Akui Tak Pernah Ada Inspirasi Khusus, Penyair Sapardi Djoko Damono Cuma Bilang Begini Saat Tahu Puisi Magisnya Dipakai Buat Ngegombal Anak-anak Milenial

Minggu, 19 Juli 2020 | 11:13
Gramedia.com

Sastrawan Senior Indonesia, Sapardi Djoko Damono Tutup Usia

Fotokita.net - Dunia sastra dan seni Indonesia berduka. Salah seorang putra terbaiknya, Sapardi Djoko Damono tutup usia.

Ya, sastrawan senior sekaligus penyair kondang Indonesia Sapardi Djoko Damonomeninggal dunia.

Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun pada pukul 09.17 WIB, Minggu (19/7) pagi.

"Sugeng tindak, Penyair 'Hujan Bulan Juni' Sapardi Djoko Damono. Semoga husnul khatimah," ujar Akhmad Sahal, Pengurus Cabang Istimewa NU di Amerika, melalui akun Twitter @sahaL_AS.

Baca Juga: Penyair Sapardi Djoko Damono Tutup Usia, Ternyata Sang Sastrawan Tak Mampu Melawan Penyakit Ini, Sudah Bolak-balik Dirawat di Rumah Sakit

Pemimpin Redaksi Tempo juga mengucapkan salam perpisahannya. "Selamat jaln penyair rendah hati: Sapardi Djoko Damono," tuturnya lewat akun @arifz_tempo.

Rumah Sakit BSD Eka Hospital membenarkan kabar meninggalnya sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono.

Baca Juga: Penyair Kondang Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Ternyata Sang Sastrawan Lahirkan Karya-karya Magisnya Justru Bermula dari Sini

"Betul, beliau sudah berpulang," tutur Marketing Communication Manager RS Eka Hospital Erwin Suyanto dalam pesan teks saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (19/7/2020).

Erwin menjelaskan, penyebab sastrawan kelahiran 20 Maret 1940 itu meninggal dunia disebabkan oleh penurunan fungsi organ.

"Penurunan fungsi organ ya," kata dia.

Baca Juga: Nama Negaranya Sudah Hilang dari Google Maps, Ternyata Palestina Terus Berperang Lawan Israel Justru Bermula dari Akar Masalah yang Tak Disangka-sangka Ini

Penyebab kematian dan penjelasan lebih detail dilimpahkan oleh pihak keluarga. "Untuk selanjutnya keluarga akan memberikan keterangan ya," kata dia.

Adapun sebelumnya beredar dalam pesan Whatsapp sastrawan kelahiran 20 Maret 1940 itu meninggal dunia pukul 09.17 di RS Eka Hospital BSD Tangerang Selatan.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB," tulis pesan tersebut.

Sapardi merupakan sastrawan Indonesia yang aktif sejak 1950an sampai akhir hayatnya.

Lelaki ramah itu tak hanya menulis banyak sajak yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, namun juga esai dan cerita pendek.

Jelang akhir tahun 1980-an, puisi-puisi Sapardi mulai dimusikalisasi dan membuatnya makin populer.

Dari puluhan buku yang pernah ditulis oleh Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni (1994) adalah salah satu yang paling terkenal.

Baca Juga: Sule Bongkar Konflik Besarnya dengan Andre Taulany, Azis Gagap Lagi-lagi Dibikin Makan Hati Hingga Harus Ngemper di Depan Rumah Mewah Sang Komedian Kondang

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu…

Mungkin10 tahun yang lalu puisi karya Sapardi Djoko Damono ini hanya mentok di meja mahasiswa jurusan sastra.

Seiring perkembangan zaman, puisi itu kini menjelma menjadi “ayat-ayat cinta” yang kerap dipakai anak-anak milenial untuk menggombali kekasih.

Baca Juga: Rintis Karir dari Panggung Kampung Hingga Menderita Komplikasi Penyakit, Mandra Kenang Kelakuan Mendiang Omas Wati yang Bikin Gemas Keluarga: Liat Dokter Aja Dia Lari

Diksinya yang sederhana sehingga maknanya relatif mudah dimengerti membuat puisi ini menjadi sangat “hits” di kalangan anak muda.

Maraknya gombalan anak milenial dengan memakai puisi "Aku Ingin" ditanggapi santai oleh sang penyairSapardi Djoko Damono.

Saat dihubungi Liputan6.com beberapa waktu lalu, Sapardi mengatakan, bukankah saat ini banyak orang bahkan menggunakan kutipan ayat-ayat kitab suci untuk menggombali orang?

Karya sastra, khususnya puisi, tidak perlu diberi jarak dengan orang-orang. Puisi, menurut dia, adalah hasil karya manusia yang biasa saja, sama dengan yang dihasilkan orang-orang kreatif lainnya.

“Anggapan puisi sebagai suatu yang adiluhung bagi saya merupakan anggapan yang mengerikan sekali. Anggapan yang penuh kata-kata kosong begitu bagi saya malah merendahkan atau bahkan meledek puisi,” kata Sapardi.

Baca Juga: Terlanjur Viral di Media Sosial, Video Artis FTV Hana Hanifah Disebut Joget TikTok di Kantor BIN Jadi Sorotan, Akhirnya Lembaga Rahasia Negara Buka Suara

Beberapa waktu lalu sastrawan senior Indonesia Sapardi Djoko Damono mengaku tidak butuh inspirasi dalam menulis.

Menurutnya dalam menulis dia cukup hanya dengan bermodalkan niat.

"Inspirasi itu sebetulnya saya tidak pernah ada inspirasi, tapi keinginan dan niat jadi seseorang.”

Grid.id

Sapardi Djoko Damono.

“Menulis tuh kalau ada niat," ujar Sapardi Djoko Damono saat ditemui Grid.ID di sela-sela launching buku Hujan Bulan Juni Versi Mandarin di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Rabu (1/11/2017).

Lebih lanjut, sastrawan berusia 77 tahun ini mengatakan bahwa niat dalam menulis diperlukan untuk menyelesaikan suatu karya sastra.

Sebab, jika punya niat, semua yang ada di dalam kepala otomatis akan keluar dengan sendirinya.

Baca Juga: Sepatu Sneakers Kotor Usai Hunting Foto, Tak Perlu Repot Cuci ke Laundry, Begini Trik Mudah Bersihkan Alas Kaki Hingga Kinclong Lagi Cuma dengan Baking Soda

Sapardi Djoko Damono saat dijumpai Grid.ID di sela-sela launching buku Hujan Bulan Juni Versi Mandarin di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Rabu (1/11/2017).

"Kalau kita punya niat nulis, semua yang ada di kepala kita itu keluar.”

"Bukan hanya kejatuhan wahyu atau apa, nggak ada itu nggak ada," tutup Sapardi Djoko Damono.

(Kompas.com/Liputan6.Com/Grid.ID)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma