Secapa AD Bandung Jadi Klaster Baru Hingga Bikin Kasus Corona Melonjak Drastis, Indonesia Disebut Alami Fase Berbahaya di Bulan Ini, Kapan Wabah Covid-19 Akan Berakhir?

Sabtu, 11 Juli 2020 | 14:56
Gerry Lotulung/kompas.com

Ilustrasi pemakaman korban Covid-19

Fotokita.net - Kasus corona di Indonesia masih terus bertambah. Kemarin (9/7/2020) bahkan memecahkan rekor harian yaitu 2.657 kasus.

WHO memperingatkan bahwa pandemi ini masih jauh dari "akhir". Oleh karena itu, mereka mengimbau orang-orang untuk selalu waspada dan menjaga protokol kesehatan.

Jawa Barat menjadi provinsi dengan penambahan kasus Covid-19 tertinggi pada Kamis (9/7/2020).

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, ada penambahan 962 kasus baru di provinsi tersebut.

"Kita mendapat tambahan yang cukup banyak dari Provinsi Jawa Barat sebanyak 962 kasus," ujar Yurianto dalam dalam konferensi persnya di Graha BNPB, Jakarta, Kamis sore.

Baca Juga: Abdi Negara Segera Tambah Gembira, Tak Cuma Dapat Gaji ke-13 Tahun Ini PNS Bakal Terima Kenaikan Uang Pensiun Sampai Rp 20 Juta

Jumlah kasus Covid-19 ini melonjak dari sehari sebelumnya yang hanya 96 kasus baru.

Menurut Yurianto, lonjakan ini terjadi karena terdapat klaster baru di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD).

Adapun secara nasional, penambahan kasus Covid-19 yang dilaporkan pada Kamis mencapai 2.657 kasus. Sehingga, total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 70.736 kasus.

Baca Juga: 17 Tahun Jadi Buronan Mabes Polri Hingga Kabur ke Belanda, Begini Rekam Jejak Maria Pauline Lumowa yang Membobol Bank BNI Senilai Rp 1,7 Triliun

Secapa AD jadi klaster baru

Yurianto menyebut Secapa AD di Bandung menjadi klaster baru penularan Covid-19.

Menurutnya, penyelidikan epidemiologi terkait klaster ini sudah selesai dilakukan sejak 29 Juni lalu.

"Kita dapatkan keseluruhan yang positif dari klaster ini sebanyak 1.262 orang. Ini terdiri dari peserta didik dan beberapa tenaga pelatih di sana," kata Yurianto.

Baca Juga: Bak Pahlawan Sejati, Begini Detik-detik Suami Peluk Istri yang Hamil 7 Bulan Saat Ditodong Senjata Api Oleh Begal, Akhirnya Terpaksa Pulang Jalan Kaki

Dari 1.262 orang yang positif, hanya ada 17 orang yang kini dirawat dan diisolasi di rumah sakit karena mengalami keluhan, seperti demam, batuk, dan gangguan pernapasan.

Sedangkan 1.245 orang dalam kondisi tanpa keluhan apa pun, sehingga dilakukan karantina mandiri.

Baca Juga: Muak dengan Ulah China yang Makin Seenaknya, Negara-negara Asia Siap Berjuang Mati-matian Lawan Tiongkok, Kini Musuh Negeri Panda Bertambah Satu Lagi

Secapa AD dijaga ketat

Merujuk perkembangan terbaru ini, Yurianto menyebut Kompleks Secapa AD sedang menjalani karantina dan isolasi.

Kompas.com

Ilustrasi Sekolah Calon Perwira TNI AD (Secapa AD)

"Seluruh komplek pendidikan perwira AD di Bandung kita lakukan isolasi, karantina," tuturnya.

Ia juga menjamin, tidak ada aktivitas orang keluar masuk di Kompleks Pendidikan Perwira AD tersebut.

Baca Juga: Kabar Baik Buat Para Abdi Negara, Sri Mulyani Akhirnya Berikan Jawaban Soal Besaran Gaji Ke-13 untuk PNS Golongan I Sampai IV, Inilah Jadwal Pencairannya

"Dan kita larang ada pergerakan orang masuk atau keluar komplek. Pengawasan dilakukan dengan ketat oleh unsur kesehatan Kodam III Siliwangi yang memantau terus menerus sepanjang hari," ujar Yurianto.

Dengan melakukan sejumlah langkah antisipasi itu, Yurianto menyatakan, pemerintah ingin memastikan tidak terjadi penularan Covid-19 hingga keluar kompleks Secapa AD.

"Kami memastikan tidak akan terjadi penularan keluar kompleks karena kami menjaga secara ketat agar betul-betul pelaksanaan karantina kewilayahan dilakukan secara maksimal," ujar dia.

Baca Juga: Dulu Nikmati Pembangunan Jor-joran dari Penguasa Orde Baru Sebagai Provinsi Bontot, Kini Timor Leste Makin Menderita Setelah Berpisah dengan Indonesia: Sudah Miskin Ekonominya Juga Terancam Bangkrut

Tribunjabar

Secapa TNI AD di Bandung mendadak jadi kluster baru COVID-19

Lantas kapan pandemi akan berakhir?

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman mengaku tidak bisa memprediksi kapan tepatnya pandemi akan berakhir.

Namun Dicky memberikan tanda-tanda kapan pandemi akan mereda.

"Pandemi di mana pun dan kapan pun hanya akan selesai atau berakhir jika terpenuhi salah satu dari tiga pilihan (tanda)," ujarnya, Jumat (10/7/2020).

Baca Juga: Seharusnya Dipegang Kementerian Pertanian, Jokowi Mendadak Tunjuk Prabowo Jadi Kepala Proyek Lumbung Pangan Nasional, Ternyata Kepala Negara Punya Alasan Khusus Ini

Pertama, ditemukannya obat definitif yang efektif untuk menyembuhkan penyakit Covid-19 atau setidaknya mencegah terjadinya infeksi (profilaksis atau PreP).

Kedua, ditemukannya vaksin yang dapat memberikan kekebalan efektif terhadap serangan virus SARS-CoV-2.

"Lalu ketiga yakni terjadinya kekebalan alamiah yang timbul setelah sebagian besar manusia terinfeksi Covid-19," katanya lagi.

Penemuan obat Covid-19

Dicky optimistis memprediksi akhir tahun ini atau awal tahun obat Covid-19 akan ditemukan.

Sementara itu untuk vaksin paling cepat diperkirakan pertengahan atau akhir tahun depan.

Namun, dirinya memperkirakan paling cepat vaksin ditemukan awal tahun atau pertengahan tahun depan.

Melihat kebijakan pemerintah RI saat ini dan masih banyaknya orang yang tidak taat protokol kesehatan, hal itu bisa berpengaruh dalam meningkatkan potensi jumlah kasus, baik kasus positif maupun meninggal.

Baca Juga: Sungguh Tragis, Mempelai Wanita yang Baru Menikah Beberapa Hari Digagahi Mertuanya Sendiri, Aksi Bejat Itu Malah Direkam Kakak Ipar, Alasannya Benar-benar Enggak Masuk Akal

Dicky telah menyampaikan analisisnya terkait fase rawan di Indonesia ke pemerintah.

Menurutnya Indonesia akan memasuki fase rawan atau berbahaya bulan Juli-September. Hal itu karena pelonggaran PSBB oleh pemerintah.

"Terutama karena ini proses akumulasi penularan eksponensial dari waktu ke waktu dan pada akhirnya memang akan semakin banyak mengenai orang yang rentan atau memiliki komorbid (penyakit penyerta)," katanya.

Hal itu, imbuhnya akan meningkatkan orang yang bergejala sedang sampai parah.

Proses pelacakan kasus dan isolasi

Baca Juga: Jangan Pernah Minum Teh Berbarengan dengan Obat, Jika Tak Ingin Hal Mengerikan Mengintip Tubuh Kita, Begini Penjelasan Ahli

Rekomendasinya untuk pencegahan adalah dengan cara meningkatkan tes lacak dan isolasi. Selain itu 3M dan 3R.

Yang dimaksud 3M adalah Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga jarak. Selain itu hindari 3R, yaitu Ramai, Ruangan, dan Rapat (jarak orang terlalu banyak dan dekat) agar aman.

Direkomendasikan juga bagi para pegawai atau karyawan yang memiliki komorbid agar diperhatikan oleh pemerintah/BUMN/perusahaan untuk tetap bekerja di rumah sampai setidaknya Oktober.

"Lalu nanti di bulan Oktober dievaluasi lagi," imbuhnya.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma