Jadi Prestasi di Awal Periode Kedua, Wabah Covid-19 Sukses Hancurkan Catatan Emas Jokowi Hingga Bikin Anak Buahnya Berseteru dengan Anies Baswedan

Kamis, 07 Mei 2020 | 08:05
(SURYA.co.id/AMINATUS SOFYA)

Menko PMK Muhadjir Effendy ketika ditemui di Universitas Muhammdiyah Malang.

Fotokita.net-Hanya dalam hitungan beberapa bulan, wabah virus corona (Covid-19( telah membuat jumlah orang miskin di Indonesia semakin banyak.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan akibat pandemi Covid-19 terjadi lonjakan jumlah kemiskinan.

Pantauan Menkeu, dari Maret-Mei 2020 angka kemiskinan sudah melonjak seperti pada tahun 2011 lalu.

"Dalam kondisi seperti ini, jumlah angka kemiskinan akan naik, Seluruh pencapaian penurunan kemiskinan dari 2011 ke 2020 mengalami reverse kembali," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5).

Baca Juga: Bertolak Belakang dengan Pernyataan Sang Atasan, Menteri Jokowi Ini Lantang Bilang Begini Waktu Dicecar Wakil Rakyat: Mudik dan Pulang Kampung Itu Sama dan Sebangun

Warta Kota/Fitriyandi Al Fajri

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan memberikan bantuan sosial terhadap warga miskin dan rentan miskin yang terdampak atas pelaksanaan PSBB mulai Kamis, (9/4/2020).

Angka kemiskinan di Indonesia, seperti saat terjadi di berbagai negara, saat ini melonjak pesat gara-gara wabah Covid-19.

Upaya pemerintah selama bertahun-tahun untuk mengurangi angka kemiskinan pada akhirnya "diputarbalikan" oleh virus corona.

Bahkan, angka kemiskinan di Indonesia saat ini benar-benar mundur sangat jauh ke dalam kondisi yang terjadi di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Ya, dampak corona virus disease 2019 (Covid-19) terhadap perkekonomina kian nyata.

Baca Juga: Kembali Aktif Seusai Sembuh dari Covid-19, Anak Buah Jokowi Bikin Gebrakan di Tengah Pandemi Hingga Paksa Kepala Gugus Tugas Tegaskan Aturan Ini: Mudik Dilarang, Titik!

KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Bertahun-tahun Mati-matian Ditekan, Angka Kemiskinan Indonesia Kini Malah Kembali Seperti di Masa Pemerintahan SBY, Wabah Covid-19 Mengubahnya Hanya dalam Beberapa Bulan

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan pada tahun 2011 sebanyak 30,12 juta jiwa atau 12,49% populasi.

Kemudian mulai membaik pada pada September 2019, jumlah kemiskinan menurun signifikan yakni sebesar 9,22% atau setara dengan 24,79 juta orang.

Sri Mulyani menyebutkan, virus corona mampu memutar balikkan kinerja pemerintah untuk menekan angka kemiskinan di bawah 10% dalam waktu sembilan tahun terakhir.

Baca Juga: PNS Masih Dapat THR, Tapi Kabar Buruknya Gaji Ke-13 Resmi Ditunda dan Tunjangan Kinerja Tak Alami Kenaikan. Anak Buah Jokowi Beberkan Alasannya

KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Bertahun-tahun Mati-matian Ditekan, Angka Kemiskinan Indonesia Kini Malah Kembali Seperti di Masa Pemerintahan SBY, Wabah Covid-19 Mengubahnya Hanya dalam Beberapa Bulan

Setali tiga uang, melonjaknya tingkat kemiskinan sejalan dengan banyaknya pengangguran bermunculan akibat pekerja yang dirumahkan atau kena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Menkeu bilang, dalam waktu satu setengah bulan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat pengangguran telah melonjak 2 juta.

"Oleh karena itu kita perlu untuk melakukan berbagai langkah-langkah untu jaga resiliensi daya tahan dunia usaha dan langkah-langkah agar mereka tidak lakukan PHK. Ini tidak mudah," kata Menkeu.

Baca Juga: Sehabis Tangan Kanan Jokowi Umumkan Kabar Buruk untuk PNS, Anak Buah Anies Baswedan Berikan Pil Pahit Buat Pegawai Pemda DKI Jakarta: Ada Apa Lagi?

KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Warga beraktivitas di pemukiman padat penduduk di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, persentase penduduk miskin DKI Jakarta pada Maret 2019 adalah 3,47 persen atau sebesar 365,55 ribu orang. Saat ini pemerintah

Tahun ini, pemerintah juga telah meningkatkan belanja bantuan sosial sebagi upaya agar tidak terjadi lonjakan kemiskinan.

Dalam rangka penanggulangan dampak Covid-19, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan anggaran jaring pengaman sosial atau social safety net sebanyak Rp 110 triliun.

Rinciannya untuk penambahan penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) senilai Rp8,3 triliun, tambahan untuk sembako kepada 20 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) senilai Rp10,9 triliun.

Baca Juga: Rumahnya Sudah Digeruduk Polisi, YouTuber yang Bikin Video Prank Sembako Isi Sampah Buat Waria Belum Juga Kapok: Nekat Bilang Begini di Insta Storynya

WAHYU PUTRO A
WAHYU PUTRO A

Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Kemudian adapula Kartu Pra Kerja dengan anggaran Rp10 triliun, diskon tarif listrik untuk pelanggan 450VA dan 900VA sebanyak Rp3,5 triliun, tambahan insentif perumahan bagi MBR sebanyak Rp1,5 triliun, dan program jaringan sosial lainnya yakni Rp30,8 triliun.

Selanjutnya, Kemenkeu juga mengalokasikan cadangan untuk pemulihan kebutuhan pokok dan operasi pasar/logistic senilai Rp25 triliun, lalu penyesuaian angaran pendidikan untuk penangan Covid-19 sebanyak Rp 20 triliun.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy rupanya sempat bersitegang dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Penyebabnya adalah data bantuan sosial (bansos) bagi warga miskin terdampak Covid-19 di Ibu Kota.

Baca Juga: Jadi Trending di Korea, Berita ABK Asal Indonesia yang Dibuang Ke Laut Bisa Bikin Warganet Tambah Ngenes: Dipaksa Kerja 30 Jam Hingga Sakit dan Akhirnya Meninggal Dunia

"Kami dengan DKI sekarang sedang tarik-menarik cocok-cocokan data (penerima bansos). Bahkan, kemarin saya dengan Gubernur agak tegang, agak saya tegur keras Pak Gubernur (DKI)," ujar Muhadjir dalam sebuah diskusi yang digelar secara virtual pada Rabu (6/5/2020).

Tidak Terima Bantuan, Puluhan Warga Serbu Kantor Kelurahan

Peristiwa itu berawal dari rapat kabinet terbatas virtual yang dipimpin Presiden Joko Widodo bersama sejumlah kepala daerah, beberapa waktu lalu.

Dalam rapat, Anies melaporkan bahwa data warga miskin terbaru di DKI Jakarta mencapai 3,6 juta orang.

Anies, sebut Muhadjir, saat itu mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengurus bansos bagi 1,1 juta warga di wilayahnya.

Sementara 2,5 juta orang sisanya akan mendapatkan bansos dari pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial. Muhadjir pun telah berkomitmen dengan kesepakatan tersebut.

Baca Juga: Bertolak Belakang dengan Pernyataan Sang Atasan, Menteri Jokowi Ini Lantang Bilang Begini Waktu Dicecar Wakil Rakyat: Mudik dan Pulang Kampung Itu Sama dan Sebangun

KOMPAS.com/Dian Erika

Menko PMK Muhadjir Effendy di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (2/3/2020)

Kemensos sendiri telah mengecek 2,5 juta orang miskin di DKI Jakarta. Setelah proses verifikasi, mereka terdiri dari 1,3 juta kepala keluarga (KK).

Setelah itu, bansos yang didistribusikan pertama adalah dari Pemprov DKI. Pada momen inilah Muhadjir merasa ada yang tidak beres.

"Di lapangan, ternyata Pak Gubernur menyampaikan bahwa bantuan itu (bantuan dari DKI) sekadar untuk mengisi kekosongan sebelum pemerintah pusat mengisi," kata Muhadjir.

Baca Juga: Kembali Aktif Seusai Sembuh dari Covid-19, Anak Buah Jokowi Bikin Gebrakan di Tengah Pandemi Hingga Paksa Kepala Gugus Tugas Tegaskan Aturan Ini: Mudik Dilarang, Titik!

Padahal tidak demikian. Berdasarkan kesepakatan dalam rapat kabinet terbatas, Kemensos dan Pemprov DKI memiliki target masing-masing, bukan salah satu mengisi kekosongan yang lainnya sebagaimana diungkapkan Anies Baswedan.

(Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudyaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy memimpin rapat mengenai revisi hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2020 di kantor Kemenko PMK, Senin (9/3/2020).

"Makanya kemarin saya ingatkan Pak Gubernur. 'Pak Gubernur, kan itu ada kesepakatan di rapat kabinet tidak begitu (bukannya mengisi kekosongan)'," ujar Muhadjir.

"DKI sanggup (memberikan bansos ke) 1,1 juta, kami siapkan yang 2,5 juta. Jadi jangan diubah itu, Kalau diubah, jadi kacau di lapangan," lanjut dia.

Baca Juga: Jarang Terekspos ke Publik, Sosok Ini Disebut Menjadi Sumber Kekuatan Mendiang Didi Kempot Sepanjang Karirnya: Rajin Wirid Demi Sang Maestro Sehat

Persoalan belum berhenti di situ. Rupanya, ada KK yang semestinya mendapatkan bansos dari Kemensos, namun juga mendapatkan bansos dari Pemprov DKI Jakarta alias mendapatkan double.

Karena karut marut itu pula, bahkan ada KK yang semestinya mendapatkan bansos, malah tidak mendapatkannya.

Baca Juga: Dokter RS Kasih Ibu Solo Diagnosis Didi Kempot Alami Henti Jantung Mendadak, Ternyata 10 Kebiasaan Buruk Ini Bisa Picu Gangguan Kesehatan Fatal Itu: Apa Saja?

Selain itu, Kemensos juga meminta Pemprov DKI untuk mengerahkan RT/ RW mendata warga miskin terdampak Covid-19 yang belum masuk.

Tujuannya, agar mereka tetap mendapatkan bansos. "Karena banyak orang miskin baru gara-gara Covid-19. Pengusaha UMKM juga banyak yang mata pencahariannya hilang dan itu tidak ada dalam data," ujar Muhadjir.

Namun, rupanya data calon penerima bansos itu juga tak kunjung diserahkan ke Kemensos.

Padahal di sisi lain masyarakat banyak yang berteriak karena tidak mendapatkan bansos.

"Jadi di lapangan kacau. Karena daftar (warga penerima bansos) yang diturunkan kepada Kemensos itu adalah yang (data) punya Gubernur. Nah, sementara RT/ RW juga punya data sendiri yang itu mestinya dikirim ke Kemensos, tapi tidak dikirim," papar Muhadjir.

Baca Juga: Muncul Kembali di Depan Rakyatnya, Lewat Foto Ini Kim Jong Un Benar-benar Buktikan Pemimpin Korea Utara Belum Meninggal Dunia. Begini Ciri-ciri dalam Gambar yang Tak Terbantahkan

Muhadjir menegaskan, pemerintah hanya ingin semua KK miskin yang terdampak Covid-19 mendapatkan bansos secara merata, tepat sasaran dan tidak ada yang tumpang tindih.

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Menkeu Sri Mulyani: Wabah corona memutar balik kinerja pemerintah menekan kemiskinan.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya