Setiap Oktober dan November, Fenomena Hujan Es Kerap Bikin Heboh Warga Kita. Rupanya Begini Penjelasan Ahli Kenapa Fenomena Itu Terus Berulang

Kamis, 14 November 2019 | 11:31
Berita Kompas

Ciri hujan es yang perlu diwaspadai

Fotokita.net–Apa penyebab hujan es di beberapa kota di Indonesia?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hujan es adalah sebuah fenomena alamiah yang biasa terjadi.

Hujan air tentu umum di setiap negara. Namun bagaimana jika hujan es?

Terdengar aneh. Tapi kejadian ini cukup sering terjadi.

Termasuk kejadian di wilayah Kabupaten Bojonegoro Sabtu (9/11/2019) sekitar pukul 17.00 WIB.

Dilansir dari kompas.com pada Senin (11/11/2019), telah terjadi hujan es sebesar biji jagung di seputaran kota, bagian barat di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, tengah kota terjadi di Ledok Kulon, Jalan Gajah Mada, dan di barat kota di Kelurahan Jetak.

Baca Juga: Bagai Neraka Dunia, Pasukan Tempur Militer Kita Dihujani Timah Panas oleh Militan Fretilin. Lantas, Bagaimana Cara Mereka Lolos dari Hadangan Itu?

Dilansir dari Surya.co.id, Olyvia warga Kelurahan Ledok Kulon bercerita bahwa hujan sore itu tidak biasa karena suaranya sangat keras.

Saat dilihat ternyata hujan es. Warga yang mengetahuinya pun mengumpulkannya untuk difoto.

"Iya terjadi hujan es seperti biji jagung, kita kumpulkan lalu difoto, ini kan langka," Ujarnya.

Baca Juga: Tak Ada Angin, Tak Ada Hujan, Kenapa Ustaz Abdul Somad Kirim Surat Pengunduran Diri Sebagai PNS di Kampus Ini?

Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, fenomena hujan es biasanya banyak terjadi pada masa pancaroba.

"Kejadian hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," ujar Hary melalui keterangan tertulis.

Hary menyampaikan, ada beberapa indikasi terjadinya hujan lebat atau es disertai petir dan angin kencang pada hari ini.

Satu hari sebelumnya, kata Hary, udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Baca Juga: Bukan Fenomena Aneh, Hujan Batu di Purwakarta Terjadi Gara-gara Kesalahan Sepele Ini. Akibat yang Fatal Bikin Warga Geram!

Udara yang terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat, ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).

Mulai pukul 10.00 pagi, terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis-lapis).

tribunnews.com
tribunnews.com

Hujan es sebesar biji jagung terjadi di Bojonegoro.

Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas berwarna abu-abu yang menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (cumulonimbus).

"Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Kemudian, terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri," kata Hary.

Baca Juga: Diguncang dengan Keras Hingga Bikin Mabuk, Tim Pengusir Kabut Asap Terus Berburu Awan. Mengapa Hujan Tak Juga Segera Datang?

Hary menyampaikan, biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. Gerimis biasanya tidak menimbulkan angin kencang.

"Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak," ucap dia.

Angin kencang disertai hujan es terjadi di Kota Serang, Banten, pada Rabu (13/11/2019) siang. Akibatnya, sejumlah pohon tumbang dan bangunan rusak. Butiran es sebesar kerikil sempat dilaporkan turun di sejumlah wilayah di Kota Serang, seperti Cipocok Jaya dan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B).

Ilustrasi hujan es

Sebuah video mengenai fenomena hujan es di beberapa wilayah di Kota Depok, Jawa Barat, viral di media sosial, Selasa (23/10/2018).

Menanggapi hal tersebut, Kepala Sub-Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hujan es yang terjadi di Depok merupakan fenomena cuaca yang biasa terjadi di berbagai wilayah.

“Ya benar, ada hujan lebat dan es disertai kilat atau petir dan angin kencang, banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," kata Hary, melalui pesan tertulis, Selasa (23/10/2018).

Hary mengatakan, hujan es seperti di Depok ini biasanya berlangsung cepat sekitar 10 menit dan selanjutnya diikuti hujan seperti biasa.

Baca Juga: Foto Fenomena Langka Hujan di Padang Arafah, Apakah Ini Pertanda Perubahan Iklim Atau Berkah Yang Maha Kuasa?

Ilustrasi hujan es

Hary menuturkan, ada sejumlah indikasi yang menandakan akan terjadi hujan es. Pertama, sehari sebelumnya udara pada malam hingga esok paginya terasa panas.

Tanda lainnya, sekitar pukul 10.00 WIB, akan nampak tumpukkan awan putih.

Awan putih tersebut akan berubah secara cepat menjadi awan abu-abu atau hitam yang dikenal sebagai awan Cb atau cumulonimbus.

"Pepohonan itu juga berdampak, di sekitar tempat berdiri akan ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Juga akan terasa sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri," tutur Hary.

Untuk karakter hujannya, menurut Hary, yang pertama kali turun adalah hujan deras yang berlangsung secara tiba-tiba.

Namun, jika hujan yang turun hanya gerimis, maka peristiwa hujan es bersama angin kencang diperkirakan tidak terjadi di tempat tersebut.

Baca Juga: Belum Lagi Genap Sebulan Menjabat, Menteri KKP Edhy Prabowo Pastikan Ubah Kebijakan Penting Susi Pudjiastuti yang Pernah Tuai Puja-puji Dunia

Ilustrasi hujan es

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) menyebut, hujan es terjadi lantaran adanya luruhan awan kumulonimbus yang meningkat signifikan.

"Peluruhan awan atau punah sangat singkat, sehingga mengakibatkan angin kencang dan hujan es," kata Prakirawan BMKG Serang, Trian, kepada Kompas.com, saat dihubungi, Kamis (14/11/2019).

Menurutnya, hujan es dan angin kencang akan normal terjadi pada saat peralihan musim atau pancaroba. Di wilayah Serang dan Banten Utara saat ini, kata Trian, tengah memasuki peralihan musim dari kemarau ke musim hujan hingga awal Desember 2019.

Peralihan musim akan ditandai dengan munculnya hujan disertai angin kencang hingga butiran es.

Suhu udara juga akan berubah menjadi ekstrem, yakni lebih panas.

"Saat musim peralihan, sering terjadi fenomena wajar seperti angin kencang, hujan es, puting beliung, gelombang tinggi dan suhu ekstrem," kata dia.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya