Baru Sekarang Keterlibatan Rosano Barack dalam Mafia Migas Diributkan Warganet, Tokoh Ekonomi Ini Sebetulnya Sudah Kantongi Bukti-bukti Peran Ayah Mertua Syahrini Itu Sejak 5 Tahun Lalu. Begini Faktanya

Minggu, 01 Desember 2019 | 18:54
Instagram @princessyahrini

Syahrini dan Rosano Barack

Fotokita.net - Keluarga Reino Barack, suami dari penyanyi kondang Syahrini, kini sedang mendapatkan sorotan tajam dari warganet. Maklum, keluarga tajir melintir ini sedang dikulik latar belakang kekayaan mereka, yang bisa hidupi tujuh turunan itu.

Semua itu bermula ketika penelusuran warganet tentang latar belakang bisnis Rosano Barack, ayah dari Reino Barack. Rupanya sebagai pengusaha sukses Rosano Barack ditengarai dekat dengan keluarga Cendana yang punya andil besar dalam mafia migas yang membelit Pertamina.

Dilansir dari hukumonline.com, kasus proyek pipanisasi BBM di Jawa diawali dari laporan Pertamina yang ditindaklanjuti Kejagung bahwa telah terjadi penggelembungan klaim nilai kerja yang diajukan oleh PT TBT, saat mengerjakan proyek Pembangunan Pipanisasi BBM di Jawa.

Baca Juga: Ahok Diminta Segera Bereskan Sederet PR Pertamina Ini, Tapi Pemberantasan Mafia Migas Tak Masuk dalam Daftar. Begini Rincian Tugas Sang Komisaris Utama Pertamina

Pihak TBT yang dalam kontrak Build and Transfer Agreement (BTA) bersedia membiayai pembangunan ternyata malah mengajukan kompensasi setelah menghentikan proyeknya kasus Pipanisasi Jawa.

Saat itu, sosok bernama Rosano Barack yang merupakan bos PT Triharsa Bimanusa Tunggal santer diisukan sudah menjadi tersangka bersama mendiang mantan Dirut Pertamina, Faisal Abda'oe, di era 2001.

Instagram Reino Barack/Global Mediacom
Instagram Reino Barack/Global Mediacom

Rosano Barack dan anaknya yang kini jadi suami Syahrini, Reino Barack.

Sebetulnya, wacana pemberantasan mafia migas ini sudah muncul sejak periode pertama Presiden Joko Widodo atau Jokowi berkuasa.

Ketika itu, salah satu janji kampanye Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah memberantas mafia migas yang lama membelit negeri ini.

Atasjanji yang sama sekali tak gampang dipenuhi itu,Presiden mengawalinya dengan mengangkat tiga tokoh aktivis antikorupsi untuk menduduki sejumlah pos strategis.

Ia mengangkat Sudirman Said sebagai Menteri Negara Energi dan Sumber Daya Mineral, Amien Sunaryadi sebagai Kepala SKK Migas dan Faisal Basri sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas.

Baca Juga: Resmi Ditetapkan Sebagai Komisaris Utama Pertamina, Rupanya Ahok Didampingi Jenderal Bintang 3 dalam Jajarannya. Inilah Susunan Pejabat Perusahaan Migas Pelat Merah Itu

Nah, kita bisa kilas balik bagaimana peran Faisal Basri dalam membongkar mafia migas di Indonesia pada sebuah wawancara sekitar 5 tahun lalu.

Langkah apa saja yang akan diambilFaisal Basri untuk mereformasi sektor yang sangat vital sekaligus "berlumur dolar" ini?

Berikut wawancara analisBareksa.comdengan ekonom senior yang terkenal "lugas dan lurus" ini di Jakarta, Selasa 25 November 2014. Petikannya:

Apa prioritas Tim Reformasi yang Anda pimpin?

Tim ditargetkan memberikan rekomendasi dalam waktu enam bulan. Tapi, kami tidak akan tunggu enam bulan. Dari awal kami sudah akan memberikan rekomendasi.

Dari informasi yang kami himpun saat ini, yang jadi perhatian utama adalahsektor hilir, terkait ekspor-impor minyak dan gas. Lebih spesifik lagi mengenai keberadaan Petral. Soal ini kami harapkan dalam bulan pertama sudah dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah.

Lalu segera menyusul hal-hal lain. Kemarin saya bicara langsung kepada Menteri ESDM untuk membuka data berapa sebetulnya harga produksi Bahan Bakar Minyak (BBM).Ini diperlukan bagi kredibilitas pemerintah agar tidak dicap tukang bohong.Di media ada ekonom yang menyebutkan harga keekonomian BBM hanya Rp6.800 per liter, ada yang bilang Rp8.000 per liter.Pemerintah harus terbuka mengenai data-data tersebut kepada publik.

Kompas.com

Faisal Basri beri komentar terkait wacana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok jadi bos BUMN.

Soal Petral, bagaimana asal-muasalnya?

Duluawalnya adalah Petral Oil. Komposisi pemegang sahamnya: 40 persen PT Pertamina (Persero), 20 persen Bob Hasan, 20 persen Tommy Soeharto, dan 20 persen sisanya yayasan karyawan Pertamina.

Ketika itu,Petral lebihbergerak di bidang ekspor, karena produksi minyak mentah Indonesia masih sekitar 1,6 juta barel sedangkan konsumsi 300 ribuan barel.

Setelah Reformasi, keluarga Cendana keluar. Petral Oil menjelma menjadi Petral yang 99,9 persen sahamnya dikuasai oleh Pertamina.Paraownerawal itumemang sudah tidak lagi ada di dalam Petral,tapi mereka bertransformasi sebagaitraderyang basis bisnisnya adalah pengadaan minyak impor untuk Petral.

Sebetulnya, ada berapa pihak yang jaditraderuntuk Petral?

Ini kami klarifikasi terus. Katanya selama ini ada sekitar 40traderyang memasok Petral. Bisa jadi, puluhan perusahaantradingitu sebetulnya hanya dimiliki segelintir orang saja. Pemenang tender bergantian, seperti arisan.

Baca Juga: Dulu Jadi Musuh Bebuyutan di DPRD Jakarta, Kini Tokoh Tanah Abang Itu Malah Berbalik Arah: Puji Habis-habisan Ahok di Depan Pejabat Pertamina Saat Rapat Parlemen

Bagaimana lantas mengerucut ke satu nama: Muhammad Riza Chalid?

Sejarahnya dahulu berawal ketika Pak Ida Bagus Sudjana alm. (mantan Menteri Pertambangan danEnergi)mengumpulkan anak-anak muda dari ITB. Waktu itu marak sekali eksplorasiminyak. Mereka dikumpulkan agar putra-putri Indonesia sendiri yang mengelolanya.Niat awalnya baik, adanasionalismenya.

Pada waktu itu staf kepercayaan Pak Sudjana adalah Purnomo Yusgiantoro (Menteri ESDM 2000-2009dan Menteri Pertahanan 2009-2014). Jadi, perkenalan Pak Purnomo dengan Riza Chalid itu bermula pada saat itu.

Lalu terjaditurning point. Indonesia yang tadinya mengekspor minyak kemudian mulai mengimpor minyak pada tahun 2000. Nah, pada saat itulah mulai Riza Chalid menjadi importir minyak bersama dengan teman-temannya, termasuk Rosano Barack --di bawah koordinasi Pak Purnomo. (AnalisBareksa.comsudah menghubungi Purnomo melalui SMS dan telepon untuk meminta tanggapannya, tapi belum mendapat respons)

Pertamina

Kenapa Pertamina sampai begitu bergantung pada kawanantraderini?

Pertama, karena kilang pemrosesan minyak di Indonesia jumlahnya terbatas dan masih menggunakan teknologi lama.

Pertamina memiliki 7 kilang, tapi yang bisa beroperasi hanya 5. Dari yang beroperasi, hanya ada satu yang menggunakan teknologi baru, yakni Balongan, sehingga bisa menghasilkan minyak dengan RON tinggi -- jadi bisa memproduksi Premium dan Pertamax.

Empat kilang lainnya masih menggunakan teknologi lama yang hanya bisa menghasilkan minyak dengan RON rendah, jadi tidak bisa memproduksi Pertamax.

Masalah kedua, cadangan minyak di tangki penyimpanan Pertamina hanya bisa mencukupi 18 hari konsumsi, padahal 10 tahun yang lalu masih bisa 30 hari.Inventory daysyang pendek ini membuka peluang bagitraderuntuk bisa menekan Pertamina.

Baca Juga: Biasanya Ditugaskan di Sektor Transportasi, Rupanya Condro Kirono Bukanlah Jenderal Polisi Pertama yang Duduk di Kursi Komisaris Pertamina. Siapakah Dia?

Apa benar ada pihak-pihak tertentu yang selama ini menghalangi pembangunan kilang baru?

Faktanya, dalam 20 tahun terakhir ini tidak ada satupun pembangunan kilang baru di Indonesia.

Ada kecurigaan Petral kerap membeli minyak pada saat harga minyak dunia sedang tinggi. Itu benar?

Itu perlu dilakukan audit atas seluruh harga pembelian selama lima tahun terakhir. Audit migas secara keseluruhan sedang dilakukan, tapi belum ada audit atas harga beli Petral.

Kenapa sih Pertamina tidak langsung membeli darinational oil company(NOC)?

Pertamina menyampaikan sekarang melakukan pembelian langsung darinational company. Tapi — ini masalahnya — dari penelaahan sementara teman-teman, ada indikasi ternyata yang berada di baliknational companyitu ya paratraderitu juga. Semua ini masih akan kami buktikan kebenarannya.

Kompas.com/Garry Andrew Lotulung
Kompas.com/Garry Andrew Lotulung

Ilustrasi SPBU Pertamina

Bagaimana Petral harus dibenahi?

Sebenarnya Petral itu secara sistem benar dan secara fasilitas mumpuni. Permasalahannya adalah ia dikontrol oleh pihak-pihak yang memilikivested interest. Pemerintah perlu mereformasi agar tatanan ekspor-impor migas kita itumarket creating. Ini terjadi jika konsumen bertemu dengan produsen di ruang terang; ada proses pembentukan harga yang jelas.

Jadi tidak perlu dibubarkan?

Petral adalahtrading company, tanganPertamina untuk pengadaan minyak sebagai bagian darinational supply security. Di Thailand juga ada perusahaan seperti Petral. Masalahnya, di Petral tidak ada transparansi.

Ibarat seperti akuarium, Petral adalah akuarium yang keruh. Tidak jelas berapa ikan yang berenang di dalamnya. Apa ada ikan besar yang memangsa ikan kecil. Yang akan kami rekomendasikan adalah membuat Petral ini tidak lagi menjadi keruh.

Mekanisme pembentukan harga dan performance sektor migas kita harus dibuat transparan dan diperbaiki. Posisi Petral harus dikembalikan sebagaitrading company, sebagai pelaksana, bukan penentu kebijakan.

Baca Juga: Gara-gara Perilaku Mantan Karyawannya Ini, Perangai Ahok Sebetulnya Sudah Berubah. Begini Cerita Si Anak Buah Sewaktu Kerja Buat Komisaris Utama Pertamina Itu

Kebijakan pengadaan minyak dan sebagainya harus dilakukan oleh unitIntegrated Supply Chain(ISC) yang dulu pernah dibentuk di zaman Sudirman Said di Pertamina dan langsung berada di bawah kendali Dirut Pertamina. ISC ini yang menentukan pembiayaan dan sebagainya. Petral hanya menjadi pelaksana.

ISC dibekukan setelah Karen Agustiawan menjadi Direktur Utama Pertamina. Setelah itu kewenangan penuh ada pada Petral.

Akan tetapi, jika Petral susah diperbaiki, akan ditempuh cara kedua: membuat perusahaan baru.

Seorang menteri pernah bilang kendala utama reformasi migas tak lain bersumber di Istana. Anda yakin Presiden Jokowi akan memberi dukungan penuh?

Menurut perasaan pribadi saya, iya. Karena kalau tidak, Beliau tidak akan memilih orang seperti Amien Sunaryadi (mantan Wakil Ketua KPK) sebagai Kepala SKK Migas. Sudirman Said juga pilihan yang benar. Itu tercermin dari langkah pertama yang dilakukannya sebagai menteri, yakni memecat Dirjen Migas. Waktu Sudirman masih di Pertamina, ada seorang menteri sampai terus-menerus telepon ke Dirut Pertamina, menanyakan kapanSudirman dipecat dari Pertamina. Juga, Pak Jokowi kok memilih saya sebagai Ketua Tim Reformasi? Padahal saya kan liar, tidak bisa dikontrol… hahaha… (Sumber wawancara: Bareksa.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya