Tebar Utang Senilai Rp 5.000 Triliun ke Banyak Negara, Kini China Diambang Kebangkrutan di Tengah Pandemi yang Tak Kunjung Berakhir: Ternyata Inilah Penyebabnya

Kamis, 21 Mei 2020 | 16:22
Antara

Kota Jilin di China setelah di lockdown kembali padahal baru satu bulan dibuka.

Fotokita.net-Ekonomi dunia luluh lantak akibat wabah virus corona membuat susah banyak negara.

Saat ini, nyaris banyak negara di seluruh dunia dibikin bingung untuk kembali mengangkat performa ekonomi mereka dari jurang krisis.

Dampak krisis hebat yang melanda seluruh dunia, membuat negara 'pemberi utang' sekelas China juga dalam kesulitan yang sama.

Dalam sebuah kasus kecil misalnya Pakistan menelpon mitra-mitranya di Beijing dan membuat permintaan mendesak, untuk merekonstruksi miliaran dollar dan bentuk pinjaman dari China.

Permintaan serupa bahkan dibuat berturut-turut ke Beijing oleh Kirgistan, Sri Lanka dan banyak negara Afrika lainnya.

Baca Juga: Viral Suara Dentuman Misterius Hebohkan Warga Bandung dan Sekitarnya, Begini Penjelasan Ahli

LI GANG / XINHUA
LI GANG / XINHUA

Bukan Xi Jinping Maupun Mao Zedong, China Bisa Menempati Posisi 2 Negara dengan Perekonomian Terbesar Dunia Berkat Orang Ini

Semuanya adalah debitor besar, dalam jumlah puluhan miliar dollar dari China.

Mengutip 24h.co.vn, usulan semacam itu membuat China dalam kondisi yang sulit.

Dalam upayanya untuk menjadi kreditor terbesar di negara-negara berkembang, selama dua dekade terakhir China meningkatkan pinjaman global.

Mengalirkan ratusan miliar dollar ke negara-negara miskin untuk memperluas pengaruhnya.

Baca Juga: Viral Video Jenazah Lambaikan Tangan Waktu Diturunkan ke Liang Lahat, Inilah Penjelasan Ahli Atas Kejadian di Manado Itu

Kompas Internasional

Jadi Biang Kerok Pandemi Corona, Presiden China Janji Beri Bantuan Internasional dan Vaksin Covid-19 Secara Global Bila Tersedia

Banyak negara meminjam uang ke China, sementara mereka harus menggadaikan pelabuhan penting, tambang, atau aset berharga lainnya.

Menurut Amerika kebijakan Beijing menghamburkan uang untuk memberi pinjaman ini, disebut sebagai "diplomasi perangkap utang."

Amerika juga memperingatkan, negara-negara kecil untuk berhati-hati dalam meminjam uang dari China.

Namun, dalam konteks pandemi berlangsung dan berdampak langsung pada ekonomi dunia, China menghadapai risiko kehilangan pinjamannnya.

Baca Juga: Anies Baswedan Kembali Perpanjang PSBB Jakarta, Jokowi Malah Minta Warga Beraktivitas Sambil Bersiap Sambut Era Normal Baru: Syukurlah, Pasar Kembali Ramai Jelang Lebaran

Yajoop
Yajoop

Ilustrasi - China terancam bangkrut di tengah pandemi Covid-19.

Karena negara debitur, mengatakan mereka tidak bisa membayar utang ke China.

Jika China setuju untuk merekonstruksi atau menghapus utang, ini akan memberikan tekanan besar pada keuangan negara.

Karena,pada saat yang sama semua orang di dunia dalam kondisi sulit akibat mewabahnya Covid-19.

Namun, jika China memutuskan untuk memulihkan utang dan tetap memberikan tagihan pada negara-negara yang terpukul, akan membuat negara pengutang membenci China.

Baca Juga: Tak Terima Guru Agama Mereka Ditangkap Seperti Teroris, Santri Habib Bahar Bin Smith Akhirnya Buka Suara Soal Kondisi Tegang di Pondok: Warga Sekitar Pun Nyaris Terpancing

Biro Pers Setpres

Presiden Jokowi dengan Presiden China Xi Jin Ping.

Padahan tujuan China memberikan utang, adalah untuk memberikan pengaruh citra sebagai pemimpin dunia dan dalam masa pendemi ini sangat berpengaruh besar.

"Dalam hal ini Tiongkok dirugikan, jika tekad untuk mengambil tagihan, dan negara tersebut tidak bisa membayar, China akan mengambil aset strategis di negara yang tidak mampu," jelas Andrew Small, anggota senior dana Marshall Jerman.

Hal itu akan mempengaruhi reputasi Tiongkok di mata dunia, mempertanyakan tanggung jawab China sebagai negara penyebab bencana global ini.

Sementara itu, China diketahui telah membelanjakan 2 miliar dollar (Rp29 triliun) untuk mencegah epidemi.

Sedangkan, China telah meminjamkan setidaknya 350 miliar dollar AS (Rp5.148 triliun) ke banyak negara, sekitar setengah jumlah dari negara peminjam ekonominya sangat terpukul.

Baca Juga: Terketuk Hatinya Usai Lihat Video Viral Perundungan Bocah Penjual Jalangkote, Orang Dekat Prabowo Subianto Langsung Singsingkan Lengan Kemeja: Kalau Posisi Kejadian Ini di Jakarta Sudah Saya Ratakan

"Mengurangi utang, mungkin paling efektif yang bisa dilakukan China, masih ada untung alih-alih menghapus utang," kata Tong Vi, pejabat departemen penelitian Kementerian Perdagangan Tiongkok.

Beberapa orang China mulai mempertanyakan, apakah uang yang mereka hasilkan akan terbuang sia-sia di luar negeri.

Tiongkok dikenal mengenakan suku bunga tinggi, dan jatuh tempo yang pendek ketika memberikan pinjaman, namun China mudah memberikan pinjaman asal diberi jaminan aset nasional penting.

Baca Juga: Bikin Anji Melongo Depan Kamera, Penyanyi Campursari Ini Beberkan Rahasia Sulap Lagu Bermodal Rp 650 Ribu Buat Hasilkan Duit Rp 1 Miliar di YouTube: Inikah Calon Pengganti Sang Maestro Didi Kempot?

Kompas.com

Virus Covid-19 berawal dari China, masuk ke Indonesia.

Beberapa negara berutang pada Chia adalah Djibouti 80% produk domestik bruto, 20% di Ethiopia, 40 % di Kysrgyztan.

Menurut para ahli, tekanan pada pemulihan utang China, hanya akan meningkatkan dampak ekonomi di tengah pandemi ini.

Semakin banyak negara meminta penghapusan utang oleh China terutama negara Afrika.

Baca Juga: Sesumbar Mampu Sembuhkan Corona, Seorang Pemuka Agama Meninggal Lantaran Lakukan Tindakan Sepele Ini

Ethiopia memiliki ekonomi yang tumbuh cepat di Afrika, negara itu mengusulkan penghapusan sebagian utangnya ke China.

Negara itu juga menjadi wakil dari banyak negara Afrika yang berutang uang ke China, berupaya menegosiasikan proposal tersebut.

"Masih terlalu dini mengatakan, tapi saya pikir China akan memahami kesulitan yang sedang kami hadapi," kata Eyop Tekalign Tolina, Menteri Keuangan Ethiopia. (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya