah, yang tampaknya dianggap sukses menangkal penyebaran.
Masa karantina selama 11 pekan itu kemudian diangkat pada awal April, setelah otoritas mengklaim jumlah kasus semakin sedikit.

:quality(100)/photo/2020/04/15/776046654.jpg)
Covid-19
Namun pada Minggu (10/5/2020), pemerintah Wuhan mengakui ada satu orang yang positif, disusul lima orang lainnya keesokan harinya.
Dikatakan bahwa kasus baru itu berasal dari permukiman yang sama, di mana kebanyakan penderita merupakan warga berusia lanjut.
Dampaknya, pejabat setempat langsung dicopot karena dianggap "tidak becus" dalam memberikan instruksi pencegahan penularan.
Kemudian, terdapat juga 11 kasus orang tanpa gejala (OTG) di kawasan lainnya. China disebut memisahkan OTG dengan penderita yang menunjukkan gejala.
Selain itu, kabar mengkhawatirkan lainnya, Shulan mencanangkan adanya klaster baru menyusul temuan tiga infeksi di sana.
Media pemerintah CCTV mengabarkan, segala layanan transportasi seperti taksi dan kereta yang meninggalkan kota langsung dibekukan.
Petugas medis membawa seorang pasien yang diduga terinfeksi virus misterius mirip SARS, ke rumah sakit Jinyintan, di Kota Wuhan, China, Sabtu (18/1/2020).
Musibah kembali menghantam Kota Wuhan di China. Usai dihantam pandemi virus corona, kini kota itu diterjang banjir besar.
China pada Minggu (19/7/2020) menaikkan tingkat siaga banjir di area Sungai Huai ke Tingkat II dari Tingkat III.
Tingkat II merupakan yang tertinggi kedua dalam skala empat tingkat di "Negeri Panda".
Banjir merendam Wuhan dan wilayah lainnya usai hujan lebat berhari-hari, dan diprediksi belum akan berakhir.
Ketinggian air di 10 pintu air Sungai Huai melebihi batas peringatan yakni 6,85 meter, menurut Komisi Sungai Huaihe dari Kementerian Sumber Daya Air China yang dikutip Reuters.
Pantauan dari langit memperlihatkan permukiman direndam banjir akibat luapan Sungai Yangtze di Jiujiang, Provinsi Jiangxi, China, pada Sabtu (18/7/2020).
Sungai Huai yang membentang sepanjang 1.000 kilometer (km) menjadi sumber irigasi utama dan mengaliri pusat-pusat manufaktur di Provinsi Henan, Anhui, serta Jiangsu.
Hujan deras dilaporkan mengguyur China selama 2 minggu dari Chongqing di barat daya sampai Shanghai di pantai timur.
Beberapa daerah di sepanjang Sungai Yangtze termasuk Wuhan di Provinsi Hubei dan di provinsi Jiangxi menyatakan peringatan banjir tertinggi.
"Banjir terjadi bersamaan di Sungai Yangtze, Sungai Huai, dan Danau Tai... Situasi pencegahan banjir sangat parah," kata Kementerian Sumber Daya Air.
Luapan air Sungai Yangtze di Nanjing, China, pada Minggu (19/7/2020).
Ketinggian air di wilayah itu kemungkinan akan melebihi tingkat maksimal yang dapat ditampung, demikian keterangan tambahan dari kementerian.
Di Danau Tai yang merupakan perbatasan Provinsi Jiangsu dan Zhejiang, ketinggian airnya sudah naik di atas batas aman, ujar pemerintah China.
Hujan di musim panas membawa banjir ke negara pimpinan Xi Jinping itu hampir setiap tahun.
Namun tahun ini dampak yang ditimbulkan semakin terasa, seiring pandemi virus corona yang masih melanda dunia.
(Kompas.com)