Muak dengan Ulah China yang Makin Seenaknya, Negara-negara Asia Siap Berjuang Mati-matian Lawan Tiongkok, Kini Musuh Negeri Panda Bertambah Satu Lagi

Rabu, 08 Juli 2020 | 09:29
AsiaViews

Ilustrasi pasukan negara-negara di Asia untuk bertempur dengan China

Fotokita.net - Ulah China yang semakin nakal dengan negara tetangga memicu amarah.

Negara-negara yang selama ini direcoki China bersiap melakukan perlawanan dari berbagai bidang.

Salah satu contohnya, India menaikkan tarif pajak impor barang dari China. India juga melarang investasi dari China.

India pun telah memblokir banyak aplikasi-aplikasi dari China dan lain sebagainya.

Baca Juga: China Makin Cuek Serobot Wilayah Tetangga Hingga Banyak Negara Lakukan Boikot, Prabowo Subianto Ternyata Justru Terima Telepon dari Menteri Pertahanan Tiongkok, Begini Isi Pembicaraannya

Para penduduk India juga beramai-ramai memboikot produk "Made in China".

Gerakan tersebut juga semakin masif kala pemerintah India meminta situs jual beli daring skala internasional, Amazon, menunjukkan negara pembuat produknya.

Langkah-langkah yang diambil pemerintah India dan penduduk India merupakan buntut dari bentrok berdarah antara tentara India dengan tentara China di perbatasan India-China bulan lalu.

Puluhan tentara India tewas dalam tragedi berdarah itu.

Baca Juga: Belum Cukup Laut China Selatan dan Lembah Galwan, Tiongkok Ketahuan Incar Tanah Negara yang Tak Disangka-sangka Ini, Kini Indonesia Siapkan Natuna Jadi Garis Depan Sengketa

Di Asia Tenggara, Filipina siap angkat senjata atas klaim China di Laut China Selatan.

Ketegangan antara Filipina dengan China memuncak ketika kapal nelayan Filipina ditenggelamkan di perairan Filipina oleh kapal China.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyebut kapal-kapal perang milik China berlayar semakin dekat ke perairan Filipina.

AS yang sudah perang dagang dengan China dan kesal dengan ulah China pun menggerakkan kekuatan militernya.

Baca Juga: Xi Jinping Gelar Latihan Militer untuk Muluskan Kekuasaan di Laut China Selatan, Amerika Gerak Cepat Kirim 2 Kapal Induk ke Perairan Sengketa Itu, 2 Negara ASEAN Makin Ketar-ketir

Angkatan Laut Amerika Serikat menggelar latihan dua kapal induknya di Laut China Selatan, tepatnya di perairan Filipina.

Latihan Angkatan Laut Amerika Serikat itu merupakan buntutpemberlakuan Undang-undang (UU) Keamanan Nasional di Hong Kong oleh otoritas China.

Pemberlakuan UU tersebut memicu protes besar pada Rabu (1/7/2020) namun dipatahkan oleh pihak kepolisian.

Baca Juga: Masih Ingat Enzo Zenz Allie? Taruna Akmil Keturunan Perancis yang Viral Gegara Diduga Simpatisan Organisasi Terlarang, Begini Kabarnya Sekarang Setelah Bertemu Menhan Prabowo

New York Times
New York Times

China

Beberapa warga Hong Kong ditangkap. UU itu mengekang kebebasan demokrasi bagi warga Hong Kong dan melarang tindakan subversif, pemisahan diri, terorisme, dan berkolusi dengan tentara asing.

Atas penerapan UU tersebut, sejumlah negara di dunia, sebagai contoh Inggris dan Kanada, menawarkan kewarganegaraan bagi warga Hong Kong.

Di sisi lain, perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei, kini juga diblokir dari pengembangan jaringan 5G di sejumlah negara.

Baca Juga: Indonesia Bangga Masuk Kategori Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas, Warga di Daerah Ini Beli Mi Instan dengan 2 Gram Emas: 'Tuhan Berikan Hasil Emas Bagi Kami'

Australia mengerahkan tentara siber untuk mempertahankan diri dari serangan siber setelah tensi dengan China meningkat.

Pada Rabu, Kongres AS dengan suara bulat memberikan sanksi bagi China atas UU Kemanan Nasional yang diterapkan di Hong Kong.

China kembali memperkeruh suasana perdamaian dengan menambah jumlah negara yang dimusuhi, kali ini, China menggertak Kanada.

China Military
China Military

Semakin Perkeruh Kedamaian Dunia, China Tambah Satu Negara Sebagai Daftar Musuhnya

China mengeluarkan travel warning untuk Kanada pada Senin (6/7/2020). China juga mengancam hubungan bilateral kedua negara dapat memburuk.

Gertakan ini merupakan buntut kebijakan Kanada yang menangguhkan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong dan menghentikan ekspor perlengkapan militer ke sana.

Senada dengan Kanada, negara-negara Barat lainnya juga kompak menyuarakan keprihatinan tentang dampak UU Keamanan Nasional di Hong Kong yang berpengaruh kepada hak-hak istimewa kota tersebut.

Baca Juga: Dulu Punya Prestasi Mentereng Hingga Fotonya Jadi Viral, Mantan Menteri Jokowi Ini Jadi Petani Sayur di Antara Hutan Beton Jakarta, Sebentar Lagi Duduki Posisi Bergengsi di Perusahaan Mutinasional

"China dengan keras mengecam ini dan menyatakan haknya untuk membuat tanggapan lebih lanjut." kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada pertemuan rutin.

"Semua konsekuensi yang timbul darinya akan ditanggung oleh Kanada," lanjutnya dikutip dari AFP Senin (6/7/2020).

Baca Juga: Jadi Sarang Virus Corona Terbesar di Dunia, Militer Brasil Mati-matian Tembus Belantara Demi Berikan Bantuan, Tapi Barang Terbawa Malah Zat Berbahaya

Navy Office of Information
Petty Officer 3rd Class Keenan Daniels

Ilustrasi kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang bersiap menuju Laut China Selatan.

Kedutaan Besar China di Ottawa secara terpisah mengeluarkantravel warning,dan mendesak warganya untuk tetap berhati-hati karena "tindakan kekerasan yang sering dilakukan lembaga penegak hukum di Kanada, telah memicu banyak demonstrasi."

Sementara itu tak lama setelah UU Keamanan Nasional diberlakukan, Kanada telah memperbarui aturan perjalanan ke Hong Kong, sehingga warga Kanada dapat merasakan bagaimana hukum yang ditegakkan China ini akan berdampak ke mereka.

Hubungan antara Beijing dan Ottawa telah memburuk sejak pihak berwenang Kanada menangkap salah satu petinggi Huawei, Meng Wanzhou, pada Desember 2018.

Baca Juga: Tangan Kanan Soeharto Akali Pembelian Pesawat Tempur dari Israel, Komandan Teknisi TNI AU Ternyata Bikin Keputusan Aneh Saat Jet Bekas Itu Tak Juga Berhasil Diperbaiki: 'Tanam Kepala Kerbau'

Sebagai balasan, China kemudian menahan dua orang Kanada termasuk seorang mantan diplomat.

"Setiap upaya dalam menekan China tidak akan pernah berhasil," ujar Zhao. Kemudian Zhao mengatakan, Kanada mengambil kebijakan yang salah terhadap China, dan dia mendesak Kanada untuk segera memperbaikinya.

"Berhenti mencampuri urusan Hong Kong dan urusan dalam negeri China dengan cara apa pun, untuk menghindari keretakan lebih lanjut terhdadap hubungan bilateral China-Kanada," pungkasnya.

(Danur Lambang Pristiandaru/Shintaloka Pradita Sicca/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma