Tepat Satu Tahun Setelah Kehilangan Belahan Jiwanya, Kini SBY Kembali Berduka: Adik Mendiang Ibu Ani Susul Kepergian Sang Kakak

Sabtu, 13 Juni 2020 | 21:35
Kolase TribunStyle

Mengenal Pramono Edhie Wibowo, Sosok Pendonor Sumsum Tulang Belakang Ani Yudhoyono

Fotokita.net-Mantan Ibu Negara mendiang Ani Yudhoyono meninggal dunia padaSabtu (1/6/2019). Ani Yudhoyono wafatsetelah hampir 5 bulan berjuang melawan penyakit kanker darah yang dideritanya.

Berbulan-bulan berjuang, kondisi kesehatan Ani Yudhoyono sempat membaik padapertengahan bulan Mei 2019 danbahkan diperbolehkan keluar dari ruang perawatan.

Mantan Ibu Negara RI, Ani Yudhoyono divonis mengidap penyakit kanker darah.

Baca Juga: Umur 19 Tahun Sudah Ikut Pembunuhan Berencana Pada Kekasihnya Sendiri, Kini Pesinetron Cantik Ini Sudah Berganti Nama Sehabis Jalani Hukuman Penjara, Kembali Pindah ke Keyakinannya yang Dulu?

Istri dari mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, itu kini tengah menjalani perawatan kanker darah di salah satu rumah sakit di Singapura.

Dibalik perjuangannya melawan kanker darah, ada sosok Pramono Edhie Wibowo yang bersedia mendonorkan sumsum tulang belakangnya demi kesembuhan mendiang Ani Yudhoyono.

Baca Juga: Fakta Baru, Virus Corona Menyebar Bukan Lagi Lewat Batuk Atau Bersin, Tapi Menular dari Rumah ke Rumah Hingga Pedagang Pasar Ikut Terinfeksi

Kini, ada berita mendadak yang membuat publik terkejut, adik mendiang Ani Yudhoyono, Pramono Edhie Wibowo, meninggal dunia pada Sabtu (13/6/2020) malam.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini dikabarkan tutup usia di RSUD Cimacan, Cianjur, Jawa Barat.

Kabar duka tersebut disampaikan oleh mantan Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik, Sabtu malam.

"Innalillahi wainailaihi rojiun, telah meninggal dunia malam ini Bapak Pramono Edhie Wibowo di RS Cimacan. Informasi selanjutnya akan disampaikan kemudian," ujar Rachland sebagaimana dikutip dari pesan singkat yang diterima Kompas.com.

Almarhum yang merupakan ipar Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu dikabarkan meninggal pukul 19.45 WIB.

Baca Juga: Kisah Pilu Tukang Gali Kubur Jenazah Covid-19, Sudah 2 Bulan Tak Berani Tidur di Rumah, Tiap Hari Kerja Keras Bikin Lubang yang Lebih Besar: 'Saya Hanya Berdoa Kepada Allah'

Pramono Edhie Wibowo merupakan adik dari Ani Yudhoyono. Keduanya merupakan anak dari tokoh militer Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.

Diketahui, Pramono Edhie lahir di Magelang, Jawa Tengah, 5 Mei 1955. Dia pernah menjabat sebagai Panglima Kostrad dan Pangdam III Siliwangi.

Baca Juga: Bagaikan Bumi dan Langit, Krisdayanti Nyaman Tinggal di Rumah Seharga Rp 10 Miliar, Kehidupan Mantan Istri Raul Lemos Jauh dari Kesan Glamor: Ada Kursi Kondangan di Ruang Makannya

Menurut mantan Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik, Pramono Edhie dikabarkan meninggal setelah terkena serangan jantung.

"Tadi dikabari (beliau) wafat pukul 19.43 WIB. Serangan jantung," ujar Rachland melalui pesan singkat yang diterima Kompas.com, Sabtu malam.

Menurut Rachland, ipar dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu tutup usia di RSUD Cimacan, Cianjur, Jawa Barat. "Bapak Pramono Edhie Wibowo di RS Cimacan. Informasi selanjutnya akan disampaikan kemudian," tulis Rachland.

Pramono Edhie Wibowo merupakan putra dari Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, tokoh militer yang dinilai berperan dalam masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru.

Purnawirawan TNI yang menutup karier dengan jabatan Jenderal TNI AD ini lahir di Magelang, Jawa Tengah, 5 Mei 1955.

Selama hidupnya, adik dari almarhum Kristiani Herawati (Ani) Yudhoyono ini pernah menjabat sebagai Panglima Kostrad dan Pangdam III Siliwangi.

Baca Juga: Namanya Masuk dalam Bursa Jenderal Calon Pengganti Kapolri Idham Azis yang Segera Pensiun, Kapolda Jawa Timur Jadi Media Darling Gegara Habis Lakukan Ini di Depan Kamera: Saingan Berat Mantan Ajudan SBY

Lantas, siapa sebenarnya Pramono Edhie Wibowo ini?

Ternyata sosok ini masih keluarga dekat dari Ani Yudhoyono, yakni adik kandungnya sendiri.

Dilansir dari laman Wikipedia, Pramono lahir di Magelang, Jawa Tengah pada 5 Mei 1955.

Ayahnya, Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo juga merupakan mantan Komandan RPKAD yang turut andil dalam penumpasan pemberontakan G 30 S/PKI.

Baca Juga: Lama Tak Kritik Jokowi Hingga Tiba-tiba Muncul Ikut Bilang Tagihan Listrik Rumahnya Melonjak, Fadli Zon Langsung Kena Sempot Pejabat Ini Sehabis Tuding Ada Privatisasi PLN

Sebagai lulusan terbaik Akademi Militer pada tahun 1980, Pramono Edhie ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Kopassandha.

Setelah menjadi perwira Operasi Grup I Kopassandha pada tahun 1981, pada tahun 1984 Pramono ditunjuk sebagai Komandan Kompi 112/11 grup I Kopassandha.

Pramono menempuh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di tahun 1955.

Baca Juga: Viral, Foto Kereta Emas Belanda Bergambar Perbudakan di Indonesia, Ternyata Begini Penjelasannya

Bernaung dalam tenda Kopassus, Pramono kemudian menjabat sebagai wakil komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996, dan terpilih menjadi Komandan Grup 1/Kopassus dua tahun kemudian.

Karirnya pun terus berlanjut hingga dirinya terpilih menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001.

Di tahun yang sama, Pramono menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI), dan kemudian menjabat sebagai Perwira Tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Sesko TNI 2004.

Baca Juga: Anak Muda Indonesia yang Sukses Pukul KO Bule di Jalanan Amerika Disebut Berdarah Bonek, Ternyata Pengusaha Tajir Lingkaran Keluarga Cendana Ini yang Pertama Kali Ungkap Identitas Mahasiswa Itu

Dikutip dari Tribun Timur, Pramono Edhie Wibowo merupakan seorang purnawirawan jenderal bintang empat yang pernah menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat atau Kasad periode 30 Juni 2011-20 Mei 2013.

Setelah pensiun, ia terjun ke dunia politik dengan bergabung bersama Partai Demokrat.

Pramono Edhie Wibowo juga menjadi salah satu kandidat peserta Konvensi Capres Partai Demokrat bersama 10 orang kandidat lainnya.

Pada 16 Mei 2014, Partai Demokrat mengumumkan hasil Konvensi Capres, Pramono Edhie Wibowo menempati posisi kedua setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan. Kini dia aktif sebagai dewan pembina Partai Demokrat.

Kabar soal adik Ani Yudhoyono yang menjadi pendonor sumsum tulang belakang ini disampaikan oleh sahabat SBY, Amal Alghozali.

Melalui akun pribadinya @Amal_Alghozali, ia membeberkan kondisi terkini dari Ani Yudhoyono.

Baca Juga: Bikin Berang Tentara Lantaran Berani Gunakan Foto Anggota TNI AD, Akun Facebook Ini Tulis Muka Presiden Jokowi Mirip Jokowi, Ternyata Begini Fakta Sebenarnya

"Alhamdulillah ada kabar baik. Menurut Pak @SBYudhoyono hari ini dokter telah mendapatkan calon donor terbaik yang memenuhi syarat, yaitu Jenderal Pramono Edie Wibowo, adik kandung ibu Ani."

Sayangnya, rencana donor sumsum tulang belakang tersebut tak kunjung terwujud hingga hari sang mantan ibu negara menghembuskan napas terakhir.

Menilik hal ini, staf dokter yang menangani kondisi kesehatan Ani Yudhoyono, dokter Terawan pun buka suara.

Di depan para awak media, ia akhirnya mengungkap alasan batalnya donor sumsum tulang belakang yang sedianya akan diberikan oleh Pramono Edhie Wibowo.

Baca Juga: Sempat Berganti Posisi Saat Antarkan dari Bandung ke Subang, Driver Ojol Ini Enggak Ngeh Jika Penumpangnya Bukan Manusia, Risa Saraswati Pun Dibikin Merinding

Dilansir oleh Kompas TV, Sabtu (1/6/2019), Dokter Terawan mengatakan memang sebelumnya ada upaya donor tulang sumsum belakang yang diberikan untuk ibu Ani.

Dokter yang sempat menjadi sorotan karena terapi cuci otak yang dilakukannya itu bahkan menyebut staf dokter telah merancang jadwal kapan upaya donor akan dilakukan.

Namun, rencana tersebut belum sempat terealisasi karena kendala perjalanan penyakit Ani Yudhoyono yang ternyata tak memungkinkan untuk menerima pendonoran.

Baca Juga: Senang Foto Pose yang Bikin Gairah Laki-Laki Mendidih, Artis Cantik Ini Ceplas-ceplos Bilang Kuat Main di Atas Ranjang 8 Kali Semalam: 'Kalau Sama Bule Gak Sakit'

"Itu semua karena menyangkut perjalanan terapi dan perjalanan penyakitnya," ujar Dokter Terawan seperti dilansir tayangan Kompas TV Sabtu (1/6/2019).

"Kalau perencanaannya sesuai artinya sesuai dengan schedule, jadwal yang baik ya tentunya itu bisa diberikan donornya. Namun, perjalanan penyakit yang tidak memungkinkan untuk dilangsungkan pendonoran," sang dokter menambahkan.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya