Kabar Gembira, Biarpun Kapasitas Tes Covid-19 Indonesia Tertinggal Jauh dari Malaysia, Jokowi Tak Masalahkan Pasar Ramai Kembali untuk Sambut Lebaran Tahun Ini

Selasa, 19 Mei 2020 | 16:28
Kolase instagram @jktinfo

Ramainya pedagang Tanah Abang membuat satpol PP kewalahan

Fotokita.net -Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia diperkirakan tiga kali lipat dari data kematian yang dirilis oleh Pemerintah Indonesia setiap hari.

Pasalnya, data kematian yang dirilis pemerintah hanya mencantumkan jumlah pasien meninggal setelah terkonfirmasi positif melalui tes molekuler PCR di laboratorium.

Padahal, menurut panduan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian Covid-19 yang dilaporkan harus pula mencakup orang-orang yang meninggal dunia dengan gejala klinis diduga (suspect) Covid-19.

Baca Juga: Mbah Mijan Rajin Sebarkan Hasil Firasat Soal Kejadian Masa Depan Lewat Media Sosial, Ternyata Inilah 5 Prediksi Sang Paranomal yang Terbukti Meleset: Masihkah Ramalannya Bisa Dipercaya?

Mengacu pada hal ini, kematian orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal dunia seharusnya dilaporkan.

Koalisi Warga untuk Lapor Covid-19 menginvestigasi, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia--jika merujuk panduan WHO, hingga 15 Mei 2020, telah menyentuh 4.848 kematian.

Dari 4.848 kematian itu, hanya 1.015 yang dirilis pemerintah (per 15 Mei 2020) sebagai kasus konfirmasi positif, dan 3.833 kematian suspect tidak diumumkan.

Baca Juga: Terbiasa Jualan Jalangkote Setiap Hari Buat Bantu Orangtua, Bocah Korban Bully Ingatkan Penyanyi Kondang Ini Pada Anak Bungsunya yang Idap Austime

Perwakilan Koalisi Warga untuk Lapor Covid-19 Irma Hidayana menyebutkan, investigasi itu dilakukan untuk melacak kematian ODP dan PDP di 18 provinsi di Indonesia.

Ke-18 provinsi itu meliputi Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung, NTT, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

“Data menunjukkan, jumlah kematian ODP/PDP rata-rata tiga kali lebih besar dari angka kematian positif Covid-19,” ujar Irma melalui keterangan tertulis yang diterima pada Senin (18/5/2020) pagi.

Baca Juga: Baru Saja Buka Kembali Wuhan Hingga Disneyland Shanghai, Kini China Malah Ketahuan Lockdown 1.205 Desa: Jadi Bukti Virus Corona Tak Bisa Hilang Sepenuhnya dari Muka Bumi?

Data tersebut kemudian diolah oleh para kolaborator, di antaranya dokter emergensi Tri Maharani dan epidemiolog Beben Benyamin.

Hasilnya, laju peningkatan jumlah kematian akibat Covid-19 jauh di atas laju peningkatan kapasitas tes Covid-19 Indonesia.

“Jika dibandingkan dengan data kematian yang berhasil dikumpulkan di tujuh provinsi per 9 Mei 2020, terlihat tren jumlah ODP/PDP yang meninggal lebih tinggi dibandingkan dengan laju penambahan kematian yang dites dengan hasil positif,” sebut Irma.

“Kondisi ini menunjukkan minimnya dan lambatnya pemeriksaan menyebabkan orang-orang yang diduga Covid-19 meninggal sebelum diperiksa,” imbuh dia.

Baca Juga: Sehabis Protes Tenaga Medis Lewat Tagar Indonesia Terserah, Seorang Perawat dalam Kondisi Hamil Meninggal Dunia dengan Status PDP Covid-19

Kapasitas tes Covid-19 Indonesia memang sangat rendah dan tidak sepadan dengan jumlah penduduk.

Sebagai perbandingan, di antara lima negara dengan jumlah penduduk terbanyak sedunia, kapasitas tes Indonesia paling rendah.

Berdasarkan data aktual Worldometers per Senin (18/5/2020), India dan Pakistan memeriksa 1,6 orang per 1.000 penduduk, Brazil memeriksa 3,4 orang per 1.000 penduduk, dan Amerika memeriksa 33 orang per 1.000 penduduk.

Instagram
Instagram

Ari Puspitasari, seorang perawat Rumah Sakit Royal Surabaya meninggal dunia dengan menyandang status PDP Covid-19, Senin (18/5/2020)

Bagaimana dengan Indonesia? Negara ini hanya sanggup memeriksa 0,6 orang per 1.000 penduduk.

Di region Asia Tenggara, Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negeri jiran Malaysia yang memeriksa 13 orang.

Presiden Joko Widodo rupanya turut mengamati kondisi pasar yang mulai ramai menjelang hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah.

Baca Juga: Bagikan Foto Lawas dengan Sang Nenek, Biduan Dangdut Ini Warisi Kecantikan Alami Hingga Hidung Nan Runcing: Pantas Saja Bisa Bikin Perwira Polisi Bertekuk Lutut

Padahal, pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) masih diterapkan untuk pencegahan virus corona yang menyebabkan Covid-19.

"Saya melihat pasar-pasar tradisional saat ini mulai ramai karena banyak masyarakat yang belanja dalam rangka persiapan Hari Raya," kata Jokowi dalam rapat kabinet terbatas lewat video conference, Selasa (19/5/2020).

Jokowi pun tak mempermasalahkan keramaian di pasar tersebut selama diterapkan prosedur yang ketat untuk pencegahan Covid-19.

"Saya ingin ini dipastikan ada pengaturan jarak yang baik, pakai masker, petugas di lapangan betul-betul bertugas untuk mengingatkan mengenai protokol kesehatan secara terus-menerus," kata Jokowi.

Baca Juga: Matahari Masuki Masa Lockdown Hingga Bisa Timbulkan Bencana Gempa dan Gagal Panen serta Kelaparan di Bumi, Begini Penjelasan Ahli

Jokowi mengingatkan kunci keberhasilan dari pengendalian penyebaran Covid-19 ini adalah kedisiplinan semua pihak. Kemudian, masyarakat diminta disiplin untuk mencuci tangan, menjaga jarak yang aman, memakai masker, dan menghindari kerumunan dan keramaian atau konsentrasi massa.

"Saya minta protokol kesehatan betul-betul dipastikan di lapangan, terutama menjelang Idul Fitri dan pada saat nanti Idul Fitri," kata dia.

Jokowi sebelumnya memang sempat meminta masyarakat untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.

Sebab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan terdapat potensi bahwa virus ini tidak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat.

"Informasi terakhir dari WHO yang saya terima bahwa meskipun kurvanya sudah agak melandai atau nanti menjadi kurang, tapi virus ini tidak akan hilang. Artinya kita harus berdampingan hidup dengan Covid," kata Jokowi pada Jumat pekan lalu.

Baca Juga: Viral Foto dengan Tagar #IndonesiaTerserah Gara-gara Remehkan Corona, Begini Penjelasan Ahli Soal Kondisi Psikologis Tenaga Medis: Garda Terdepan Sudah di Titik Nadir?

Kepala Negara menegaskan, hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah dan menjadi pesimis.

Justru dari situlah menjadi titik tolak menuju tatanan kehidupan baru masyarakat untuk dapat beraktivitas kembali sambil tetap melawan ancaman Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Jagat media sosial dihebohkan dengan tagar " Indonesia Terserah" yang sempat trendingpada Senin (18/5/2020).

Munculnya tagar Indonesia Terserah diiringi dengan keluhan dan rasa kecewa dari warganet yang menilai pemerintah belum secara maksimal menanggulangi wabah Covid-19.

Video tenaga medis yang masih berseragam alat pelindung diri (APD) lengkap di dalam rumah sakit pun menjadi perbincangan karena mereka menuliskan kalimat terserah dalam video itu.

Baca Juga: Baru Saja WHO Kelar Sebut Virus Corona Tak Akan Hilang dari Muka Bumi, Para Ahli NASA Ingatkan Warga Dunia Bersiap Hadapi Marabahaya Susulan yang Disebabkan Peristiwa Ini: Ada Apa Lagi?

Tagar "Indonesia Terserah" populer dilontarkan sejumlah pihak lantaran warga kini seolah tak lagi peduli dengan upaya pembatasan untuk menekan penyebaran virus corona.

twitter.com/@helwatshlhh

Unggahan foto Tim Medis Bawa Tulisan Indonesia Terserah

Pasar-pasar kembali ramai, jalanan kembali macet. Pemerintah mulai bersiap menghadapi kehidupan baru dengan menata perekonomian yang terpuruk.

Bagaimana kondisi Indonesia saat ini?

Benarkah kita sudah melewati fase kritis penyebaran Covid-19? Atau kita hanya sekadar ingin abai? Dokter spesialis penyakit dalam Dr Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K) angkat bicara.

Ia mengaku merasa bersyukur karena tagar tersebut dinilai merupakan respons kesadaran masyarakat atas bahayanya wabah Covid-19.

"Kami bersyukur kalau tagar itu ternyata membuat orang-orang terhentak dan kembali disiplin dan menerapkan protokol kesehatan," kata dokter Andi, Senin (18/5/2020).

Baca Juga: Anak Buah Jokowi Rencana Buka Sekolah 15 Juni, Tapi Dinas Pendidikan Jakarta Tetapkan Hari Pertama Belajar Pada Pertengahan Juli. Begini Alasannya

Dok. Dishub Surabaya

Kemacetan lalu lintas terjadi di Bundaran Waru atau tepatnya di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, saat haru pertama Pembatasan Sosial Berskala Besar di Kota Pahlawan, Selasa (28/4/2020)

Menurut Andi, selama ini para dokter, perawat, serta petugas medis telah menyampaikan banyak imbauan dan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya Covid-19.

Namun, rupanya upaya tersebut belum mampu membuahkan hasil yang maksimal. "Mungkin karena ada yang menarik dan merasa merepresentasikan, jadi banyak orang yang bikin (tagar Indonesia Terserah)," imbuh dia.

Andi juga menilai bahwa tagar ini merupakan bentuk apresiasi dari petugas medis yang merasa sedikit lelah, tetapi tidak menyerah dan tetap memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.

Baca Juga: Perawat Berstatus PDP Covid-19 Meninggal dalam Kondisi Hamil, Gubernur Jawa Timur Sebarkan Pesan Menyentuh: Semoga Almarhumah dan Janin yang Dikandungnya Syahid

Istimewa Kompas

Pusat perbelanjaan Roxy mall ramai dikunjungi pembeli

"Mungkin ada rasa lelah sedikit dan rasa gemas. Di sela-sela tugas pelayanan praktik dibikinlah tagar tersebut oleh teman-teman. Setelah dibuathashtag itu tetap kita lanjutkan edukasi dan pelayanan," kata dokter Andi.

Ia pun berpesan kepada masyarakat agar mengambil sisi positif dari kehadiran tagar tersebut, seperti tetap memakai masker dan melakukan physical distancing.

Baca Juga: Hore, Lagi-lagi Ada Kabar Gembira! Biarpun Jokowi Bilang Belum Ada Pelonggaran, Mal Bakal Buka Kembali Awal Juni: Itu Kan Rencana Pemerintah

"Kami lagi-lagi minta agar masyarakat melakukan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan, jangan diabaikan, karena itu untuk kepentingan masyarakat itu sendiri," pungkasnya.

Peringatan dokter Andi itu adalah potret nyata bahwa bahaya Covid-19 belum benar-benar berlalu. Jadi, bisakah kita abaikan suara para tenaga medis lewat tagar " Indonesia Terserah"? (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya