Dunia Seni Indonesia Kehilangan Sosok Djaduk Ferianto yang Multi Talenta. Inilah Sisi Lain Seniman Legendaris Itu yang Jarang Diketahui Publik

Rabu, 13 November 2019 | 07:28
Instagram

Djaduk Ferianto

Fotokita.net - Dunia seni Indonesia kembali dikejutkan oleh kabar duka. Sosok Djaduk Ferianto telah meninggalkan kita untuk selamanya yang membuat dunia seni Indonesia kaget bukan kepalang.

Maklum, Djaduk masih akan dijadwalkan tampil di Ngayogjazz pada Sabtu (16/11/2019) di Godean, Yogyakarta.Seniman Djaduk Ferianto meninggal dunia pada Rabu (13/11/2019) dini hari.

Djaduk diketahui masih memimpin rapat untuk pagelaran Ngayogjazz 2019. Djaduk merupakan penggagas pagelaran jazz tahunan di Yogyakarta tersebut.

Baca Juga: Tersimpan Rapat Selama Puluhan Tahun, Aktris Senior Ini Sempat Ragu Menikah dengan Penyanyi Top 80-an Itu Karena Faktor yang Enggak Kita Sangka

"Jam 12 tadi malam masih sempat rapat untuk Ngayogjazz lalu pamit pulang," kata Board Creative Ngayogjazz, Novindra Dirantara kepada Kompas.com, Rabu pagi.

Kemudian, saat di rumah, Djaduk mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 02.30. "Di rumah sempat tidur, lalu terbangun dan merasa kesakitan. Jam 02.30 meninggal di rumah," ujar Novindra.

Djaduk mengembuskan napas terakhir pada Rabu dini hari pukul 02.30. Jenazah Djaduk akan disemayamkan di Padepokan seni Bagong Kusudiardjo di Yogyakarta pada Rabu siang. Menurut rencana, Djaduk akan dikebumikan di makam keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul, pada Rabu sekitar pukul 15.00.

Djaduk Ferianto dilahirkan di Yogyakarta pada 19 Juli 1964.Bersama grup musik Kua Etnika dan Sinten Remen, Djaduk memadukan unsur-unsur musik tradisional dengan modern.

Selain bermusik, Djaduk juga aktif sebagai anggota Teater Gandrik. Dia pernah menyutradarai beberapa pertunjukan teater dan mengerjakan ilustrasi musik untuk film. Djaduk Ferianto meninggalkan seorang istri dan lima anak.

Baca Juga: Kisah Romansa Para Sosialita di Era Orde Baru, Pengakuan Model Senior yang Bikin Murka Keluarga Cendana dan Pengusaha Kondang Hingga Si Buah Hati yang Merekah Sebagai Selebgram Cantik

Jauh sebelum demam batu akik, seniman Djaduk Ferianto sejak SMA sudah menjadi kolektor batu cincin. Namun, batu yang dikoleksinya khusus batu pirus. Keindahan batu berwarna biru itu sangat memikat hatinya.

"Warna biru membuat adem," ujarnya sambil menunjukkan batu pirus di jarinya. Di tasnya juga selalu dibawa beberapa cincin bermatakan batu pirus dari sekitar 200 koleksinya yang sebagian besar didesainnya sendiri.

Tidak sekadar mengoleksi, Djaduk juga sangat paham soal asal batu pirus atau turquoise yang berasal dari kata Persia, fairuz. Persia atau Iran merupakan tempat asal pirus terbaik di dunia.

Lutfi Fauziah

Gregorius Djaduk Ferianto Lahir di Yogyakarta pada 19 Juli 1964, putra bungsu koreografer Bagong Kus

Di Indonesia, pirus umumnya dibawa para ulama masa lalu yang berkelana ke tanah Arab dan kemudian membawanya ke Indonesia sebagai oleh-oleh.

Karena itu, Djaduk rajin berburu batu pirus ke daerah-daerah penyebaran Islam masa lalu, seperti Demak, Kudus, Gresik, dan Cirebon.

Setelah tampil bersama kelompoknya, Kua Etnika, di Festival Tepi Sungai atau Museums Uferfest di Frankfurt, Jerman, Djaduk juga mengajak anggota delegasi Indonesia untuk berburu batu pirus di pelosok Jerman. Siapa tahu ada yang bagus.

"Pokoknya saya mau menularkan virus pirus," kelakarnya, Minggu (30/8/2015), di Frankfurt.

Baca Juga: Pernah Dikejar Penagih Utang Milik Lelaki Idamannya, Begini Potret Kebahagiaan Muzdalifah dengan Suaminya yang Jauh Lebih Muda Biarpun Ketahuan Bongkar Sifat Buruknya

Pada tahun 2015 Djaduk Ferianto kaget bukan main saat melihat makam ayah dan ibunya berantakan. Tak hanya itu, batu akik panca warna milik sang ayah, Bagong Kussudiarja juga ikut raib.

Djaduk baru menyadari hal itu setelah membaca berita tentang hilangnya batu akik di makam seniman Saptohoedojo di Kompleks Makam Seniman Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Rabu (8/4/2015).

"Saya baca koran soal makam Pak Sapto (Saptohoedojo), laluenggakbisa tidur, dan pagi-pagi saya pergi ke makam bapak.Lah, benar, pintu makam sudah terbuka, padahal digembok. Benar lagi, batu panca warna yang ada di atas makam amblas (hilang)," kata Djaduk di Yogyakarta, Selasa (14/4/2015).

Diduga, pelaku ingin menggunakan batu nisan Bagong sebagai bahan dasar pembuatan akik. Meski hanya mengikis bagian atas, Djaduk tetap gemas.

"Batu itu dibeli bapak di Pacitan sebelum meninggal dengan harga Rp 5 juta, batu dibagi dua, pertama untuk makam ibu dan sebelum beliau meninggal juga minta batu itu untuk nisannya," katanya.

Baca Juga: Kerap Ditinggal Menikah dengan Perempuan Lain, Artis Senior Ini Tetap Setiap Dampingi Sang Raja Dangdut. Foto Bagian Dalam Rumah Mereka Malah Bikin Penasaran

Adik Butet Kertaradjasa itu mengaku, demam batu akik harus dikontrol karena kalau tidak akan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.

"Demam batu akik yang terjadi saat ini sudah mulai menimbulkan dampak negatif. Memang menarik, tapi jangan kemudian tidak terkontrol," ujarnya.

Musisi ini juga mengungkapkan bahwa batu akik telah membuat orang berpikir tidak rasional. Pemburunya ingin mendapatkan keuntungan dengan berbagai cara, termasuk mencuri di areal makam.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya