Belum Sebulan Jadi Staf Khusus Presiden Sudah Bikin Kesalahan di Media Sosial, Anak Muda Papua yang Pernah Salaman dengan Barrack Obama Itu Malah Dapat Tindakan Ini dari Jokowi

Senin, 02 Desember 2019 | 17:07
tribunnews

Presiden memperkenalkan Billy Mambrasar sebagai staf khusus presiden

Fotokita.net - Dalam kicauannya di akun @kitongbisa, staf khusus Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang berasal dari kalangan milenial, Billy Mambrasar pada Sabtu (30/12/2019) pukul 19.12 menulis: “Stlh membahas ttg Pancasila (yg bikin kubu sebelah megap2), lalu kerja mendesign kartu Pra-kerja di Jkt, lalu sy ke Pulau Damai penuh keberagaman: BALI! Utk mengisi materi co-working space,mendorong bertambahnya jumlah entrepreneur muda,utk pengurangan pengangguran&angka kemiskinan.” Banyak warganet yang mempermasalahkan penggunaan frasa "kubu sebelah" oleh Billy. Setelah kritik berdatangan, Billy pun menghapus kicauan itu. Ia juga menyampaikan permintaan maaf.

Presiden Joko Widodo mengaku sudah tahu soal staf khususnya, Billy Mambrasar, yang menjadi sorotan setelah kicauannya di Twitter yang menggunakan frasa "kubu sebelah megap-megap".

Baca Juga: Bongkar Kisah Kasihnya dengan Putri Konglomerat Indonesia yang Kini Jadi Staf Khusus Presiden, Sosok Penuh Tato Itu Marah Pada Satu Hal Ini. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan?

Ia mengakui kicauan Billy terebut memang salah. Namun, Jokowi sudah memaafkannya dan enggan terlalu mempermasalahkannya.

"Namanya anak muda. Ini umur 30-an. Salah-salah dikit ya dimaafkan. Buat saya enggak ada masalah," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/12/2019).

Terkait ini, Jokowi mengaku bisa memaafkan Billy atas kesalahannya itu. "Namanya muda-muda ini kan, mungkin semangatnya kan lebih dibanding yang tua-tua. Jadi kalau bicara karena terlalu semangat, ya biasalah, salah dikit," ujar Kepala Negara.

Jokowi pun berharap masyarakat bisa memaafkan mahasiswa peraih beasiswa Oxford itu. Ia juga meminta masyarakat bisa memberi kesempatan pada Billy dan staf khusus muda lainnya untuk bekerja.

"Masa, baru seminggu-dua minggu langsung di-bully, berikan ruang selebar-lebarnya anak muda jadi pemimpin baik," ucap Jokowi. Sosok milenial asal tanah Papua, Gracia Billy Yosaphat Membrasar, dipercaya menjadi salah satu staf khusus presiden.

Nama pemuda yang akrab disapa Billy Papua itu disebut Presiden Joko Widodo ketika mengumumkan komposisi staf khususnya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (21/11/2019) sore.

Baca Juga: Sempat Pede Bakal Dapat Tugas Lagi dari Jokowi, Rupanya Politikus yang Dekat Rizieq Shihab Ini Harus Gigit Jari. Namanya Tak Masuk dalam Daftar Staf Khusus Presiden

"Billy adalah putra tanah Papua, lulusan ANU (Australian National University) dan sekarang, sebentar lagi, selesai di Oxford. Oktober akan masuk ke Harvard untuk S3-nya," ujar Presiden di beranda Istana Negara, Jakarta.

"Billy adalah talenta hebat tanah Papua yang kita harapkan ke depan berkontribusi dengan gagasan positif," lanjut dia.

Billy lahir di Serui, Kepulauan Yapen, Papua. Ia lahir dari keluarga kurang mampu. Sang ayah berprofesi sebagai guru, sedangkan sang ibu membantu ekonomi keluarga dengan menjual kue.

Tak jarang, Billy kecil ikut membantu sang ibu. "Subuh ibu bikin kue, paginya ibu pergi ke pasar jualan. Kami ke sekolah sambil bawa kue untuk dijual," kenang Billy, sebagaimana dilansir dari Antara.

Instagram.com/billymambrasar
Instagram.com/billymambrasar

Gracia Billy Mambrasar terpilih menjadi staf khusus presiden dengan prestasi gemilang

Rumah Billy kecil tak dialiri listrik. Pelita pun jadi teman ketekunan Billy melahap buku-buku pelajaran. Meski begitu, keterbatasan tidak membuat Billy jatuh.

Ia tetap belajar dengan tekun dan buahnya mulai terlihat ketika ia lulus SMP. Billy mendapatkan beasiswa menempuh pendidikan SMA di Jayapura dari Pemerintah Provinsi Papua.

Saat itu, hanya lulusan terbaik dari sembilan kabupaten yang mendapat beasiswa favorit di kota. Billy Papua adalah salah satunya. Otak cemerlang, ketekunan, serta doa dan usaha orangtua membawa Billy kembali mendapat beasiswa afirmasi dari pemerintah.

Baca Juga: Kerap Bergaya Cuek Depan Kamera, Dara Ayu yang Baru Ditunjuk Jokowi Sebagai Staf Khusus Milenial Ini Rupanya Bukan Orang Sembarangan. Bapaknya Adalah Anak Singkong yang Jadi Orang Terkaya No 7 di Indonesia dalam Usia Muda

Ia diterima di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Hobi menyanyi Billy semasa kecil dilakoninya kembali demi menutup biaya hidup. Ia benyanyi di mana saja. Di acara pernikahan, di kafe, bahkan mengamen di jalan-jalan.

Billy pernah diundang untuk magang oleh Pemerintah Amerika Serikat dan berbicara di depan State Department AS. Dalam kunjungannya ke Gedung Putih, pemuda penggemar Ir Soekarno ini bertemu dan berjabat tangan dengan Barrack Obama.

instagram/billymambrasar

Gracia Billy Mambrasar

Setelah lulus kuliah, Billy mendapatkan pekerjaan bergengsi di salah satu perusahaan minyak dan gas asal Inggris. Namun, hatinya gelisah. Gajinya yang fantastis tidak membuat Billy bahagia. Setelah berpikir panjang, ia meninggalkan segala gengsi yang diraih.

Ia melepaskan jabatannya di perusahaan itu dan fokus mengurus "Kitong Bisa", yayasan yang memfokuskan diri pada persoalan pendidikan anak-anak Papua. Kitong Bisa saat ini mengoperasikan sembilan pusat pendidikan di Papua dan Papua Barat. Jumlah relawannya sebanyak 158 yang mengajar sekitar 1.100 anak.

Baca Juga: Syahrini Pamer Liburan Mewah di Luar Negeri, Menteri Senior Kabinet Jokowi Ini Malah Posting Jalan-jalan Bareng Cucu di Tempat yang Enggak Kita Sangka: Bahagia Itu Sederhana

Hebatnya, dana yayasan ini sebagian besar bersumber dari dua anak perusahaan, yakni Kitong Bisa Consulting dan Kitong Bisa Enterprise. Billy mengakui, pembangunan sumber daya manusia di Papua tidak selesai dalam waktu dua atau tiga tahun saja.

Namun, ia yakin apa yang dikerjakannya saat ini adalah salah satu persiapan loncatan peningkatan kualitas SDM Papua untuk masa depan. Aktivitasnya di Yayasan Kitong Bisa ini pula membawa Billy menempuh pendidikan lanjutan dengan beasiswa, yakni di Australian National University (ANU) dan Oxford University di Inggris.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya