Tak Mau Disebut PHP, Uji Coba Vaksin Corona di China Sudah Dimuat dalam Jurnal Ilmiah Kini Penangkal Virus Itu Siap Disuntikkan ke Manusia

Senin, 25 Mei 2020 | 21:02
freepik/jcomp

Gambar ilustrasi vaksin corona

Fotokita.net -Upaya pengembangan vaksin Covid-19 terus dilakukan untuk menemukan obat bagi patogen berbahaya yang masih mewabah hingga kini.

Hingga kini, setidaknya ada 70 vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan di dunia.

Menurut keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tiga di antaranya telah diuji pada manusia.

Pasien yang positif terinfeksi virus corona memang semakin hari kian bertambah.

Para ahli menyebutkan wabah Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncak pandemi.

Baca Juga: Kembali Tampil di Depan Kamera Sembari Ajak Cegah Wabah Covid-19, Susi Pudjiastuti Malah Dicuekin Netizen: Yang Di Sebelah Ganteng, BuNamun, di sisi lain kita juga harus bersiap pada gelombang kedua pandemi virus corona, jika sistem melemah.

https://www.freepik.com/

Vaksin inggris

MelansirBloomberg (13/4/2020), perkembangan terdepan dari proses klinis saat ini adalah vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh CanSino Biologics Inc. yang terdaftar di Hong Kong dan Institut Bioteknologi Beijing.

Pengembangan vaksin tersebut berada telah memasukki fase kedua. Sementara, dua lainnya yang telah diujikan pada manusia adalah pengobatan yang dikembangkan secara terpisah oleh produsen obat AS Moderna Inc. dan Inovio Pharmaceuticals Inc.

Baca Juga: Kabar Duka Cita dan Bencana Datang Mendadak, Para Ahli Spiritural Kita Ingatkan Netizen Lakukan Hal Ini Agar Bisa Lewati Tahun 'Kolo Bayu'

https://www.freepik.com/
freepik.com

Ilustrasi Vaksin

Kemajuan pengembangan vaksin dilakukan dengan sangat cepat lantaran patogen virus corona yang dihadapi belum dapat dihilangkan jika hanya melalui tindakan pengendalian saja.

Industri obat pun berharap dapat menekan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh vaksin ke pasar, yang biasanya sekitar 10-15 tahun.

Baik produsen obat maupun kecil telah turut mencoba untuk mengembangkan vaksin, yang akan menjadi cara paling efektif untuk menahan virus.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terburuk dalam Sejarah Gara-gara Pandemi Covid-19, Siapa Sangka Pengusaha Ini Malah Sanggup Raup Rp 587 Miliar Tiap 24 Jam: Apa yang Dijualnya?

Di tengah pandemi global virus corona yang terjadi, penelitian-penelitian dilakukan untuk mengembangkan vaksin melawan penyakit mematikan ini.

Melansir scmp, Sabtu (25/4/2/2020), China kemungkinan dapat mempunyai vaksin Covid-19 pada September mendatang khusus digunakan dalam keadaan darurat.

Sementara, vaksin bagi masyarakat umum dikabarkan tersedia pada awal tahun depan, bergantung perkembangan yang dilakukan para peneliti.

SCMP
SCMP

Laboratorium di China diklaim masih menuimpan banyak virus mematikan lainnya selain virus corona.

Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Gao Fu menuturkan, pengembangan vaksin pada saat ini berada pada tahap dua atau tiga uji klinis.

Serta dapat tersedia pada saat potensi gelombang kedua wabah terjadi. Sementara, tiga vaksin di China telah menyelesaikan fase uji coba pertama.

Baca Juga: Tersimpan Rapat Selama 40 Tahun, Jati Diri Kondektur Nan Penuh Liku Ini Akhirnya Terkuak: Anak Soekarno, Pindah Agama Hingga Diminta Tes DNA

"Kami berada di garis depan untuk pengembangan vaksin,dan kami mungkin memiliki vaksin yang siap untuk penggunaan darurat pada bulan September," kata Gao.

Vaksin yang masih dikembangkan itu dapat digunakan untuk beberapa kelompok khusus, seperti petugas kesehatan.

Baca Juga: Ingat dengan Pernyataannya Soal Hamil di Kolam Renang, Begini Nasib Komisioner KPAI Ini Sehabis Presiden Jokowi Keluarkan Keputusan Final

Hal ini merupakan pertama kalinya seorang pejabat China membuat perkiraan skala waktu untuk pengembangan vaksin virus corona yang diyakini sebagai kunci untuk mengendalikan pandemi global yang terjadi.

Hal itu juga lebih cepat dibandingkan perhitungan dari lembaga lainnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat meyakini bahwa vaksin di AS tersedia setidaknya setahun lagi.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Nyaris Samai Jakarta, Pergub Jatim Jabarkan Sanksi Selama PSBB di Surabaya Raya: Inilah Rangkumannya

Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membutuhkan waktu 12-18 bulan.

Menurut ahli virus dari Institute of Microbiology, Chinese Academy of Sciences Shi Yi, tak seperti influenza yang mutasinya diantisipasi oleh pembuat vaksin yang bersiap untuk wabah musiman.

Misalnya, virus SARS-CoV-2 diyakini tidak bermutasi sesering virus influenza dan tidak mungkin menjadi norma baru seperti flu musiman.

Baca Juga: Ngotot Bilang Proses Kepulangannya Dicekal Pemerintah, Tiba-tiba Habib Rizieq Bawa Kabar Gembira: Berkah Ramadhan

"Saat ini tidak ada bukti bahwa virus corona baru memiliki variabilitas yang sama dengan virus influenza," ujar dia.

Shi juga menolak kemungkinan Covid-19 menjadi penyakit kronis, mengingat bahwa virus berkembang biak terutama di saluran pernapasan pasien dan tak ada virus pembawa secara terus-menerus.

Ia menambahkan, hal yang sama juga terjadi pada dua penyakit yang disebabkan dua virus corona jenis lain yaitu sindrom pernapasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).

Data yang disampaikan WHO, telah ada enam kandidat memasuki uji klinis dan 77 lainnya sedang dalam studi pra-klinis.

Terbaru, vaksin yang sedang diujicoba adalah vaksin vektor virus yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Oxford.

Baca Juga: Pelan-pelan Terbongkar, Langkah China Ini Seperti Kuatkan Kesaksian Pembelot Korea Utara: Kim Jong Un Sengaja Tutupi Kasus Covid-19 Demi Wibawa Koleganya Itu

Pada Kamis (23/4/2020), vaksin disuntikkan ke dua sukarelawan pertamanya dan didasarkan pada teknologi yang digunakan untuk mengembangkan vaksin untuk penyakit MERS.

Pemimpin tim, Dr Sarah Gilbert menyatakan harapan bahwa satu juta dosis akan siap digunakan pada bulan September.

Baca Juga: Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19, Inilah Jawaban Rasulullah Tentang Pahala Shalat Tarawih Malam Keempat dan Doa Penolak Bala Corona dari Imam Besar Masjidil Haram

China telah menyelesaikan uji klinis (uji coba ke manusia) tahap awal untuk vaksin SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19.

Hasilnya, vaksin cukup aman dan efektif bagi manusia, karena para peserta penelitian menunjukkan pembentukan antibodi Covid-19.

Vaksin bernama Ad5-nCoV itu dikembangkan oleh Beijing Institute Biotechnologies dan perusahaan bioteknologi asal China, CanSino Biological.

Ini merupakan salah satu vaksin virus corona yang memasuki percobaan pada manusia di Maret 2020.

Dilansir Live Science, Sabtu (23/5/2020), vaksin Ad5-nCoV menggunakan versi yang lebih lemah dari virus flu biasa, yang menginfeksi sel manusia tetapi tidak menyebabkan penyakit.

Versi flu biasa ini digunakan untuk mengirimkan fragmen materi genetik dari SARS-CoV-2.

Materi genetik ini memberikan instruksi untuk membuat "protein lonjakan" di permukaan SARS-CoV-2.

Baca Juga: Untung Tak Dapat Diraih, Malang Tak Dapat Ditolak: Mudik ke Rumah Nenek di Tasikmalaya Rupanya Sudah Dijual, Keluarga dari Jakarta Akhirnya Tidur di Emperan Toko

Idenya adalah sistem kekebalan tubuh seseorang akan menciptakan antibodi terhadap protein lonjakan, yang akan membantu melawan virus corona jika seseorang terkena virus tersebut.

Hasil studi uji klinis tahap awal tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 22 Mei 2020.

Uji coba dilakukan pada 108 orang berusia 18-60 tahun yang dalam kondisi sehat. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok yakni yang menerima dosis rendah, menengah, dan tinggi.

Hari ke-28 setelah vaksinasi, para peserta tersebut menunjukkan beberapa tingkat kekebalan terhadap virus.

Hampir semua peserta telah mengembangkan antibodi yang terikat pada SARS-CoV-2.

Sementara sekitar setengah dari peserta dalam kelompok dosis rendah dan menengah, serta tiga perempat dari peserta dalam kelompok dosis tinggi mengembangkan "antibodi penawar," yang mengikat dan menonaktifkan virus untuk mencegahnya menginfeksi sel.

Baca Juga: China Pontang-panting Tekan Angka Kasus Corona di Semua Provinsi, Negara Tetangganya Malah Santai Abaikan Protokol Kesehatan Tapi Sukses Tekan Penyebaran Virus Mematikan Itu: Kok Bisa?

Meski demikian, vaksin ini tetap menghasilkan efek samping yang beragam pada peserta.

Paling umum adalah nyeri ringan di tempat suntikan, demam ringan, kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot.

Namun, pada sembilan peserta mengalami efek samping demam lebih dari 38,5 derajat Celsius, yang terdiri dari dua dalam kelompok dosis rendah, dua pada kelompok dosis menengah, dan lima pada kelompok dosis tinggi.

Kemudian pada satu peserta dalam kelompok dosis tinggi mengalami demam tinggi disertai kelelahan, sesak nafas, dan nyeri otot.

Semua efek tersebut berlangsung tidak lebih dari 48 jam. Wei Chen, profesor di Beijing Institute Biotechnologies yang juga pemimpin penelitian menyatakan, hasil uji coba ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan vaksin Covid-19.

Kendati demikian, hasil tersebut juga harus ditafsirkan dengan hati-hati.

"Hasil uji coba yang membentuk kemampuan untuk memicu respon kekebalan tubuh tidak selalu menunjukkan bahwa vaksin tersebut akan melindungi manusia dari Covid-19," ujarnya.

Baca Juga: Diambang Bangkrut Lantaran Uangnya Tak Balik dari Negara Peminjam, China Batalkan Program Pembangunan Kapal Induk Bertenaga Nuklir untuk Saingi Kekuatan Angkatan Laut Amerika?

Kini para peneliti memulai studi tahap dua pada vaksin Ad5-nCoV dengan melibatkan 500 peserta dengan beragam usia, termasuk peserta berusia di atas 60 tahun.

Para peserta akan diberikan vaksin dosis rendah atau menengah, atau juga plasebo. Efek samping akan diamati hingga enam bulan setelah vaksinasi.

Sekedar diketahui, plasebo merupakan metode untuk menguji efektivitas obat sebelum di produksi secara massal.

Plasebo juga dikenal dengan istilah 'obat kosong'. Sistem kerjanya, dalam penelitian sebagian peserta penelitian diberi obat sesungguhnya dan sebagian lagi diberi obat kosong.

Plasebo ini membantu peneliti untuk tahu apakah obat yang tengah diteliti benar-benar efektif atau hanya sugesti peserta yang merasa lebih baik karena tahu telah mengonsumsi obat tersebut.

Baca Juga: Dikira Sudah Bisa Beraktivitas Normal Lagi, Ahli Malah Temukan Virus Corona dengan Bentuk Berbeda dalam Kasus Baru di China: Lebih Sulit Buat Diobati?

Bersamaan dengan pengembangan vaksin Ad5-nCoV, saat ini ada lebih dari 100 vaksin virus corona yang tengah dikembangkan di seluruh dunia.

Setidaknya delapan diantara ratusan vaksin itu sudah memasuki uji coba pada manusia.

Tak hanya vaksin Ad5-nCoV, beberapa kandidat vaksin virus corona lainnya juga telah melaporkan perkembangan yang menjanjikan.

Pada Senin, 18 Mei 2020, perusahaan biotek Moderna mengumumkan bahwa 45 sukarelawan yang menerima dosis kandidat vaksinnya, yang disebut mRNA-1273, mengembangkan antibodi dalam waktu 15 hari.

Tingkat antibodi yang terlihat dalam darah para peserta penelitian ternyata sebanding dengan yang terlihat pada orang yang telah pulih dari Covid-19.

Baca Juga: Stop Lakukan Kebiasaan Ini Kalau Masih Sayang Nyawa Keluarga, Ternyata Pelihara Ayam di Rumah Bisa Sebarkan Virus Mematikan Seperti Corona: Begini Penjelasan Ahli

Selain itu, para peneliti di Universitas Oxford mengumumkan bahwa kandidat vaksin mereka, yang disebut ChAdOx1-nCov19, akan masuk dalam tahap uji klinis lanjutan yang melibatkan lebih dari 10.000 orang.

Bahkan diperkirakan 100 juta dosis vaksin ini dapat tersedia pada September 2020.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya