Fotokita.net - Pakar militer China menyebutkan, Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) saat ini memiliki kesiapsiagaan perang yang sangat tinggi di semua lini.
"Tetapi, meskipun ada ketegangan, risiko konflik militer berskala besar tetap sangat rendah berkat kekuatan dan pencegahan strategis PLA," kata Wei Dongxu, pakar militer yang berbasis di Beijing, kepadaGlobal Times.
Menurut Wei, Amerika Serikat (AS) tidak mungkin berbaris ke garis depan sendiri. Karena itu, negeri uak Sam mengambil keuntungan dari ketegangan antara India dan China di perbatasan yang disengketakan.
MelansirGlobal Times, mulai Rabu (1/5)selama lima hari, Badan Keselamatan Maritim China mengumumkan, PLA menggelar latihan militer di perairan Kepulauan Xisha di Laut China Selatan, dekat Vietnam.
Surat kabar Vietnam,VN Expressmelaporkan, tidak ada kapal yang boleh memasuki wilayah di Laut Cina Selatan, yang Vietnam sebut sebagai Laut Timur, ketika latihan militer China tersebut sedang berlangsung.
Sebelumnya,China Military Onlinedalam laporannya pada Jumat (26/6) pekan lalu menyebutkan, Komando Selatan Angkatan Laut PLA mengirim kapal perusak dan fregat untuk melakukan operasi maritim di Laut China Selatan pada 18 Juni.
Kemudian, melansir laporanCCTV,Jumat (26/6), Grup 73 Angkatan Darat PLA baru-baru ini mengadakan latihan pendaratan amfibi dengan tembakan langsung yang menampilkan senjata berat dan peralatan seperti kendaraan serbu amfibi ZBD-05 di Provinsi Fujian.
Latihan militer China melanggar hukum
China menegaskan, latihan militer di Laut China Selatan berada dalam ruang lingkup kedaulatan China, menyusul kritik dari Amerika Serikat (AS), Vietnam, dan Filipina.
Justru, melansirReuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Jumat (3/7), mengatakan, "negara-negara non-regional" tertentu yang melakukan latihan militer di Laut China Selatan memengaruhi stabilitas kawasan.
Zhao memang tidak menyebutkan nama negara mana pun, tetapi AS telah melakukan banyak operasi kebebasan navigasi dengan mengirimkan kapal perangnya melalui Laut China Selatan untuk menegaskan kebebasan akses ke perairan internasional.
Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan pada Kamis (2/7), Departemen Pertahanan AS alias Pentagon menyatakan, latihan militer di wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan adalah "kontraproduktif terhadap upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas".
"Latihan militer adalah yang terbaru dari serangkaian tindakan RRC untuk menegaskan klaim-klaim maritim yang melanggar hukum dan merugikan tetangga-tetangga Asia Tenggara di Laut China Selatan," kata Pentagon merujuk pada Republik Rakyat China seperti dikutipReuters.
Vietnam dan Filipina juga mengkritik rencana latihan China dan memperingatkan hal itu bisa menciptakan ketegangan di kawasan Laut China Selatan juga berdampak pada hubungan Beijing dengan tetangganya.
Kapal Induk USS Ronald Reagan merapat di Hong Kong
Amerika Serikat (AS) mengirim dua kapal induk ke Laut China Selatan saat China melakukan latihan militer di perairan yang disengketakan.
MengutipWall Street Journal, Reutersmelaporkan, USS Ronald Reagan dan USS Nimitz akan berada di Laut China Selatan mulai Sabtu (4/7/2020).
"Tujuannya adalah untuk menunjukkan sinyal yang tidak ambigu kepada mitra dan sekutu kami, bahwa kami berkomitmen terhadap keamanan dan stabilitas regional," kata Komandan Kelompok Tempur USS Ronald Reagan Laksamana Muda George M. Wikoff.
Latihan itu, Wikoff mengatakan, bukan respons terhadap latihan militer China, yang minggu ini Pentagon kritik sebagai "kontra-produktif terhadap upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas".
China menepis kritik AS terhadap latihan militernya pada Jumat (3/7/2020) dan menyebut Amerika Serikat yang harus disalahkan karena meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Kapal Induk AS, USS Nimitz
Wikoff tidak memberikan lokasi latihan AS. Hanya,Wall Street Journal melaporkan, latihan itu melibatkan dua kapal induk dan empat kapal perang lainnya termasuk penerbangan 24 jam.
Pekan lalu, China mengumumkan, mereka merencanakan latihan militer selama lima hari mulai 1 Juli di dekat Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh Vietnam dan Tiongkok.
Vietnam dan Filipina juga mengkritik rencana latihan China itu, memperingatkan kegiatan tersebut bisa membuat ketegangan di kawasan dan berdampak pada hubungan Beijing dengan tetangganya.
AS menuduh China mencaplok Laut China Selatan dan mencoba mengintimidasi tetangga Asia, yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gas di perairan tersebut.
Kapal Induk Shandong
China mengklaim 90% dari Laut China Selatan yang berpotensi kaya energi, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagiannya, di mana sekitar US$ 3 triliun perdagangan lalu-lalang setiap tahun di perairan itu.